Bella tersenyum getir. Dirinya tidak yakin kalau Tuan Abimanyu mau mengajaknya bekerja di perusahaan lagi. Bella sudah mengecewakan bahkan membuat malu Tuan Abimanyu. "Kau ini ada-ada saja. Mana mungkin Papa menyuruh Kakak kerja lagi. Sudahlah, lebih baik kita berdoa, semoga perusahaan Papa kembali normal. Tidak ada lagi investor yang menarik sahamnya." Bella hanya menanggapi santai. Tidak terlalu berharap pada Papanya. Sekarang Bella sudah terbiasa hidup serba sederhana, ia pun sudah menikmati perannya sebagai Ibu rumah tangga. "Kalau berdoa pasti, Kak. Hanya saja aku kasihan sama Papa. Sekarang sikap Papa terlihat dingin ke Mak Lampir dan Cella. Kakak sabar ya, aku akan membuat Papa menyuruh Kakak pulang ke rumah lagi. Aku ingin kita kumpul bersama, Kak." Harapan Helena begitu besar. Sejak kepergian Bella, Helena tidak betah tinggal di rumah, lebih memilih tinggal di apartemen, bergaya hidup bebas. Tetapi, sekarang Helena ingin kembali ke rumah. Ingin tinggal bersama Papa dan Kaka
Bella sudah tidak bisa menahan diri membalas penghinaan yang dilakukan Saraswati pada adik kandungnya.Sorot mata Saraswati begitu tajam menatap Bella dan Helena. Kedua tangannya mengepalkuat, ia merunduk sebentar lalu menarik napas panjang."Terserah apa katamu, Bella! Yang jelas, saat ini kau sudah didepak dari rumah dan namamu sudah dicoret Mas Abimanyu. Dan akulah pemenangnya. Hahahahah ...."Gelak tawa Saraswati membahana, memenuhi ruang inap Helena."Sekarang kau boleh tertawa, sebentar lagi kau akan menangis, mengemis padaku agar tidak diusir Papa dari rumah. Bersiap-siap saja."Perkataan Helena membuat gelak tawa Saraswati seketika berhenti. Kedua matanya nyalang menatap anak bungsu Tuan Abimanyu yang tengah tersenyum manis. Begitu pula Bella, wanita itu tersenyum bahagia karena Helena berani mengancam Saraswati."Jangan mimpi kau, Helena! Papa kalian tidak mungkin mendepakku dari rumah! Tidak akan mungkin!" Saraswati berkata penuh percaya diri dan penekanan. Rahangnya mengera
"Kau tunggu sebentar, aku mau lihat dulu," ucap Jake setelah membantu Helena berbaring dengan nyaman. Jake berjalan cepat ke pintu ruangan, membuka pintu namun tubuh Jale seakan mematung. Ia sangat terkejut melihat seseorang yang berdiri di hadapannya."Nyonya Angela?" desis Jake ketika wanita yang berpakaian glamour membuka masker. Jake memang mengenal sosok istri Samuel Christian. Beberapa kali ia melihat wanita itu diundang pada acara bisnis di televisi."Kedatangan saya ke sini bukan ingin menjenguk wanita yang bernama Helena Adiwilaga. Tetapi, saya hanya ingin menanyakan beberapa hal penting padanya. Apa saya boleh menemuinya?" Kalimat Angela sangat tertata, seolah menandakan bahwa dirinya wanita sosialita, wanita berkelas dan wanita bangsawan."Boleh, Nyonya. Silakan masuk." Jake membuka pintu lebar, mempersilakan Angela masuk ke dalam ruangan VVIP. Wanita itu mengenakan masker kembali. Kedua tangannya pun mengenakan sapu tangan. Ia khawatir tertular penyakit yang dialami Helena
Hati Helena sangat tersentuh mendengar ketulusan yang disampaikan Jake. Helena merunduk, meremas selimut. Jake tahu, Helena tidak mudah jatuh cinta. Tidak mudah melupakan cintanya yang lama."Jake, aku minta maaf ...." lirih, Helena berucap. Jake tersenyum sambil berkata, "Tidak perlu minta maaf. Tugasku menikahimu bukan menyuruhmu untuk mencintaiku. Sudahlah, sebaiknya kau istirahat. Aku mau menemui dokter, semoga kau bisa pulang nanti sore." Jake berkata sambil tersenyum. Sekuat hati dia akan berusaha ikhlas menerima Helena. Mungkin tanpa Jake sadari, dirinya telah jatuh cinta pada anak bungsu Tuan Abimanyu.*** Hari ini Samuel memutuskan pulang ke rumah, tidak masuk kantor. Hidungnya mengalami luka yang cukup serius akibat pukulan calon suami Helena."Samuel, hidungmu kenapa?" Nyonya Merlyn, ibu kandung Angela menyapa menantunya. Samuel meringis, berpura-pura merasa sakit."Ada orang yang memukulku, Mam.""Apa? Kau dipukul orang? Dipukul kenapa? Coba sini, Mami lihat!" Nyonya Mer
