"Terima kasih, Jake. Kamu suami yang sangat baik," puji Helena tulus. Jake meletakkan sarapan untuk istrinya. "Sama-sama. Nona juga istri yang baik," balas Jake yang ditanggapi kekehan kecil Helena."Istri yang baik apanya? Sarapan saja kamu yang ambilin," timpal Helena mengolesi roti tawar dengan selai nanas kesukaannya. "Kamu sudah menjadi istri yang baik karena ... karena sudah melayaniku dengan agresif."Helena tergelak, ia sampai terbatuk-batuk."Jake ... kenapa kamu bahas masalah itu?""Bukan membahas, aku hanya ... hanya membalas pujianmu." Sebelah alis Jake terangkat. Tidak dapat dipungkiri jika Jake terlihat tampan. Helena memalingkan muka ke arah lain, menggigit roti tawar. Wajahnya bersemu merah menahan malu karena Jake mengingatkannya tentang hubungan suami istri yang telah mereka lakukan. "Nona, kemarin Papa sempat bilang. Katanya hari ini kalau aku bersedia, datang ke kantor. Menurutmu bagaimana?" Jake mengalihkan pembicaraan. Dia pun tak ingin larut dalam pembahasan
Sumpah demi apapun, Saraswati tidak menyangka akan bertemu dengan mantan suaminya yang dulu menelantarkan Saraswati dan Cella. Ternyata benar yang dikatakan Cella, kalau Toni Sanjaya sekarang sudah menjadi orang yang kaya raya. Rupanya pemilik restoran ini adalah Toni Sanjaya. "Jaga bicaramu, Toni! Siapa yang menderita? Hidupku dan Cella sangat bahagia ketika dinikahi Abimanyu," ucap Saraswati tidak ingin kalau mantan suaminya mengetahui ia hidupnya menderita. Dulu, Saraswati memang sangat bahagia. Dia benar-benar menjadi ratu di rumah itu. Tetapi, sejak Helena kembali pulang ke rumah dan tinggal di sana, hidupnya jadi tidak bahagia. Setiap malam, Saraswati selalu gelisah karena takut suatu waktu akan keluar dari rumah Tuan Abimanyu. Bahkan, Saraswati tidak berani membayangkan jika suatu saat nanti Tuan Abimanyu menceraikannya. Tidak mau! Saraswati tidak mau itu terjadi. Dia ingin menjadi istri Tuan Abimanyu dan tinggal di rumah itu selamanya."Hahahaha ...." Toni tertawa lepas. Ia
Sungguh, Saraswati sangat kecewa dan sakit hati pada Cella, anak kandungnya. Cella begitu tega tidak memberitahu pernikahannya dengan Roger pada Saraswati. Sedangkan pada Toni, yang dulu pernah mencampakkan mereka justru diberitahu. Di mana hati nurani Cella? Kenapa tidak memberitahu perihal pernikahannya dengan Roger."Aku gak ngerti, kenapa Cella sampai tidak memberitahumu? Apa karena kamu tidak menyukai Roger? Kalau dipikir-pikir, lebih baik aku. Walaupun dulu pernah mencampakkan kalian, tapi lihat! Cella justru datang padaku dan meminta aku agar menjadi wali atas pernikahannya." Kesombongan Toni menyentak Saraswati. Wanita tua itu menyeka kasar lelehan air mata yang tanpa disadari membasahi wajahnya. Kemudian, menatap penuh kebencian pada lelaki yang tersenyum mengejek."Jangan sombong! Dengarkan aku baik-baik, jangan merasa jumawa dulu karena sudah mendapat kepercayaan Cella! Aku ini ibunya! Wanita yang telah mengandung dan melahirkan Cella! Tahu betul, bagaimana sifat asli dia!
