“Jadilah orang dungu, Brian. Jangan tunjukan kepintaran kamu buat membantah Papa. Kamu cukup jadi si dungu yang selalu meng-iyakan semua perintah Papa, maka Papa pun gak akan ganggu siapapun dan apapun yang kamu lindungi,” pinta Adnan, yang justru terdengar seperti sebuah ancaman.
Brian diam.
Semua kalimat yang diucapkan oleh Adnan itu hanya masuk ke telinga kanan dan keluar dari telinga kiri tanpa benar-benar melekat di hatinya. Walau kenyataannya, Brian Sendiri pun tak menolak permintaan itu.
“Jawab ucapan Papa, Brian,” tegur Adnan dengan suara yang terdengar tenang.
“Hm,” gumam Brian sebagai jawabannya.
Dengan ogah-ogahan, Brian menyatap sarapannya. Kalau saja ia tidak berpikir kalau tubuhnya perlu asupan energi agar bisa pergi bekerja, dan agar kondisi tubuhnya pun prima, ia tak ingin memakan sarapannya lagi.
“Sayang,” panggil Sandra memecah keheningan yang sebelumnya sempat melingkupi suas
"Mona ada di ruang tamu sama Mama tiri kamu. Sana, ajak dia berkeliling," kata Adnan memerintah. Ia bahkan tak tanggung-tanggung langsung mendatangi Brian di kamarnya, tanpa permisi.Brian menoleh sesaat, membetulkan kacamatanya yang sedikit merosot ke pangkal hidungnya, lalu kemudian kembali memfokuskan pandangannya pada laptopnya. Dengan terang-terangan ia mengabaikan Adnan."Brian...." Suara Adnan menegur sikap diam Brian.“Apa?” sahut Brian yang dengan malas menoleh memandang Adnan yang berdiri menjulang di ambang pintu.“Kamu gak denger? Ada Mona di bawah. Sana, ajak ngobrol dan ajak keliling. Kalian harus saling mengenal dulu sebelum menikah,” ulangnya terdengar jengkel.“Aku lagi kerja. Banyak pekerjaan yang belum selesai,” tolak Brian secara halus.Yang benar, saja. Brian malas kalau harus menemui perempuan yang tak lain adalah keponakan Sandra itu.Persetan dengan pernyataan ‘Sa
Setelah pertemuan pertamanya dengan Mona, penikahan pun dilaksanakan sebulan kemudian.Ballroom hotel bintang lima itu pun disulap jadi begitu megah dengan dekorasi perpaduan dengan warna soft pink dan silver.Gaun pengantin yang dikenakan oleh Mona pun rancangan designer ternama, bertaburkan swarovski kualitas premium.Tamu undangan bahkan lebih dari seribu orang. Tak habis-habisnya Mona terlihat tersenyum bahagia menangapi uluran tangan juga ucapan selamat dari satu persatu tamu, berbeda dengan Brian yang sedari tadi hanya terpaksa menyinggingkan senyumanya."Brian... aku bahagia banget," ucap Mona tersenyum ceria seraya memeluk mesra lengan Brian. "Makasih banyak ya," tambahnya.'Tapi, aku gak bahagia'Ingin sekali Brian mengatakan kalimat seperti itu, tapi ia tak bisa."Iya, aku juga."Pada akhirnya hanya itu kalimat yang mulut Brian katakan. Tanpa perasaan apapun. Hambar.Brian memaksakan senyumnya, mulai berp
“Athena, bisakah kamu kemari sebentar?” suara Andreas memanggil memanggil Athena dari ruangan inkubator di mana Valerie dirawat.Mendengar itu, Athena pun bergegas mengambil langkah seribu untuk segera menghampiri Adnreas.“Ada apa? Valerie gak kenapa-kenapa, kan?” cecar Athena panik.Ia membuka pintu ruangan itu dengan kepanikan luar biasa, lalu kemudian ia pun membeku di tempatnya dengan mata yang terpaku pada sosok Andreas yang terlihat tenang menggendong Valerie.“Athena... Valerie udah sehat,” ucap Andreas mengabarkan. Senyuman manis tercipta di wajah tampannya, membuatnya terlihat seperti malaikat.Ia begitu berseri-seri.Athena bergeming untuk sejenak, sementara matanya sudah mulai berkaca-kaca. Beberapa kali ia mengucek matanya untuk sekadar memastikan kalau ia tak salah lihat.Kemudian, dengan langkah gontai, Athena pun menghampiri Andreas seraya mengulurkan tangannya untuk meng
