Semua pakaian pemberian Andreas untuk Athena dan Valerie itu pun dikemas oleh pelayan Andreas ke dalam satu koper besar.
“Pergi dari rumahku, Athena,” usir Andreas seraya melempar koper itu tepat di depan mata Athena.
“Dokter Andreas....” Athena berucap lirih. Ia menatap kopernya dengan hati nelangsa.
“Jangan buat ekspresi kayak gitu, Athena. Jangan bersikap seolah kamu menderita, karena aku gak merasa iba sama sekali. Kamu berasal dari keluarga konglomerat, apa lagi yang kurang?”
“Anda gak tahu apapun, dokter. Anda gak bisa menganggap saya kayak gitu,” sergah Athena menampik ini Andreas tentang dirinya.
“Kamu udah hidup enak jadi orang kaya. Cepat pulang. Jangan mengemis belas kasihan dariku,” sinis Andreas.
Ia menyilankan kedua tangannya di dada, dan tatapan dinginnya tetap terhunus pada Athena. Seolah ingin membekukan Athena detik itu juga.
“Daripada saya harus
“Jadilah orang dungu, Brian. Jangan tunjukan kepintaran kamu buat membantah Papa. Kamu cukup jadi si dungu yang selalu meng-iyakan semua perintah Papa, maka Papa pun gak akan ganggu siapapun dan apapun yang kamu lindungi,” pinta Adnan, yang justru terdengar seperti sebuah ancaman.Brian diam.Semua kalimat yang diucapkan oleh Adnan itu hanya masuk ke telinga kanan dan keluar dari telinga kiri tanpa benar-benar melekat di hatinya. Walau kenyataannya, Brian Sendiri pun tak menolak permintaan itu.“Jawab ucapan Papa, Brian,” tegur Adnan dengan suara yang terdengar tenang.“Hm,” gumam Brian sebagai jawabannya.Dengan ogah-ogahan, Brian menyatap sarapannya. Kalau saja ia tidak berpikir kalau tubuhnya perlu asupan energi agar bisa pergi bekerja, dan agar kondisi tubuhnya pun prima, ia tak ingin memakan sarapannya lagi.“Sayang,” panggil Sandra memecah keheningan yang sebelumnya sempat melingkupi suas
"Mona ada di ruang tamu sama Mama tiri kamu. Sana, ajak dia berkeliling," kata Adnan memerintah. Ia bahkan tak tanggung-tanggung langsung mendatangi Brian di kamarnya, tanpa permisi.Brian menoleh sesaat, membetulkan kacamatanya yang sedikit merosot ke pangkal hidungnya, lalu kemudian kembali memfokuskan pandangannya pada laptopnya. Dengan terang-terangan ia mengabaikan Adnan."Brian...." Suara Adnan menegur sikap diam Brian.“Apa?” sahut Brian yang dengan malas menoleh memandang Adnan yang berdiri menjulang di ambang pintu.“Kamu gak denger? Ada Mona di bawah. Sana, ajak ngobrol dan ajak keliling. Kalian harus saling mengenal dulu sebelum menikah,” ulangnya terdengar jengkel.“Aku lagi kerja. Banyak pekerjaan yang belum selesai,” tolak Brian secara halus.Yang benar, saja. Brian malas kalau harus menemui perempuan yang tak lain adalah keponakan Sandra itu.Persetan dengan pernyataan ‘Sa
Setelah pertemuan pertamanya dengan Mona, penikahan pun dilaksanakan sebulan kemudian.Ballroom hotel bintang lima itu pun disulap jadi begitu megah dengan dekorasi perpaduan dengan warna soft pink dan silver.Gaun pengantin yang dikenakan oleh Mona pun rancangan designer ternama, bertaburkan swarovski kualitas premium.Tamu undangan bahkan lebih dari seribu orang. Tak habis-habisnya Mona terlihat tersenyum bahagia menangapi uluran tangan juga ucapan selamat dari satu persatu tamu, berbeda dengan Brian yang sedari tadi hanya terpaksa menyinggingkan senyumanya."Brian... aku bahagia banget," ucap Mona tersenyum ceria seraya memeluk mesra lengan Brian. "Makasih banyak ya," tambahnya.'Tapi, aku gak bahagia'Ingin sekali Brian mengatakan kalimat seperti itu, tapi ia tak bisa."Iya, aku juga."Pada akhirnya hanya itu kalimat yang mulut Brian katakan. Tanpa perasaan apapun. Hambar.Brian memaksakan senyumnya, mulai berp