"Sayang, kau lihat hidungku! Hidungku terluka, Sayang ... Kau tahu? Hidungku seperti ini karena berhadapan dengan preman yang menghalangi proyek kita. Sayang, ini sakit sekali ...." Samuel merajuk pada saat Angela masuk ke dalam kamar. Wanita cantik, tubuh semampai menelisik hidung suaminya. Tidak terlihat khawatir apalagi panik seperti yang biasa Angela lakukan. Dahulu, tiap kali Samuel terluka, Angela pasti akan panik. Mengajaknya ke rumah sakit ternama. Tetapi, kali ini Angela tampak santai dan tidak peduli."Luka biasa."Hanya dua kata itu yang diucapkan Angela. Kening Samuel mengkerut. Aneh, akan sikap istrinya yang tidak peduli. Angela justru berjalan ke arah lemari pakaian. Menurunkan satu koper besar.Bibir Samuel menyunggingkan senyum. Berpikir kalau istrinya mengajak ia dan anak-anak pergi berlibur. "Sayang, kita mau second honeymoon atau mau holliday bersama anak-anak?" tanya Samuel lagi. Dirinya sangat penasaran. Samuel memerhatikan gerakan Angela yang mengeluarkan pakaia
"Angela, kau ... kau bercanda bukan? Tidak mungkin kau akan menggugat cerai? Aku tahu, kau pasti bercanda! Sayang, aku sangat mencintaimu. Bodoh sekali jika aku mengkhianati kesetiaanmu, Sayang?" Samuel enggan mempercayai kalau istrinya tega mengusir dan menggugat cerai. Ia masih mencoba merayu Angela agar tidak mengusirnya apalagi sampai menggugat cerai. Bagaimana nasib Samuel jika diceraikan Angela? Pasti akan menjadi gelandangan. Kemiskinan akan kembali menemani hari-harinya. Angela menghela napas panjang, memandang suaminya yang menunjukkan raut wajah memelas. Kali ini, sedikit pun Angela tidak menaruh belas kasih pada Samuel. Lelaki itu benar-benar telah mengecewakan dan mengkhianatinya."Aku berkata sungguh-sungguh. Tidak mungkin aku membiarkan pengkhianat berada di rumah ini. Dan aku? tidak mau memiliki suami yang tidak menepati janjinya! Apa kau lupa? Sebelum kita menikah, kau sudah berjanji tidak akan berselingkuh, hanya aku yang kau cintai dan hanya aku istrimu!" Angela ke
Helena sudah diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Jake sangat bahagia karena kondisi Helena sudah berangsur membaik. Tidak akan ada orang yang menyangka kalau Helena mengalami keguguran. Surat keterangan dokter disimpan Jake. Bahaya, jika Helena yang menyimpannya. Khawatir ketahuan Saraswati, Cella atau Tuan Abimanyu. Helena tidak mau itu terjadi."Jake, orang tuamu tetap tidak mau datang ke acara pernikahan kita?" tanya Helena saat mereka sedang dalam perjalanan pulang. Jake menghela napas kasar. Dia tidak bisa memaksa kedua orang tuanya."Maaf, Nona. Sepertinya tidak," kata Jake lemah. Helena memalingkan muka ke luar jendela. Bayangan kehidupannya yang terlewati kembali melintas. Dia yang dulu hidup bebas serta pernah menjadi simpanan suami orang. Mengingat semua itu, Helena merasa dirinya kotor. Helena meneteskan air mata. Namun, segera menyekanya.Tiba di rumah Tuan Abimanyu, terlihat Saraswati duduk seorang diri di depan rumah. "Kau sudah pulang rupanya," cetus Saraswati berdi
Makan malam di keluarga Tuan Abimanyu sangat sunyi. Hanya terdengar suara alat makan yang beradu. Tuan Abimanyu enggan memulai pembicaraan. Begitu pula Cella dan Saraswati. Mereka hanya saling lirik satu sama lain. Sedangkan Helena, wanita itu memilih berdiam diri di kamar. Malas, bertemu apalagi makan satu meja bersama ibu dan saudara sambungnya. Usai makan malam, Tuan Abimanyu memerintahkan salah satu asisten rumah tangga agar membawakan makan malam ke kamar anak bungsunya. Setelahnya, Tuan Abimanyu masuk ke dalam ruang kerja. Sudah beberapa malam lelaki tua itu lebih memilih menghabiskan malam di ruang kerja dari pada satu kamar dengan istrinya, Saraswati."Kau lihat, Cella! Mas Abi sikapnya semakin hari, semakin menyebalkan! Lama-lama Mama tidak sanggup menghadapinya," keluh Saraswati setengah berbisik. Cella tampak menikmati makan malam, tanpa ingin terganggu dengan sikap Papa sambungnya."Kalau Mama gak sanggup, pergi saja dari sini." Kedua mata Saraswati membeliak. Tidak menya