Makan malam di keluarga Tuan Abimanyu sangat sunyi. Hanya terdengar suara alat makan yang beradu. Tuan Abimanyu enggan memulai pembicaraan. Begitu pula Cella dan Saraswati. Mereka hanya saling lirik satu sama lain. Sedangkan Helena, wanita itu memilih berdiam diri di kamar. Malas, bertemu apalagi makan satu meja bersama ibu dan saudara sambungnya. Usai makan malam, Tuan Abimanyu memerintahkan salah satu asisten rumah tangga agar membawakan makan malam ke kamar anak bungsunya. Setelahnya, Tuan Abimanyu masuk ke dalam ruang kerja. Sudah beberapa malam lelaki tua itu lebih memilih menghabiskan malam di ruang kerja dari pada satu kamar dengan istrinya, Saraswati."Kau lihat, Cella! Mas Abi sikapnya semakin hari, semakin menyebalkan! Lama-lama Mama tidak sanggup menghadapinya," keluh Saraswati setengah berbisik. Cella tampak menikmati makan malam, tanpa ingin terganggu dengan sikap Papa sambungnya."Kalau Mama gak sanggup, pergi saja dari sini." Kedua mata Saraswati membeliak. Tidak menya
Sekitar jam satu siang, Tuan Abimanyu telah datang di restoran. Ia datang lebih dulu dari pada Angela. Tuan Abimanyu datang seorang diri. Tidak mengajak Cella seperti biasanya. Sekarang Tuan Abimanyu tidak memiliki orang kepercayaan. Dia hanya percaya pada diri sendiri. Tidak berlangsung lama, seorang wanita berpenampilan glamour, tubuh semampai memasuki restoran. Tuan Abimanyu tersenyum lebar, menyambut kedatangan partner kerjanya. "Selamat siang, Nyonya Angela," sapa Tuan Abimanyu mengulurkan tangan kanan ke hadapan wanita yang masih mengenakan kaca mata besar nan mewah."Selamat siang juga, Tuan." Nyonya Angela menyambut baik uluran tangan Tuan Abimanyu, kemudian dua pengusaha itu duduk bersebrangan. Mereka pun memesan makanan dan minuman sebelum membahas permasalahan yang dihadapi."Sebelumnya saya mohon maaf, Tuan. Karena ... telah memutuskan kerja sama kontrak sebelah pihak. Saya juga mengucapkan terima kasih banyak karena Tuan tidak mempermasalahkan ini ke jalur hukum." Angel
Samuel sangat terkejut mendengar keinginan Melani, gadis yang telah direnggut kegadisannya. Melani adalah mahasiswa di salah satu Universitas. Ia nekat kuliah di Jakarta karena terpaksa. Orang tuanya yang bekerja sebagai pemetik teh di salah satu perkebunan daerah Bogor, membuatnya harus memiliki pekerjaan sampingan. Awalnya Melani menjadi salah satu pelayan Cafe. Siang kuliah, malam bekerja. Pada saat Melani bekerja itulah berkenalan dengan Samuel Christian. Lelaki yang dulu sebagai pengusaha. Siapa sangka, Melani yang dulu seorang gadis lugu, berubah menjadi wanita simpanan Samuel. Apapun yang diinginkan Melani selalu Samuel penuhi termasuk mengontrak di kontrakan yang cukup besar. "Lho kok gitu? Memangnya kau tidak sayang kalau sampai berhenti kuliah?" tanya Samuel, mengurangi kegugupan sikapnya. Andai Melani tahu kalau Samuel saat ini jatuh miskin, apakah gadis itu masih mau dengannya? "Capek! Aku capek, Om. Aku maunya tuh ... tinggal di rumah besar ... jalan-jalan keluar negeri
"Iya, Cella ... Mo-mobil Mama dibawa Tuan Samuel."Saraswati menangis tersedu-sedu. Air matanya sudah membasahi wajah. Bahkan riasan make-up nya mulai luntur. Beberapa pengunjung restoran yang melihat penampilan Saraswati terkekeh. Ada juga yang merasa iba meskipun tidak tahu akar permasalahannya."Tidak mungkinlah, Ma! Tuan Samuel itu kan kaya raya! Tidak mungkin dia membawa kabur mobil Mama. Waktu itu kan kita lihat sendiri, kalau mobil Tuan Samuel lebih mewah, lebih mahal harganya dari mobil kita." Cella masih tidak percaya dengan ucapan wanita yang telah melahirkannya padahal Saraswati sudah menangis tersedu-sedu."Cella! Kau ini kenapa sih? Kenapa gak percaya sama omongan Mama? Kenapa, Cella? Mama bicara serius kalau mobil Mama dibawa kabur Tuan Samuel, Cella ... Mama mohon, cepat jemput Mama! Cepat, Cella!"Saraswati tidak mau mendengar tanggapan dari anak kandungnya lagi. Ia langsung mematikan sambungan telepon. Menangis sejadi-jadinya. Hatinya sangat sakit karena Cells tidak p
