“Siapa, Jake?” tanya Helena ketika Jake telah masuk ke dalam ruangan. Jake berusaha mengatur napas, tidak ingin Helena menaruh curiga jika dirinya telah memukul seseorang.“Jake?” Helena kembali memanggil. Jake gelagapan, salah tingkah.“Ada pasien rumah sakit jiwa yang nyasar ke sini,” jawab Jake asal. Helena dahinya mengkerut. Tidak mungkin ada pasien dari rumah sakit lain yang datang ke sini.“Kau bercanda?” telisik Helena, menatap lekat pria yang duduk di kursi samping ranjang. “Iya, aku bercanda. Sudahlah, kau istirahat saja. Aku mau cari sarapan dulu. Tidak apa-apa, aku tinggal sebentar?”“Iya, tidak apa-apa.”Jake beranjak, meninggalkan Helena yang masih berbaring. Jika mengingat kedatangan Samuel, ingin sekali Jake memukul Samuel sampai babak belur. Jake sangat tidak .suka mendengar ada orang lain yang menghina Helena. Meskipun itu benar! Helena pernah menjadi kekasih simpanan Samuel. Jake mengusap wajah kasar. Tidak ingin mengingat ucapan Samuel yang mengatakan telah m
"Om? Kapan datang?" sapa Jake bertemu dengan Tuan Abimanyu di lorong rumah sakit. "Dari tadi. Tolong jaga Helena dengan baik. Kalau ada apa-apa, segera hubungi Om.""Baik. Saya akan menjaga Helena."Tuan Abimanyu melanjutkan langkah. Pikirannya benar-benar bimbang atas saran yang diucapkan Helena. Memang benar, ketika dulu Bella bekerja di perusahaannya, banya investor yang menanamkan sahamnya. Tetapi, pada saat posisi Bella digantikan Cella, tidak ada penambahan investor tiap tahunnya bahkan ada yang terang-terangan mengundurkan diri tanpa alasan yang jelas. Sekali lagi, Tuan Abimanyu harus mempertimbangkan saran Helena.*** "Jake, kau sudah selesai sarapannya?"Helena bertanya saat mengetahui yang masuk ke dalam ruangan adalah Jake Abraham. Lelaki itu mengangguk, berjalan mendekati Helena dan duduk di kursi yang berada di samping ranjang pasien."Sudah. Tadi Tuan Abimanyu datang ke sini?""Iya, Jake. Aku senang sekali Papa sekarang sudah perhatian dan peduli lagi padaku." Helena s
Bella tersenyum getir. Dirinya tidak yakin kalau Tuan Abimanyu mau mengajaknya bekerja di perusahaan lagi. Bella sudah mengecewakan bahkan membuat malu Tuan Abimanyu. "Kau ini ada-ada saja. Mana mungkin Papa menyuruh Kakak kerja lagi. Sudahlah, lebih baik kita berdoa, semoga perusahaan Papa kembali normal. Tidak ada lagi investor yang menarik sahamnya." Bella hanya menanggapi santai. Tidak terlalu berharap pada Papanya. Sekarang Bella sudah terbiasa hidup serba sederhana, ia pun sudah menikmati perannya sebagai Ibu rumah tangga. "Kalau berdoa pasti, Kak. Hanya saja aku kasihan sama Papa. Sekarang sikap Papa terlihat dingin ke Mak Lampir dan Cella. Kakak sabar ya, aku akan membuat Papa menyuruh Kakak pulang ke rumah lagi. Aku ingin kita kumpul bersama, Kak." Harapan Helena begitu besar. Sejak kepergian Bella, Helena tidak betah tinggal di rumah, lebih memilih tinggal di apartemen, bergaya hidup bebas. Tetapi, sekarang Helena ingin kembali ke rumah. Ingin tinggal bersama Papa dan Kaka
Bella sudah tidak bisa menahan diri membalas penghinaan yang dilakukan Saraswati pada adik kandungnya.Sorot mata Saraswati begitu tajam menatap Bella dan Helena. Kedua tangannya mengepalkuat, ia merunduk sebentar lalu menarik napas panjang."Terserah apa katamu, Bella! Yang jelas, saat ini kau sudah didepak dari rumah dan namamu sudah dicoret Mas Abimanyu. Dan akulah pemenangnya. Hahahahah ...."Gelak tawa Saraswati membahana, memenuhi ruang inap Helena."Sekarang kau boleh tertawa, sebentar lagi kau akan menangis, mengemis padaku agar tidak diusir Papa dari rumah. Bersiap-siap saja."Perkataan Helena membuat gelak tawa Saraswati seketika berhenti. Kedua matanya nyalang menatap anak bungsu Tuan Abimanyu yang tengah tersenyum manis. Begitu pula Bella, wanita itu tersenyum bahagia karena Helena berani mengancam Saraswati."Jangan mimpi kau, Helena! Papa kalian tidak mungkin mendepakku dari rumah! Tidak akan mungkin!" Saraswati berkata penuh percaya diri dan penekanan. Rahangnya mengera
