Saraswati sangat kesal karena pesannya tidak dibalas Cella, hanya dibaca saja. Menghempaskan tubuh ke atas ranjang, mengepalkan kedua tangan. Rahangnya mengeras, menahan amarah yang sudah di ubun-ubun. Saraswati tidak mau mengakui kalah dalam permainan ini. Ya sebenarnya hanya dia yang menganggap sebuah permainan. Helena dan Bella, sama sekali tidak menganggap itu sebuah permainan. Saraswati tak kunjung bisa memejamkan kedua mata. Ia berada di dalam kamar seorang diri. Sudah beberapa malam, Saraswati tidur sendirian. Tuan Abimanyu lebih memilih tidur di ruang kerja dari pada tidur bersamanya. Sebagai wanita normal yang sudah berhari-hari tidak disentuh, malam ini ingin rasanya ia memadu kasih dengan seorang pria yakni suaminya. Saraswati beranjak, memilih gaun yang akan membuat suaminya itu terangs*ng. Tak lupa, parfum mahal yang biasa digunakan untuk berc*nta dia semprotkan ke area-area sensitif. Wajahnya pun tak lupa dipoles make up lumayan tebal. Bibir Saraswati yang agak tebal, k
Saraswati mendengus kesal mendengar ucapan anak bungsu tuan Abimanyu. Helena berlalu pergi, enggan menunggu tanggapan dari wanita yang ingin memecah belah keluarganya. "Astaga, aku lupa! Bukannya semalam aku sudah berencana akan pura-pura baik pada keluarga ini? Hadeuh ...." gumam Saraswati menepuk keningnya. Wanita itu lantas masuk ke dalam kamarnya, membersihkan diri dan membantu para asisten rumah tangga di dapur."Pokoknya aku harus bisa membuat si Helena dan Bella baik padaku! Aku harus bisa merebut hati dan kepercayaan dua anak sialan itu!" tekad Saraswati usai menyisir rambut. Wanita itu melenggang keluar kamar. Bibirnya menyunggingkan senyum manis. Dengan ramah, Saraswati menyapa para asisten rumah tangga yang ada di rumah ini. Tentu saja mereka merasa aneh akan perubahan sikap Saraswati. "Kalian hari ini masak?" tanya Saraswati pada ketiga asisten rumah tangga Tuan Abimanyu. Salah satu asisten rumah tangga itu menyebutkan beberapa menu makan siang dan makan malam nanti. Sa
Cella bungkam, bibirnya terkatup rapat. Cella bingung menjawab pertanyaan suaminya. Dia tidak mungkin mengatakan kalau karena pernikahannya dengan Roger-lah yang menjadi penyebab dirinya diusir dan dipecat Tuan Abimanyu. "A-aku juga gak tahu, Sayang ... mungkin Papa Abi begitu karena hasutan kedua anaknya. Sekarang kan Bella dan Helena tinggal di sana. Mereka dari dulu memang selalu iri padaku." Akhirnya Cella menemukan jawaban yang menurutnya tepat. Roger memang tahu mengenai hubungan Cella dengan kedua saudara tirinya. Sejak dahulu memang tidak baik."Kau memang payah, Cella! Harusnya mereka yang keluar dari rumah itu bukan kau!"Sambungan telepon diputus Roger begitu saja. Kemarahan yang sebelumnya sudah menguasai diri Cella, semakin menjadi-jadi. Ia berteriak histeris, kesal dan kecewa dengan keadaan yang menimpanya. Bahkan Roger, lelaki yang telah dipilihnya tidak bisa menenangkan Cella. Justru Roger seolah menyalahkannya.Suara ketukkan pintu menyentak Cella. Ia segera menyeka
"Mas, aku minta pulang sekarang!" titah seorang wanita pada suaminya yang bernama Roger. Melani, nama istri Roger sangat geram mengetahui kalau suaminya berselingkuh dengan seorang wanita bernama Cella. Bahkan mereka telah menikah. Melani yang baru saja pulang dari butik sangat terkejut, mendapat kiriman paket berisi flashdisk dan juga beberapa lembar foto pernikahan antara suaminya dan Cella."Ada apa, Mel? Kenapa kamu menyuruhku pulang sekarang?" Tentu saja Roger heran, tiba-tiba saja Melani menyuruhnya pulang. Ada apa? Apa yang sebenarnya terjadi? Roger bertanya-tanya. Tidak biasanya Melani menyuruh Roger pulang cepat."Pokoknya aku minta Mas pulang sekarang juga! Aku tunggu!" Sambungan telepon terputus. Roger menggelengkan kepala akan sikap istrinya yang berubah. Menit berikutnya, Roger sudah keluar dari kantor, masuk ke dalam mobil. Kendaraan yang ditumpangi Roger sudah keluar dari halaman perusahaan yang dirintis oleh orang tua Melani. Ya sebenarnya nasib Roger dan Samuel tidak
