Katanya, Rumah adalah tempat dimana seseorang yang kau cinta akan menunggumu pulang.
Tapi setelah kepergianmu, aku tak tahu lagi harus pulang ke mana.
(Brian Atmaja)***
Dengan tubuh yang membara karena demamnya, Brian berjalan gontai ke kamar pribadinya yang kini juga sudah jadi kamarnya bersama Mona.Ah, mengingat keberadaan Mona dikamarnya , membuat kepala Brian terasa berdenyut.
"Aku pulang," ucap Brian lemah. Mengabarkan kepulangannya.
Ia menutup kembali pintu kamarnya, lalu kemudiam melangkah gontai mendekati Mona yang duduk di depan meja rias, untuk sekadar mengusap puncak kepalanya dengan lembut.
Tanpa perasaan apapun. Brian melakukan tindakan manis itu dengan hambar, hanya formalitas demi menyenangkan Mona.
"Kamu masih demam? tangan kamu panas," tanya Mona yang detik itu juga mulai kembali baik.Sementara Brian membuka jasnya dan perlahan membaringkan tubuhnya ke atas
Aku, biarlah seperti bumi.Menopang meski diinjak,memberi meski dihujani,diam meski dipanasi.Sampai akhirnya kau sadar,kalau aku hancur... kau juga.(Fiersa Besari)***Satu tahun kemudian....Dress formal berwana hitam terlihat begitu anggun dan terkesan seksi di tubuh proporsionalnya. Rambut pendek sebatas leher diwarnai golden brown, juga kaki jenjangnya yang melangkah anggun dengan balutan sebatu high heels stiletto itu pun menambah kesan indah dan cantik berwibawa pada sosoknya yang memang punya kecantikan bak seorang Dewi YunaniAleah Dominique Hilton.Setidaknya, itulah nama yang Athena gunakan dalam satu tahun ini saat dirinya dipercaya sebagai Presiden direktur dari perusahaan Hilton Strategy, yang merupakan perusahaan produk kecantikan yang sangat bonafit, membuat Athena jadi tahu dari mana asal kekayaan Andreas."Selamat pagi, bu Aleah.” Suara seseorang terdengar me
“Istri kamu masih belum hamil karena katanya kamu jarang sekali pulang. Mentang-mentang sekarang kamu tinggal di rumah barumu bersama Mona, kamu jadi lalai sama kesepakatan kita?” pedas Adnan yang lagi-lagi datang menemui Brian di kantornya untuk sekadar mengomel hal remeh yang bahkan tak sepantasnya dibahas di lingkungan pekerjaan.“Sudah berapa kali memangnya aku bilang kalo itu urusan pribadiku dan gak etis kalo dibahas di kantor?” tukas Brian melayangkan tatapan tajamnya pada Adnan.“Kamu mulai membantah Papa?”“Ya emangnya kenapa? Papa selama ini udah bersikap lebih dominan mengurusi urusan hidupku, daripada aku sendiri. Memangnya Papa siapa? Sekalipun Papa ayah biologisku, tapi hak Papa sebagai orang tua gak sampai ke sana,” tegasnya begitu menggebu-gebu.Dada Brian bahkan sampai naik turun karena gejolak emosinya sendiri."Kamu lupa konsekuensi kamu kalo ngelawan Papa? Mantan mertua kamu
"Kenapa mereka masih di sana?” tanya Brian menatap bingung ke arah ruko yang dulunya adalah tempat usaha Bima.Di sana, Septi masih terlihat begitu ceria mengajar beberapa anak, walau keadaannya yang kini harus bergantung pada kursi roda untuk bisa melakukan aktivitas.“Karena mayoritas anak yang belajar di sana itu adalah anak jalanan, tuan. Dari pagi sampai sore mereka sibuk bekerja dengan mengamen dan menjual kantong kresek di pasar, makanya mereka cuma bisa belajar saat malam saja,” jelas Ismail.Brian mengangguk-nganggukan kepalanya mengerti. Kemudian, ia kembali menatap nanar ke arah ruko di mana anak-anak jalanan itu tampak begitu semangat menyimak bagaimana Septi mengajar."Athena kalo bisa lihat ini, pasti bakal seneng, kan, Ismail?""Tentu, tuan. Salah satu rencana besar nona Athena sudah diwujudkan, beliau pasti senang."Brian tersenyum kecut. "Aku harap Athena bisa pulang dan lihat semua ini. Aku ingin dia tahu
