"Siap, Mas! Sekarang juga aku akan ke apartemen!" Dengan riang, Cella menutup panggilan telepon Roger. Kemudian, mengemasi pakaian dan keluar kamar. Senyumnya merekah bahagia mendengar Roger menyuruhnya datang ke apartemen. Cella sudah sangat yakin kalau Roger akan melakukan perceraian dengan Melani. Sekarang Cella akan memiliki Roger seutuhnya."Papa!" teriak Cella ketika melihat Papanya baru saja keluar kamar. Toni Sanjaya sangat bahagia melihat anak semata wayangnya yang lahir dari rahim Saraswati terlihat bahagia."Kamu mau kemana, Cel?" tanya Toni melihat Cella menarik koper. "Baru saja Mas Roger meneleponku, Pa. Dia menyuruh aku datang ke apartemen! Pa, sumpah deh! Aku bahagia banget karena pada akhirnya Mas Roger lebih memilihku dari pada istri pertamanya. Semua ini berkat bantuan Papa. Terima kasih banyak ya, Pa?" seloroh Cella merangkul pinggang Toni dengan bahagia. Sekarang Cella sudah berhutang budi dan menganggap Toni sosok ayah yang baik. Maka, setelah ini mudah bagi Ton
Cella tidak menyangka kalau Roger ternyata lelaki yang perhitungan. Anak tunggal Saraswati dan Toni Sanjaya tersenyum miris mendengar ucapan Roger. Lelaki itu tak lama kemudian istirahat, tidur di apartemen Cella. Baru saja Cella hendak memejamkan kedua mata, handphone-nya berdering berulang kali. Cella beranjak, mengambil handphone yang tergeletak di atas meja rias. Ternyata telepon dari Saraswati, wanita yang telah melahirkan Cella. Dengan malas, Cella mengangkat sambungan telepon itu."Hallo?""Ce-Cella ... kamu di mana, Nak? Mama lagi sakit ...." ujar Saraswati yang saat ini sedang tidak enak badan. Tubuh Saraswati kelelahan karena beberapa hari belakangan ia melakukan aktivitas sebagai ibu rumah tangga. Tujuannya agar orang-orang yang ada di rumah Tuan Abimanyu peduli padanya. Saraswati sekarang hanya sendirian. Dia tidak mau diusir dari rumah yang sekarang ia tempati."Aku di apartemen bersama Mas Roger," jawab Cella tanpa beban. Mendengar nama Roger, Saraswati membeliakkan ked
"Apa? Papa sendiri yang menyuruhnya keluar dari rumah ini dan pecat dia dari kantor?" Helena memastikan, ia tak percaya kalau Papanya yang melakukan itu. Helena pikir, Cella pergi dari rumah karena keberadaan Bella. Ternyata ada masalah lain."Iya. Papa yang melakukannya.""Kenapa, Pa?" Giliran Bella yang bertanya. Mereka berdua heran dan tak yakin kalau Tuan Abimanyu melakukan itu pada anak sambungnya. Setahu Helena dan Bella, Tuan Abimanyu menyayangi Cella seperti anak kandung sendiri.Mendapat pertanyaan dari anak sulungnya, Tuan Abimanyu menarik napas panjang. Ia pun jika mengingat keputusan Cella sangat kecewa. Padahal Tuan Abimanyu selama ini sudah membesarkan Cella dengan baik. Tetapi, sekarang dia justru menikah dengan lelaki yang sudah memiliki istri dan lelaki itu juga yang pernah menipu perusahaan Tuan Abimanyu."Karena Cella ... Cella menikah dengan Roger!""Hah? Roger?" Bella dan Helena terkejut. Mereka serempat bertanya. "Iya. Kamu pasti ingat, Bel. Dulu ada seseorang y
Tuan Abimanyu sangat bahagia melihat Bella berbuat baik pada istri keduanya. Padahal sebelumnya Saraswati kerap kalo berbuat jahat pada anak sulungnya. Bahkan salah satu orang yang menghasut Tuan Abimanyu agar diusir dari rumah adalah Saraswati. Tetapi sekarang, Bella justru yang merawat dan bersedia menyuapi Saraswati yang sedang jatuh sakit. Bukan anak kandung yang selama ini dibanggakannya. "Bella, terima kasih kamu sudah perhatian pada Saras," ujar Tuan Abimanyu ketika mereka sudah keluar dari kamar, membiarkan Saraswati istirahat setelah meminum obat. Bella tersenyum dan menimpali, "Sama-sama, Pa. Aku dan Helena sudah gak punya Mama. Apa salahnya jika sekarang kami pun menganggapnya Mama? Lagi pula sekarang dia sudah berubah menjadi lebih baik. Mungkin kalau dari dulu ia baik kepadaku dan Helena, pasti dengan senang hati kami akan menerima kehadirannya sebagai pengganti Mama." Perkataan Bella membuat Tuan Abimanyu mengerti. Pantas saja seolah ada jarak antara Saraswati dan kedua