Seperti biasa, setiap pagi keluarga Tuan Abimanyu sarapan bersama. Rumah ini semakin ceria sejak kedatangan Bella dan keluarga kecilnya. Bella pun bahagia dapat berkumpul kembali bersama Papa dan adik satu-satunya yaitu Helena.Saraswati mulai pagi ini menyiapkan sarapan untuk mereka. Bukan, bukan karena ia sudah berubah baik. Tetapi, karena Saraswati kini tak ada lagi orang yang mau didekatinya. Cella, anak tunggalnya dari pernikahan pertama, sekarang justru meninggalkannya. Kini, Saraswati berjuang sendirian menjalankan rencana yang telah ia susun.Usai menyantap sarapan, para lelaki di rumah itu semua berangkat ke kantor. Mereka mengelola perusahaan Tuan Abimanyu bersama-sama. Sejauh ini, Rino dan Jake tidak mengalami kendala yang berarti. "Jake, meeting jam dua nanti sebaiknya kau saja yang menemui klien. Kerjaanku yang kemarin belum selesai. Tidak masalah 'kan?" ucap Rino yang duduk di jok samping kemudi. Jake yang menyetir kendaraan yang mereka tumpangi menoleh."Siap, Kak. Tet
"Siap, Mas! Sekarang juga aku akan ke apartemen!" Dengan riang, Cella menutup panggilan telepon Roger. Kemudian, mengemasi pakaian dan keluar kamar. Senyumnya merekah bahagia mendengar Roger menyuruhnya datang ke apartemen. Cella sudah sangat yakin kalau Roger akan melakukan perceraian dengan Melani. Sekarang Cella akan memiliki Roger seutuhnya."Papa!" teriak Cella ketika melihat Papanya baru saja keluar kamar. Toni Sanjaya sangat bahagia melihat anak semata wayangnya yang lahir dari rahim Saraswati terlihat bahagia."Kamu mau kemana, Cel?" tanya Toni melihat Cella menarik koper. "Baru saja Mas Roger meneleponku, Pa. Dia menyuruh aku datang ke apartemen! Pa, sumpah deh! Aku bahagia banget karena pada akhirnya Mas Roger lebih memilihku dari pada istri pertamanya. Semua ini berkat bantuan Papa. Terima kasih banyak ya, Pa?" seloroh Cella merangkul pinggang Toni dengan bahagia. Sekarang Cella sudah berhutang budi dan menganggap Toni sosok ayah yang baik. Maka, setelah ini mudah bagi Ton
Cella tidak menyangka kalau Roger ternyata lelaki yang perhitungan. Anak tunggal Saraswati dan Toni Sanjaya tersenyum miris mendengar ucapan Roger. Lelaki itu tak lama kemudian istirahat, tidur di apartemen Cella. Baru saja Cella hendak memejamkan kedua mata, handphone-nya berdering berulang kali. Cella beranjak, mengambil handphone yang tergeletak di atas meja rias. Ternyata telepon dari Saraswati, wanita yang telah melahirkan Cella. Dengan malas, Cella mengangkat sambungan telepon itu."Hallo?""Ce-Cella ... kamu di mana, Nak? Mama lagi sakit ...." ujar Saraswati yang saat ini sedang tidak enak badan. Tubuh Saraswati kelelahan karena beberapa hari belakangan ia melakukan aktivitas sebagai ibu rumah tangga. Tujuannya agar orang-orang yang ada di rumah Tuan Abimanyu peduli padanya. Saraswati sekarang hanya sendirian. Dia tidak mau diusir dari rumah yang sekarang ia tempati."Aku di apartemen bersama Mas Roger," jawab Cella tanpa beban. Mendengar nama Roger, Saraswati membeliakkan ked
"Apa? Papa sendiri yang menyuruhnya keluar dari rumah ini dan pecat dia dari kantor?" Helena memastikan, ia tak percaya kalau Papanya yang melakukan itu. Helena pikir, Cella pergi dari rumah karena keberadaan Bella. Ternyata ada masalah lain."Iya. Papa yang melakukannya.""Kenapa, Pa?" Giliran Bella yang bertanya. Mereka berdua heran dan tak yakin kalau Tuan Abimanyu melakukan itu pada anak sambungnya. Setahu Helena dan Bella, Tuan Abimanyu menyayangi Cella seperti anak kandung sendiri.Mendapat pertanyaan dari anak sulungnya, Tuan Abimanyu menarik napas panjang. Ia pun jika mengingat keputusan Cella sangat kecewa. Padahal Tuan Abimanyu selama ini sudah membesarkan Cella dengan baik. Tetapi, sekarang dia justru menikah dengan lelaki yang sudah memiliki istri dan lelaki itu juga yang pernah menipu perusahaan Tuan Abimanyu."Karena Cella ... Cella menikah dengan Roger!""Hah? Roger?" Bella dan Helena terkejut. Mereka serempat bertanya. "Iya. Kamu pasti ingat, Bel. Dulu ada seseorang y