“Kamu mau sampe kapan bikin Papa, malu?” pedas Adnan yang langsung menerobos masuk ke dalam ruang kantor Brian.Dari balik komputernya, Brian hanya menghela napas kasar lalu kemudian mengangkat wajahnya dan menatap malas ke arah Adnan yang berjalan penuh amarah ke arahnya.“Soal apa?” tanya Brian pelan.Sialnya saat itu tubuh Brian masih sangat lemas dan demam tubuhnya masih saja membara, membuatnya merasa panas dingin oleh suhu tubuhnya sendiri.“Tentu aja soal Mona. Orang tuanya itu konglomerat, Brian. Kamu ini apa gak mikir gimana malunya Papa pas orang tuanya Mona dateng ke rumah cuma buat marah karena anaknya dipermalukan sama kamu,” marahnya seraya menatap tajam ke arah Brian.“Ini di kantor, Pa. Seperti yang Papa liat, aku sedang bekerja. Kita bahas hal pribadi aku saat di rumah aja,” tukas Brian datar. Ia bahkan merasa mual sendiri karena harus jadi anak penurut yang harus memang
Katanya, Rumah adalah tempat dimana seseorang yang kau cinta akan menunggumu pulang.Tapi setelah kepergianmu, aku tak tahu lagi harus pulang ke mana.(Brian Atmaja)***Dengan tubuh yang membara karena demamnya, Brian berjalan gontai ke kamar pribadinya yang kini juga sudah jadi kamarnya bersama Mona.Ah, mengingat keberadaan Mona dikamarnya , membuat kepala Brian terasa berdenyut."Aku pulang," ucap Brian lemah. Mengabarkan kepulangannya.Ia menutup kembali pintu kamarnya, lalu kemudiam melangkah gontai mendekati Mona yang duduk di depan meja rias, untuk sekadar mengusap puncak kepalanya dengan lembut.Tanpa perasaan apapun. Brian melakukan tindakan manis itu dengan hambar, hanya formalitas demi menyenangkan Mona."Kamu masih demam? tangan kamu panas," tanya Mona yang detik itu juga mulai kembali baik.Sementara Brian membuka jasnya dan perlahan membaringkan tubuhnya ke atas
Aku, biarlah seperti bumi.Menopang meski diinjak,memberi meski dihujani,diam meski dipanasi.Sampai akhirnya kau sadar,kalau aku hancur... kau juga.(Fiersa Besari)***Satu tahun kemudian....Dress formal berwana hitam terlihat begitu anggun dan terkesan seksi di tubuh proporsionalnya. Rambut pendek sebatas leher diwarnai golden brown, juga kaki jenjangnya yang melangkah anggun dengan balutan sebatu high heels stiletto itu pun menambah kesan indah dan cantik berwibawa pada sosoknya yang memang punya kecantikan bak seorang Dewi YunaniAleah Dominique Hilton.Setidaknya, itulah nama yang Athena gunakan dalam satu tahun ini saat dirinya dipercaya sebagai Presiden direktur dari perusahaan Hilton Strategy, yang merupakan perusahaan produk kecantikan yang sangat bonafit, membuat Athena jadi tahu dari mana asal kekayaan Andreas."Selamat pagi, bu Aleah.” Suara seseorang terdengar me