“Athena, bisakah kamu kemari sebentar?” suara Andreas memanggil memanggil Athena dari ruangan inkubator di mana Valerie dirawat.Mendengar itu, Athena pun bergegas mengambil langkah seribu untuk segera menghampiri Adnreas.“Ada apa? Valerie gak kenapa-kenapa, kan?” cecar Athena panik.Ia membuka pintu ruangan itu dengan kepanikan luar biasa, lalu kemudian ia pun membeku di tempatnya dengan mata yang terpaku pada sosok Andreas yang terlihat tenang menggendong Valerie.“Athena... Valerie udah sehat,” ucap Andreas mengabarkan. Senyuman manis tercipta di wajah tampannya, membuatnya terlihat seperti malaikat.Ia begitu berseri-seri.Athena bergeming untuk sejenak, sementara matanya sudah mulai berkaca-kaca. Beberapa kali ia mengucek matanya untuk sekadar memastikan kalau ia tak salah lihat.Kemudian, dengan langkah gontai, Athena pun menghampiri Andreas seraya mengulurkan tangannya untuk meng
“Kamu mau sampe kapan bikin Papa, malu?” pedas Adnan yang langsung menerobos masuk ke dalam ruang kantor Brian.Dari balik komputernya, Brian hanya menghela napas kasar lalu kemudian mengangkat wajahnya dan menatap malas ke arah Adnan yang berjalan penuh amarah ke arahnya.“Soal apa?” tanya Brian pelan.Sialnya saat itu tubuh Brian masih sangat lemas dan demam tubuhnya masih saja membara, membuatnya merasa panas dingin oleh suhu tubuhnya sendiri.“Tentu aja soal Mona. Orang tuanya itu konglomerat, Brian. Kamu ini apa gak mikir gimana malunya Papa pas orang tuanya Mona dateng ke rumah cuma buat marah karena anaknya dipermalukan sama kamu,” marahnya seraya menatap tajam ke arah Brian.“Ini di kantor, Pa. Seperti yang Papa liat, aku sedang bekerja. Kita bahas hal pribadi aku saat di rumah aja,” tukas Brian datar. Ia bahkan merasa mual sendiri karena harus jadi anak penurut yang harus memang
Katanya, Rumah adalah tempat dimana seseorang yang kau cinta akan menunggumu pulang.Tapi setelah kepergianmu, aku tak tahu lagi harus pulang ke mana.(Brian Atmaja)***Dengan tubuh yang membara karena demamnya, Brian berjalan gontai ke kamar pribadinya yang kini juga sudah jadi kamarnya bersama Mona.Ah, mengingat keberadaan Mona dikamarnya , membuat kepala Brian terasa berdenyut."Aku pulang," ucap Brian lemah. Mengabarkan kepulangannya.Ia menutup kembali pintu kamarnya, lalu kemudiam melangkah gontai mendekati Mona yang duduk di depan meja rias, untuk sekadar mengusap puncak kepalanya dengan lembut.Tanpa perasaan apapun. Brian melakukan tindakan manis itu dengan hambar, hanya formalitas demi menyenangkan Mona."Kamu masih demam? tangan kamu panas," tanya Mona yang detik itu juga mulai kembali baik.Sementara Brian membuka jasnya dan perlahan membaringkan tubuhnya ke atas
Aku, biarlah seperti bumi.Menopang meski diinjak,memberi meski dihujani,diam meski dipanasi.Sampai akhirnya kau sadar,kalau aku hancur... kau juga.(Fiersa Besari)***Satu tahun kemudian....Dress formal berwana hitam terlihat begitu anggun dan terkesan seksi di tubuh proporsionalnya. Rambut pendek sebatas leher diwarnai golden brown, juga kaki jenjangnya yang melangkah anggun dengan balutan sebatu high heels stiletto itu pun menambah kesan indah dan cantik berwibawa pada sosoknya yang memang punya kecantikan bak seorang Dewi YunaniAleah Dominique Hilton.Setidaknya, itulah nama yang Athena gunakan dalam satu tahun ini saat dirinya dipercaya sebagai Presiden direktur dari perusahaan Hilton Strategy, yang merupakan perusahaan produk kecantikan yang sangat bonafit, membuat Athena jadi tahu dari mana asal kekayaan Andreas."Selamat pagi, bu Aleah.” Suara seseorang terdengar me
“Istri kamu masih belum hamil karena katanya kamu jarang sekali pulang. Mentang-mentang sekarang kamu tinggal di rumah barumu bersama Mona, kamu jadi lalai sama kesepakatan kita?” pedas Adnan yang lagi-lagi datang menemui Brian di kantornya untuk sekadar mengomel hal remeh yang bahkan tak sepantasnya dibahas di lingkungan pekerjaan.“Sudah berapa kali memangnya aku bilang kalo itu urusan pribadiku dan gak etis kalo dibahas di kantor?” tukas Brian melayangkan tatapan tajamnya pada Adnan.“Kamu mulai membantah Papa?”“Ya emangnya kenapa? Papa selama ini udah bersikap lebih dominan mengurusi urusan hidupku, daripada aku sendiri. Memangnya Papa siapa? Sekalipun Papa ayah biologisku, tapi hak Papa sebagai orang tua gak sampai ke sana,” tegasnya begitu menggebu-gebu.Dada Brian bahkan sampai naik turun karena gejolak emosinya sendiri."Kamu lupa konsekuensi kamu kalo ngelawan Papa? Mantan mertua kamu