"Kau tunggu sebentar, aku mau lihat dulu," ucap Jake setelah membantu Helena berbaring dengan nyaman. Jake berjalan cepat ke pintu ruangan, membuka pintu namun tubuh Jale seakan mematung. Ia sangat terkejut melihat seseorang yang berdiri di hadapannya."Nyonya Angela?" desis Jake ketika wanita yang berpakaian glamour membuka masker. Jake memang mengenal sosok istri Samuel Christian. Beberapa kali ia melihat wanita itu diundang pada acara bisnis di televisi."Kedatangan saya ke sini bukan ingin menjenguk wanita yang bernama Helena Adiwilaga. Tetapi, saya hanya ingin menanyakan beberapa hal penting padanya. Apa saya boleh menemuinya?" Kalimat Angela sangat tertata, seolah menandakan bahwa dirinya wanita sosialita, wanita berkelas dan wanita bangsawan."Boleh, Nyonya. Silakan masuk." Jake membuka pintu lebar, mempersilakan Angela masuk ke dalam ruangan VVIP. Wanita itu mengenakan masker kembali. Kedua tangannya pun mengenakan sapu tangan. Ia khawatir tertular penyakit yang dialami Helena
Hati Helena sangat tersentuh mendengar ketulusan yang disampaikan Jake. Helena merunduk, meremas selimut. Jake tahu, Helena tidak mudah jatuh cinta. Tidak mudah melupakan cintanya yang lama."Jake, aku minta maaf ...." lirih, Helena berucap. Jake tersenyum sambil berkata, "Tidak perlu minta maaf. Tugasku menikahimu bukan menyuruhmu untuk mencintaiku. Sudahlah, sebaiknya kau istirahat. Aku mau menemui dokter, semoga kau bisa pulang nanti sore." Jake berkata sambil tersenyum. Sekuat hati dia akan berusaha ikhlas menerima Helena. Mungkin tanpa Jake sadari, dirinya telah jatuh cinta pada anak bungsu Tuan Abimanyu.*** Hari ini Samuel memutuskan pulang ke rumah, tidak masuk kantor. Hidungnya mengalami luka yang cukup serius akibat pukulan calon suami Helena."Samuel, hidungmu kenapa?" Nyonya Merlyn, ibu kandung Angela menyapa menantunya. Samuel meringis, berpura-pura merasa sakit."Ada orang yang memukulku, Mam.""Apa? Kau dipukul orang? Dipukul kenapa? Coba sini, Mami lihat!" Nyonya Mer
"Sayang, kau lihat hidungku! Hidungku terluka, Sayang ... Kau tahu? Hidungku seperti ini karena berhadapan dengan preman yang menghalangi proyek kita. Sayang, ini sakit sekali ...." Samuel merajuk pada saat Angela masuk ke dalam kamar. Wanita cantik, tubuh semampai menelisik hidung suaminya. Tidak terlihat khawatir apalagi panik seperti yang biasa Angela lakukan. Dahulu, tiap kali Samuel terluka, Angela pasti akan panik. Mengajaknya ke rumah sakit ternama. Tetapi, kali ini Angela tampak santai dan tidak peduli."Luka biasa."Hanya dua kata itu yang diucapkan Angela. Kening Samuel mengkerut. Aneh, akan sikap istrinya yang tidak peduli. Angela justru berjalan ke arah lemari pakaian. Menurunkan satu koper besar.Bibir Samuel menyunggingkan senyum. Berpikir kalau istrinya mengajak ia dan anak-anak pergi berlibur. "Sayang, kita mau second honeymoon atau mau holliday bersama anak-anak?" tanya Samuel lagi. Dirinya sangat penasaran. Samuel memerhatikan gerakan Angela yang mengeluarkan pakaia
"Angela, kau ... kau bercanda bukan? Tidak mungkin kau akan menggugat cerai? Aku tahu, kau pasti bercanda! Sayang, aku sangat mencintaimu. Bodoh sekali jika aku mengkhianati kesetiaanmu, Sayang?" Samuel enggan mempercayai kalau istrinya tega mengusir dan menggugat cerai. Ia masih mencoba merayu Angela agar tidak mengusirnya apalagi sampai menggugat cerai. Bagaimana nasib Samuel jika diceraikan Angela? Pasti akan menjadi gelandangan. Kemiskinan akan kembali menemani hari-harinya. Angela menghela napas panjang, memandang suaminya yang menunjukkan raut wajah memelas. Kali ini, sedikit pun Angela tidak menaruh belas kasih pada Samuel. Lelaki itu benar-benar telah mengecewakan dan mengkhianatinya."Aku berkata sungguh-sungguh. Tidak mungkin aku membiarkan pengkhianat berada di rumah ini. Dan aku? tidak mau memiliki suami yang tidak menepati janjinya! Apa kau lupa? Sebelum kita menikah, kau sudah berjanji tidak akan berselingkuh, hanya aku yang kau cintai dan hanya aku istrimu!" Angela ke