“Huwaaaa... baba, no oyeh ugi!” (Papa, no boleh pergi) suara nyaring dari tangisan Valerie mengema memenuhi seluruh penjuru ruang televisi.Bocah 1 tahun itu duduk dipangkuan Andreas dan memeluk perutnya erat-erat dengan wajah penuh air matanya yang ditenggelamkan didada Andreas, membuat peia itu tak bisa berbuat apa-apa.“Vava... dokter Andre harus pergi kerja, kamu sama mama aja, ya?” Athena mengulurkan kedua tangannya, membujuk Valerie agar mau beralih ke gendongannya.Namun, tangis Valerie justru kian kencang. Beberapa kali ia terlihat menggosok-gosok wajanya pada dada Andreas untuk sekadar menyeka wajahnya yang basah oleh air mata.“No enda! Baba no oyeh ugi!” (No enggak! Papa no boleh pergi!” teriak Velarie parau disela-sela tangisannya.Mendengar kalimat yang tak jelas itu, membuat Athena hanya bisa menghembuskan napas berat dan kembali menarik uluran tangannya. Kemudian, Athena pun menatap Andreas d
"Ada apa? Ketawanya kedengaran geli banget, " tanya Andreas yang ikut terkikik mendengar suara tawa Valerie yang begitu renyah.Athena menoleh untuk sekadar mendapati Andreas yang bersandar pada bingkai pintu, sementara wajahnya menyunggingkan senyuman lebar sampai-sampai matanya menyipit, terutama saat melihat bagaimana Valerie terus berlarian ke sana kemari sambil terus tertawa-tawa mengerjai Athena.Walaupun sebenarnya, cara lari Valerie bahkan belum sepenuhnya aman. Sesekali ia bahkan terhuyung, dan jatuh terduduk."Saya mau pakein Valerie popok, tapi dia malah ngerjain Mamanya, " jawab Athena mengeluh dengan napas yang sedikit terengah. Andreas terkekeh geli."Itu dia lagi cari perhatian sama kamu. Dia pengen main," kata Andreas.Athena menghembuskan napas berat lalu berkacak pinggang berpura-pura marah pada Valerie."Anak manis gak boleh begitu sama Mamanya," uca
Aku sudah lama mati. Dulu sekali sebelum dan sesudah kita bertemu.Aku yang sekarang di depanmu sudah tak mengenalmu.(Athena Salindri )***"Anda baik-baik aja, tuan?" tanya Ismail yang melihat ke arah Brian melalui kaca spion di atas kepalanya.Brian mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu kemudian mengangguk kecil setelah ia tersadar dari lamunannya."Iya, aku pikir juga begitu, " jawabnya."Tapi tuan kelihatan banyak melamun. Apa perjanjian kerja samanya gagal? " Ismail bertanya lagi."Bukan itu. Kerjasamanya berjalan lancar, hanya saja ada sesuatu yang mengganggu pikiranku-" Brian menatap ke arah Ismail lekat-lekat. "Sebelumnya, apa kau tahu siapa pemilik sebenarnya dari Hilton Strategy? Maksudku latar belakangnya. ""Setahu saya, perusahaan itu milik Andreas Hilton. Dia dokter spesialis bedah, dan punya ru
Kalo mereka berlagak jadi Tuhan sampai berani ingin merenggut nyawa saya... saya bisa jadi iblis. Saya bakal buat mereka sengsara. Mereka bakal binasa.(Athena Salindri)***"Fasenya emang seperti itu, Athena. Gak ada yang bener-bener bisa sembuh, apalagi bisa kembali baik-baik aja setelah mengalami kejadian traumatik seperti apa yang sudah kamu alami. Kamu butuh waktu lagi untuk sembuh, apa gak bisa misi balas dendamnya ditunda dulu?" papar Andreas lalu membubuhkan sedikit kalimat bujukan.Saat itu, Athena yang tengah tenang menyesap teh hangatnya pun langsung menggelengkan kepalanya.“Gak bisa, dokter. Ini kesempatan saya buat cepet-cepet balas dendam,” tegas Athena.Ia mengangkat wajahnya, menatap lurus ke arah taman di pekarangan mansion Andreas yang tampak temaram dibawah naungan langit malam gelap gulita. Beberapa lampu taman yang dipasang dalam jarak renggang, tak begitu memberikan