“Istri kamu masih belum hamil karena katanya kamu jarang sekali pulang. Mentang-mentang sekarang kamu tinggal di rumah barumu bersama Mona, kamu jadi lalai sama kesepakatan kita?” pedas Adnan yang lagi-lagi datang menemui Brian di kantornya untuk sekadar mengomel hal remeh yang bahkan tak sepantasnya dibahas di lingkungan pekerjaan.“Sudah berapa kali memangnya aku bilang kalo itu urusan pribadiku dan gak etis kalo dibahas di kantor?” tukas Brian melayangkan tatapan tajamnya pada Adnan.“Kamu mulai membantah Papa?”“Ya emangnya kenapa? Papa selama ini udah bersikap lebih dominan mengurusi urusan hidupku, daripada aku sendiri. Memangnya Papa siapa? Sekalipun Papa ayah biologisku, tapi hak Papa sebagai orang tua gak sampai ke sana,” tegasnya begitu menggebu-gebu.Dada Brian bahkan sampai naik turun karena gejolak emosinya sendiri."Kamu lupa konsekuensi kamu kalo ngelawan Papa? Mantan mertua kamu
"Kenapa mereka masih di sana?” tanya Brian menatap bingung ke arah ruko yang dulunya adalah tempat usaha Bima.Di sana, Septi masih terlihat begitu ceria mengajar beberapa anak, walau keadaannya yang kini harus bergantung pada kursi roda untuk bisa melakukan aktivitas.“Karena mayoritas anak yang belajar di sana itu adalah anak jalanan, tuan. Dari pagi sampai sore mereka sibuk bekerja dengan mengamen dan menjual kantong kresek di pasar, makanya mereka cuma bisa belajar saat malam saja,” jelas Ismail.Brian mengangguk-nganggukan kepalanya mengerti. Kemudian, ia kembali menatap nanar ke arah ruko di mana anak-anak jalanan itu tampak begitu semangat menyimak bagaimana Septi mengajar."Athena kalo bisa lihat ini, pasti bakal seneng, kan, Ismail?""Tentu, tuan. Salah satu rencana besar nona Athena sudah diwujudkan, beliau pasti senang."Brian tersenyum kecut. "Aku harap Athena bisa pulang dan lihat semua ini. Aku ingin dia tahu
Hari Senin pagi, Athena begitu semangat melangkahkan kakinya memasuki lift VIP khusus para eksekutif perusahaan.Hari ini sangat menyenangkan bagi Athena karena ia berangkat bekerja diantar oleh Reza. Pria itu bahkan datang pagi-pagi sekali untuk sekadar menjemput Athena. Bahkan,Reza begitu telaten menyuapi Valerie, membuat Athena merasa benar-benar punya pasangan yang cocok untuk dirinya dan ayah yang baik untuk anaknya."Morning, Bu Aleah. Anda sepertinya sangat ceria hari ini, tidak seperti biasanya." Suara Brian menyapa.Sontak, saat itu Athena menoleh ke belakang, untuk sekadar mendapati Brian yang tersenyum tipis ke arahnya.Ah, sial memang. Saking larutnya dalam rasa senang, Athena bahkan sampai tidak melihat keberadaan Brian.“O-Oh… morning pak Brian,” sahut Athena sedikit terbata. Ia berdeham sejenak sebelum akhirnya ia menetralkan raut wajahnya kembali menjadi terlihat tanpa ekspresi."Diantar oleh suami, bu?" ta
You Hate When People See You Cry Because You Want To Be That Strong Girl. At The Same Time, Though, You Hate How Nobody Notices How Torn Apart And Broken You Are.(Anonymous)***“Baba, pon unyi.” (Papa, handponenya bunyi.) Suara menggemaskan itu terdengar, disusul dengan langkah kecil Valerie yang datang menghampiri Andreas dengan sebuah ponsel yang digenggam erat oleh tangan mungilnya.Andreas dan Athena yang saat itu sedang duduk di ruang tamu membicarakan soal bisnis pun akhirnya menoleh ke arah Valerie yang berjalan sedikit limbung ke arah mereka.“Oh, iya beneran bunyi. Makasih ya?” Andreas menyahut senang seraya meraih tubuh mungil Valerie untuk duduk dipangkuannya.Ia mengambil ponselnya dan menerima panggilan itu untuk beberapa saat, sebelum akhirnya padangdan matanya tertuju ke arah Athena.“Ada apa?” tanya Athena.Andreas tak langsung menjawab. Ia menutup lubang spiker