Tak dapat dipungkiri, sesungguhnya hati Melani sangat sakit dikhianati lelaki yang selama ini dibanggakannya. Roger begitu tega menduakan cintanya. Padahal selama ini, Melani selalu berusaha menjadi istri yang baik baginya. Tidak ada kecurigaan dalam hati Melani kalau Roger ternyata berselingkuh. Sebab, selama berumah tangga dengannya, Roger selalu pulang ke rumah tiap malam. Tidak pernah menginap di tempat lain. Bahkan lelaki itu pun selalu menolak jika ditugaskan bekerja keluar kota. Ternyata kepercayaan Melani disalahgunakan Roger. Entah bagaimana pernikahan Roger dan istri keduanya terjadi. Sedangkan ia masih pulang ke rumah tiap hari?Kini, rumah tangga yang dibangun bertahun-tahun lamanya harus kandas karena orang ketiga. Seorang gadis tanpa tahu malu mencintai. Tidak hanya Melani yang kecewa dan marah akan perselingkuhan Roger, kedua orang tua Melani tak kalah kecewa. Ayah kandung Melani langsung memberikan surat pemecatan kerja untuk menantunya ketika mendengar Roger menyeling
Kondisi Saraswati sudah berubah menjadi lebih baik. Badannya tak lagi lemas dan kepalanya pun tidak pusing-pusing lagi. Saraswati mulai tidak terlalu memikirkan kehidupan Cella lagi. Ia mulai menata hidupnya agar lebih baik. Hidup di tengah-tengah kehangatan sebuah keluarga. Jika Cella ingin dianggap mati, maka Saraswati akan mengabulkannya. Ia akan berusaha untuk melupakan seorang anak bernama Cella Paramitha. Ketukan pintu kamar membuat Saraswati tersentak. Saat ini, ia sedang merapikan tempat tidur. Abimanyu sudah keluar kamar lebih dulu. Lelaki itu bilang mau ke ruang kerja sebelum melakukan sarapan bersama. Saraswati berjalan, membuka pintu. Rupanya Bella membawa semangkuk bubur dan segelas air putih di atas nampan."Bella, kamu gak perlu bawa sarapan Mama lagi. Nanti kita sarapan bersama di ruang makan, ya?" ucap Saraswati mengambil alih nampan dari tangan Bella. "Ya udah deh kalau begitu, biar aku simpan lagi buburnya.""Gak usah. Biar nanti Mama yang bawa ke sana. Kamu dulua
Sudah dua hari Roger tak juga bekerja. Ia hanya berdiam diri di apartemen. Cella pikir, setelah memiliki Roger seutuhnya, ia dapat berbahagia. Ternyata tidak kenyataan tidak seperti yang dibayangkan. Sikap Roger tampak dingin, tak seromantis ketika ia masih suami Melani. Cella beranjak setelah menghabiskan secangkir kopi manis di pagi hari. Berjalan ke lemari pendingin, melihat stok makanan yang ada. Ternyata hanya tersisa dua butir telur dan juga kembang kol serta tiga kentang. Cella mengeluarkannya, memasak sesuai bahan-bahan yang ada. Usai memasak, Roger baru bangun, tepat pukul sebelas siang. Cella tampak acuh melihat kedatangan suaminya yang langsung duduk di kursi meja makan. Cella cemberut, tak ada senyum yang menghiasi wajahnya seperti biasanya. "Makannya cuma sama ini?" tanya Roger melihat satu mangkuk sayur yang berada di dalam tudung saji. Cella tak menjawab, mengambil piring dan menyendokkan nasi serta sayur."Aku belum sempat belanja. Mungkin nanti sore aku baru belanj
Cella semakin bingung mendengar pertanyaan dari wanita yang di seberang telepon sana. Apa mungkin itu adalah istri pertama papanya?"Aku anak kandung papa Toni dari istri pertamanya. Sekarang katakan padaku, di mana papa Toni? Aku ingin bicara padanya." Tanpa memikirkan resikonya, Cella mengatakan yang sejujurnya. Padahal jika Cella tahu, kalau dulu wanita itulah yang merebut Toni dari mamanya, mungkin Cella tidak sembrono mengatakan siapa dirinya sebenarnya. "Apa? Jadi kamu anaknya si Saraswati itu?" Suara seseorang yang berada di ujung telepon mengejek kejujuran Cella. Namun, sedikit pun Cella tidak merasa cemas jika kejujurannya ini akan membuat Toni sangat marah."Iya. Aku anaknya. Bahkan beberapa hari kemarin aku sempat tinggal di rumah papa Toni." Cella seolah sengaja ingin memberitahu tentang kedekatannya dengan Toni. Wanita bernama Friska itu sangat geram mendengar pengakuan yang disampaikan anak tirinya. Friska mengepalkan kedua telapak tangan. Amarahnya sudah naik ke atas u