Walaupun sempat terhenyak karena baru pertama kalinya mendengar kalimat kasar dari seorang perempuan, apalagi seorang pemimpin perusahaan besar, pada akhirnya Brian pun tegelak.Hanya tawa kecil yang terdengar sumbang."Bilang pada Bu Aleah Dominique kalau aku akan kembali lagi besok, " kata Brian datar, seraya mengulurkan gagang telepon itu pada sang resepsionis yang terlihat begitu segan dan malu pada Brian.Tentu aja. Pastinya resepsionis itu pun bisa mendengar suara sinis dari atasannya itu yang memang diucapkan dengan volume keras."Ng... baik pak," jawabnya canggung lalu kemudian memaksakan wajahnya untuk tersenyum ramah, mengiringi langkah Brian yang melenggang pergi dari area lobi Hilton Strategy.Beberapa pasang mata menatap kasihan pada punggung Brian yang pergi menjauh, seolah Brian adalah pria malang hanya karena ia mendapatkan kata-kata yang sangat kasar dari seorang Aleah Dom
Hari Senin pagi, Athena begitu semangat melangkahkan kakinya memasuki lift VIP khusus para eksekutif perusahaan.Hari ini sangat menyenangkan bagi Athena karena ia berangkat bekerja diantar oleh Reza. Pria itu bahkan datang pagi-pagi sekali untuk sekadar menjemput Athena. Bahkan,Reza begitu telaten menyuapi Valerie, membuat Athena merasa benar-benar punya pasangan yang cocok untuk dirinya dan ayah yang baik untuk anaknya."Morning, Bu Aleah. Anda sepertinya sangat ceria hari ini, tidak seperti biasanya." Suara Brian menyapa.Sontak, saat itu Athena menoleh ke belakang, untuk sekadar mendapati Brian yang tersenyum tipis ke arahnya.Ah, sial memang. Saking larutnya dalam rasa senang, Athena bahkan sampai tidak melihat keberadaan Brian.“O-Oh… morning pak Brian,” sahut Athena sedikit terbata. Ia berdeham sejenak sebelum akhirnya ia menetralkan raut wajahnya kembali menjadi terlihat tanpa ekspresi."Diantar oleh suami, bu?" ta
You Hate When People See You Cry Because You Want To Be That Strong Girl. At The Same Time, Though, You Hate How Nobody Notices How Torn Apart And Broken You Are.(Anonymous)***“Baba, pon unyi.” (Papa, handponenya bunyi.) Suara menggemaskan itu terdengar, disusul dengan langkah kecil Valerie yang datang menghampiri Andreas dengan sebuah ponsel yang digenggam erat oleh tangan mungilnya.Andreas dan Athena yang saat itu sedang duduk di ruang tamu membicarakan soal bisnis pun akhirnya menoleh ke arah Valerie yang berjalan sedikit limbung ke arah mereka.“Oh, iya beneran bunyi. Makasih ya?” Andreas menyahut senang seraya meraih tubuh mungil Valerie untuk duduk dipangkuannya.Ia mengambil ponselnya dan menerima panggilan itu untuk beberapa saat, sebelum akhirnya padangdan matanya tertuju ke arah Athena.“Ada apa?” tanya Athena.Andreas tak langsung menjawab. Ia menutup lubang spiker
"Kak Andre," panggil Athena ragu. Ia bersandar pada daun pintu ruang praktek Andreas di klinik pria itu.“Ada apa?” sahut Andreas bertanya, setelah ia selesai membungkus semua obat-obatan racikannya.“Eng… itu… aku mau tanya… apa dokter Reza… suka ngerayain ulang tahun?” tanya Athena dengan suara yang sedikit terbata-bata.Mendengar itu, Andreas pun seketika mengulum senyumnya dan berbalik menatap Athena dengan kedua alis yang sengaja naikkan sebelah, berniat menggoda Athena.“Apa ini artinya kamu mau memberikan lampu hijau pada penantian Reza selama ini?”Athena menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia tiba-tiba saja merasa malu dan canggung kalau harus mengakui niatannya.“Eng.. iya, aku pikir kata-kata kakak juga ada benernya. Mulai dari hari ini aku mau buka hati aku buat dokter Reza. Apa kakak tahu di mana dokter Reza biasanya ngerayain ulang tahun?”