"Kak Andre," panggil Athena ragu. Ia bersandar pada daun pintu ruang praktek Andreas di klinik pria itu.“Ada apa?” sahut Andreas bertanya, setelah ia selesai membungkus semua obat-obatan racikannya.“Eng… itu… aku mau tanya… apa dokter Reza… suka ngerayain ulang tahun?” tanya Athena dengan suara yang sedikit terbata-bata.Mendengar itu, Andreas pun seketika mengulum senyumnya dan berbalik menatap Athena dengan kedua alis yang sengaja naikkan sebelah, berniat menggoda Athena.“Apa ini artinya kamu mau memberikan lampu hijau pada penantian Reza selama ini?”Athena menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia tiba-tiba saja merasa malu dan canggung kalau harus mengakui niatannya.“Eng.. iya, aku pikir kata-kata kakak juga ada benernya. Mulai dari hari ini aku mau buka hati aku buat dokter Reza. Apa kakak tahu di mana dokter Reza biasanya ngerayain ulang tahun?”
“Minum obat anda, tuan.” Suara Ismail menegur Brian yang masih saja keras kepala tak mau meminum obatnya sama sekali.Brian masih tetap memilih terus berbaring lemah di atas tempat tidurnya, sambil terus mendiamkan demam menggorogoti tubuhnya lebih lama lagi.“Berhenti mengoceh, Ismail. Suaramu membuat kepalaku makin sakit,” protes Brian seraya menarik selimutnya sampai menutupi seluruh kepalanya.“Tuan, kan, harus mengurus perusahaan. Belum lagi proyek bersama perusahaan Hilton. Kalau anda masih terbaring lemah seperti ini, bu Aleah Dominique pasti akan marah besar. Anda tahu sendiri bagaimana murkanya beliau seperti apa?"Brian diam. Ia enggan menjawab ucapan Ismail dan memilih tetap memejamkan matanya.Pada akhirnya Ismail hanya bisa menghela napas berat dan mengembalikan botol pil obat anti depresan juga obat demam Brian itu ke dalam laci nakas."Ah, ternyata tuan sudah tak punya semangan hidup. Padahal saya
"Brian Atmaja bercerai," ucap Andreas membaca headline dari berita online yang ia baca di ponselnya. “Ckckck... jaman sekarang berita perceraian orang-orang kaya lebih banyak dimuat di media berita, darpada informasi saham atau apapun yang lebih pending,”lanjutnya berkomentar.Sementara Athena tampak termenung mendengar kabar itu. Entah ia harus bereaksi seperti apa. Sebab, untuk sekadar bergembira pun ia tak mampu. Hatinya sudah terlanjur kosong untuk sekadar memberikan reaksi soal Brian.“Kamu gak mau ketawa gitu?” tanya Andreas seraya menoleh ke arah Athena.Athena menggeleng cepat.“Gak deh makasih. Gak peduli juga hidup mereka berantakan atau apa pun juga, kecuali kalo mereka sengsara karena perbuatanku, barulah aku senang." Sudut bibir Athena berkedut, menyunggungkan senyum miring untuk beberapa saat.Andreas terbahak, lalu mengulurkan tangannya untuk sekadar mengusap gemas puncak kepala Athena.&ldq