"Nanti kalau sampai di rumah, barulah aku kasih tahu caranya. Sekarang Mama tenang dulu, tarik napas, embuskan perlahan." Saraswati mengikuti saran Cella. Paling tidak, sekarang Cella lega karena Mamanya bersikap tenang. Sangat bahaya jika Saraswati marah-marah tidak jelas di jalan raya begini. Cella tidak mau mengambil resiko.Sesampainya di rumah, Saraswati langsung menarik lengan anak kandungnya masuk ke dalam kamar Cella."Cella, cepat katakan sama Mama! Cara apa yang membuat Abimanyu mau menyerahkan hartanya pada Mama. Apa caranya, Cella?"Cella menghela napas kasar, melepaskan tangan Mamanya dari lengan. Dia pikir, Saraswati telah lupa. Ternyata masih saja ingat. Bagaimana ini? Apa yang akan Cella katakan?"Hmmm ... Nanti dulu ya, Ma? Aku mau keluar dulu. Oke?"Tanpa menunggu tanggapan Mamanya, Cella langsung melesat keluar kamar. Sontak, Saraswati memanggil nama Cella histeris. Nihil, Cella sudah masuk ke dalam mobil, meninggalkankan halaman rumah Tuan Abimanyu."Saraswati!" Pa
Pagi-pagi sekali, mobil Saraswati yang ditumpangi Samuel berhenti tepat di depan pintu gerbang rumah Tuan Fernandes, mantan mertuanya. Samuel datang lagi ke rumah ini dengan maksud untuk membujuk Angela dan keluarganya agar mengizinkan dirinya tinggal di rumah itu lagi. Dia tidak mau jatuh miskin, tidak mau hidup susah seperti sebelum ia menikah dengan Angela. Sekarang Samuel akan manfaatkan kedekatannya dengan anak-anak yaitu Ayla dan Angga. Dua anak Samuel itu memang cukup dekat dengan dirinya. Sedangkan di dalam rumah, kedua anak Samuel tampak malas menyantap sarapan. Tuan Fernandes dan Nyonya Merlyn sangat prihatin dengan keadaan kedua cucunya."Ayla, Angga, roti panggangnya dimakan, Nak," ucap Nyonya Merlyn menegur darah daging Angela dan Samuel."Iya, Oma." dengan terpaksa dua anak Angela menyantap sarapan meski tidak lahap. Angela sendiri baru keluar kamar, ia berusaha bersikap sumringah. Senyum manis ia tunjukkan, begitu pula suaranya yang terdengar lembut dan riang."Anak-an
Seharian ini, Ibu Sinta sangat gelisah memikirkan keadaan anak tunggalnya. Esok Jake akan menikah, sedangkan ia masih di rumah. Tidak ada persiapan apapun untuk membantu acara pernikahan Jake. Tidak seperti sebelumnya, Ibu Sinta banyak sekali membuat kue-kue. Wanita tua itu menghampiri suaminya yang tengah duduk melamun di kursi depan teras rumah. Waktu telah menunjukkan pukul delapan malam. Tetapi, Pak Ibrahim tidak mengajak istrinya pergi ke Jakarta menghadiri pernikahan anaknya esok hari."Kopinya, Pak," ucap Ibu Sinta, meletakkan secangkir kopi di atas meja. Pak Ibrahim menoleh, mengucapkan terima kasih. Kemudian, menyeruput kopi tersebut.Ibu Sinta merasa kesepian sejak Jake memutuskan tinggal di ibu kota. "Pak, besok anak kita menikah. Bapak yakin tidak ingin datang menghadirinya?" Setelah mengumpulkan keberanian, Ibu Sinta bertanya. Ia berharap, suaminya menjawab sesuai keingian hatinya. Biar bagaimana pun, seorang Ibu pasti ingin menghadiri acara sakral anak kandungnya. Pak I
Malam pertama Jake dan Helena terlewati sempurna. Helena menjadi wanita paling bahagia. Begitu pula Jake, dirinya pun merasa menjadi lelaki sejati. Bahkan, Helena seperti wanita yang tidak pernah puas mendapat nafkah bathin suaminya.Pagi ini, usai 'melakukan satu kali lagi', Helena meminta Jake memandikannya. Tentu saja, Jake mengabulkan dengan suka hati. Mereka pun sempat 'melakukannya'. Helena tersipu malu, menggigit bibir saat keduanya telah selesai membersihkan diri. Jake pun tidak menyangka jika Helena tak malu-malu meminta nafkah bathin padanya."Jake, kamu ... kamu mau sarapan di sini atau bersama mereka?" Bibir yang terlihat lebih tebal itu bertanya. Melihat keadaan leher jenjang Helena yang penuh bekas kecupan, rasanya tidak mungkin Jake membiarkan istrinya keluar kamar."Hmm ... Nona, bagaimana kalau kita sarapan di sini saja?""Oke, aku ambilkan sarapannya dulu.""Jangan, Nona. Biar saya saja yang mengambilnya. Nona tunggu di sini." Kening Helena mengkerut, tidak mengert