Saraswati sekarang benar-benar bersedih dan kecewa akan sikap anak kandungnya. Sepanjang jalan pulang, di dalam taksi Saraswati tak henti menangis. Menangisi nasib yang menimpanya. Saat ini, ia merasa hidup seorang diri. Sikap Abimanyu yang selalu menghindar dan juga sikap Cella yang telah tega membohonginya. Kepada siapa lagi Saraswati mengadu dan berkeluh kesah? Biasanya pada Abimanyu dan Cella. Kini, dua orang itu justru tampak membencinya."Bu, maaf, Bu. Ibu mau kemana?" Suara supir taksi membuyarkan kesedihan Saraswati. Wanita itu menyeka air mata dan cairan yang keluar dari lubang hidungnya."Pulang saja, Mas. Ke rumah awal saya naik taksi.""Baik, Bu."Hancur sudah perasaan dan kehidupan Saraswati. Mungkin sebentar lagi dia akan diusir Tuan Abimanyu karena tidak dapat membuat mobilnya kembali lagi. Saraswati bingung mencari keberadaan Samuel. Dia tidak terlalu mengenal lelaki itu. Hanya mengenal namanya saja.Sampai di rumah Tuan Abimanyu, Saraswati membayar ongkos, kemudian mas
Saraswati sangat terkejut melihat keberadaan Bella di rumah Tuan Abimanyu.'Siapa yang menyuruhnya kembali ke rumah ini? Apa mungkin Mas Abi sendiri yang meminta anak sulungnya tinggal di sini lagi?' bathin Saraswati bertanya."Aku yang meminta Bella tinggal di sini lagi. Kenapa memangnya? Kamu keberatan?" Jawaban Tuan Abimanyu seolah memancing kemarahan Saraswati. Baru saja reda amarah Saraswati terhadap Cella, kini dirinya diliputi kemarahan lagi karena kedatangan Bella di rumah ini. Tidak mungkin Saraswati bahagia melihat keluarga Tuan Abimanyu bersatu dan hidup bersama dalam satu atap. Apalagi sekarang kedua anak perempuan Tuan Abimanyu telah menikah. "Tentu saja aku keberatan! Apa Mas gak berpikir, adanya Bella di sini akan mencoreng nama keluarga, Mas? Ingat lho, dulu dia pernah melakukan kesalahan! Kesalahan yang sangat fatal! Aku harap Mas tidak melupakan itu!" Tanpa tahu diri, Saraswati berkata demikian. Helena mengepalkan kedua tangan sangat kuat. Menatap Saraswati penuh ke
Cella memutuskan tidak pulang ke rumah Tuan Abimanyu. Wanita itu yakin kalau Mamanya sudah bercerita tentang pernikahannya dengan Roger. Cella tidak dapat membayangkan reaksi Tuan Abimanyu saat mengetahuinya. Apakah ia marah besar? Atau justru tidak peduli? Cella menghempaskan ke apartemen tempat ia bertemu dengan Roger. Cella sudah menghubungi suaminya itu agar bersedia menemaninya malam ini. Cella tidak mungkin tidur seorang diri di apartemen ini.Suara ketukan pintu terdengar. Cella terperanjat, tersenyum manis menyambut kedatangan lelaki yang dicintai. Begitu membuka pintu, Cella langsung menghambur dalam pelukan Roger."Hei, tunggu. Masuk dulu! Aku gak mau ada orang yang melihat kita." Roger berkata, menarik tangan Cella agar masuk ke dalam."Temani aku malam ini di sini, ya? Please ...." rengek Cella pada lelaki yang menatapnya heran. Roger melepaskan rengkuhan Cella, duduk di sofa. "Kenapa kamu gak pulang ke rumah Tuan Abimanyu?" selidik Roger sambil mengeluarkan sebungkus ro
Saraswati sangat kesal karena pesannya tidak dibalas Cella, hanya dibaca saja. Menghempaskan tubuh ke atas ranjang, mengepalkan kedua tangan. Rahangnya mengeras, menahan amarah yang sudah di ubun-ubun. Saraswati tidak mau mengakui kalah dalam permainan ini. Ya sebenarnya hanya dia yang menganggap sebuah permainan. Helena dan Bella, sama sekali tidak menganggap itu sebuah permainan. Saraswati tak kunjung bisa memejamkan kedua mata. Ia berada di dalam kamar seorang diri. Sudah beberapa malam, Saraswati tidur sendirian. Tuan Abimanyu lebih memilih tidur di ruang kerja dari pada tidur bersamanya. Sebagai wanita normal yang sudah berhari-hari tidak disentuh, malam ini ingin rasanya ia memadu kasih dengan seorang pria yakni suaminya. Saraswati beranjak, memilih gaun yang akan membuat suaminya itu terangs*ng. Tak lupa, parfum mahal yang biasa digunakan untuk berc*nta dia semprotkan ke area-area sensitif. Wajahnya pun tak lupa dipoles make up lumayan tebal. Bibir Saraswati yang agak tebal, k
Saraswati mendengus kesal mendengar ucapan anak bungsu tuan Abimanyu. Helena berlalu pergi, enggan menunggu tanggapan dari wanita yang ingin memecah belah keluarganya. "Astaga, aku lupa! Bukannya semalam aku sudah berencana akan pura-pura baik pada keluarga ini? Hadeuh ...." gumam Saraswati menepuk keningnya. Wanita itu lantas masuk ke dalam kamarnya, membersihkan diri dan membantu para asisten rumah tangga di dapur."Pokoknya aku harus bisa membuat si Helena dan Bella baik padaku! Aku harus bisa merebut hati dan kepercayaan dua anak sialan itu!" tekad Saraswati usai menyisir rambut. Wanita itu melenggang keluar kamar. Bibirnya menyunggingkan senyum manis. Dengan ramah, Saraswati menyapa para asisten rumah tangga yang ada di rumah ini. Tentu saja mereka merasa aneh akan perubahan sikap Saraswati. "Kalian hari ini masak?" tanya Saraswati pada ketiga asisten rumah tangga Tuan Abimanyu. Salah satu asisten rumah tangga itu menyebutkan beberapa menu makan siang dan makan malam nanti. Sa