Tak ada banyak yang aku harapkan.Cukup dengan melihatmu setiap pagi menyajikan senyum dan ucapan selamat pagi tiap kali aku bangun tidur pun, aku sudah bahagia.Ah, andai semua harap tentangmu bisa jadi nyata, Aleah.(Reza Zanuardi)***"Atas nama ibu Aleah Dominique?" suara seorang kurir langsung menyapa begitu Athena membuka pintu mansion Andreas.Bukannya langsung menjawab, Athena justru mengerutkan keningnya bingung dengan segala tanya di kepala-Dia tahu alamat ini dari mana? batin Athena.“Ya, saya sendiri. Ada keperluan apa?”tanya Athena akhirnya, alih-alih menanyakan pertanyaan yang sebelumnya sempat terlintas di kepalanya.“Oh, ini ada kiriman bunga dan kotak hadiah untuk ibu Aleah Dominique atas nama pengirim Reza Zanuardi,” jawabnya ringan seraya mengulurkan rangkaian bungan mawar-bunga baby birth dan tulip ungu itu kepada Athena.Sedangkan Athena sudah
"Aku gak mau pisah, please...." Mona bersimpuh di kaki Brian. "Aku bisa dihukum mati kalo orang tuaku tahu aku hamil sama orang lain."Surat gugatan cerai itu sudah Brian berikan pada Mona. Sudah ia tanda tangani juga, dan hanya tinggal menunggu Mona untuk menanda tanganinya juga, tapi perempuan itu malah membuat segalanya jadi terhambat."Jangan mempersulit keadaan, Mona. Tanda tangani saja," tukas Brian yang tak memperdulikan bagaimana Mona begitu memohon dengan sungguh-sungguh kepadanya.Perempuan itu bahkan memeluk erat kaki Brian dan tak melepaskannya sekalipun sudah beberapa kali Brian melepaskan tautan tangan Mona dari sana."Aku hamil Brian, jangan ceraikan aku. Kalo kita cerai aku harus gimana? Anakku pasti akan hidup tanpa ayah, Brian. Aku mohon... jangan ceraikan aku."Dengan wajah yang berurai air mata, Mona mendongak menatap Brian dengan tatapan memelas. Ia memohon belas kasihan Brian.Helaan napas berat kemudian terdengar dari
"Ngapain?" ketus Athena saat mendapati Reza dan sepeda motornya yang sudah terparkir di depan pintu keluar lobi kantor.Namun, seolah tak terpengaruh dengan wajah dingin dan ucapan Athena yang ketus, Reza justru memamerkan senyum manisnya pada Athena.“Bukan apa-apa sih. Tadi,aku isi bensinnya full tank. Jok belakang juga kosong,kayaknya seru kalo bonceng kamu,” ujar Reza dengan senyuman manis yang tak pernah sekalipun luntur dari wajahnya, menciptakan dua lesung pipit yang terlihat tak kalah manis menghiasi kedua pipinya.Sial memang.“Saya nunggu kakak saya datang jemput,” sahut Athena menolak secara halus. Ia memalingkan wajahnya ke arah lain,menghindari untuk melihat betapa senyuman manis Reza yang benar-benar mengganggunya.“Andreas ada jadwal OP di rumah sakit, jadi gak mungkin jemput.”“Nanti pasti sebentar lagi pak Lukman bakal jemput ke sini,” kata Athena masih terus mengutarakan
"Tuan tadi kelihatan dingin pada nona Aleah, kenapa?" tanya Ismail begitu ia selesai membantu Brian untuk merebahkan dirinya ke atas tenpat tidur."Karena dia bukan Athena," jawab Brian ringan. "Dia mirip Athena, makanya aku ingin terus melihatnya. Tapi, setelah Athena ditemukan, aku gak lagi mau melihat Aleah. Aku sudah punya tempat tujuan ke mana aku harus melepas rinduku pada Athena," lanjutnya.Mendengar jawaban itu, Ismail pun mengangguk-nganggukan kepalanya."Silakan minum obatnya," ucap Ismal seraya mengulurkan obat anti depresan untuk Brian.Ya, depressi Brian kembali parah setelah ia sangat terpukul dengan penemuan mayat Athena dan Valerie."Aku gak mau minum obat." Brian mendorong pelan uluran tangan Ismail, menghalaunya agar tak memberikan obat itu lagi."Tapi, sakit tuan bisa makin parah kalau gak minum obat.""Aku ingin mati, Ismail... aku cuma ingin pergi," racau Brian membuat Ismail seketika menghembuskan napas be