“Minum obat anda, tuan.” Suara Ismail menegur Brian yang masih saja keras kepala tak mau meminum obatnya sama sekali.Brian masih tetap memilih terus berbaring lemah di atas tempat tidurnya, sambil terus mendiamkan demam menggorogoti tubuhnya lebih lama lagi.“Berhenti mengoceh, Ismail. Suaramu membuat kepalaku makin sakit,” protes Brian seraya menarik selimutnya sampai menutupi seluruh kepalanya.“Tuan, kan, harus mengurus perusahaan. Belum lagi proyek bersama perusahaan Hilton. Kalau anda masih terbaring lemah seperti ini, bu Aleah Dominique pasti akan marah besar. Anda tahu sendiri bagaimana murkanya beliau seperti apa?"Brian diam. Ia enggan menjawab ucapan Ismail dan memilih tetap memejamkan matanya.Pada akhirnya Ismail hanya bisa menghela napas berat dan mengembalikan botol pil obat anti depresan juga obat demam Brian itu ke dalam laci nakas."Ah, ternyata tuan sudah tak punya semangan hidup. Padahal saya
"Brian Atmaja bercerai," ucap Andreas membaca headline dari berita online yang ia baca di ponselnya. “Ckckck... jaman sekarang berita perceraian orang-orang kaya lebih banyak dimuat di media berita, darpada informasi saham atau apapun yang lebih pending,”lanjutnya berkomentar.Sementara Athena tampak termenung mendengar kabar itu. Entah ia harus bereaksi seperti apa. Sebab, untuk sekadar bergembira pun ia tak mampu. Hatinya sudah terlanjur kosong untuk sekadar memberikan reaksi soal Brian.“Kamu gak mau ketawa gitu?” tanya Andreas seraya menoleh ke arah Athena.Athena menggeleng cepat.“Gak deh makasih. Gak peduli juga hidup mereka berantakan atau apa pun juga, kecuali kalo mereka sengsara karena perbuatanku, barulah aku senang." Sudut bibir Athena berkedut, menyunggungkan senyum miring untuk beberapa saat.Andreas terbahak, lalu mengulurkan tangannya untuk sekadar mengusap gemas puncak kepala Athena.&ldq
Tak ada banyak yang aku harapkan.Cukup dengan melihatmu setiap pagi menyajikan senyum dan ucapan selamat pagi tiap kali aku bangun tidur pun, aku sudah bahagia.Ah, andai semua harap tentangmu bisa jadi nyata, Aleah.(Reza Zanuardi)***"Atas nama ibu Aleah Dominique?" suara seorang kurir langsung menyapa begitu Athena membuka pintu mansion Andreas.Bukannya langsung menjawab, Athena justru mengerutkan keningnya bingung dengan segala tanya di kepala-Dia tahu alamat ini dari mana? batin Athena.“Ya, saya sendiri. Ada keperluan apa?”tanya Athena akhirnya, alih-alih menanyakan pertanyaan yang sebelumnya sempat terlintas di kepalanya.“Oh, ini ada kiriman bunga dan kotak hadiah untuk ibu Aleah Dominique atas nama pengirim Reza Zanuardi,” jawabnya ringan seraya mengulurkan rangkaian bungan mawar-bunga baby birth dan tulip ungu itu kepada Athena.Sedangkan Athena sudah
"Aku gak mau pisah, please...." Mona bersimpuh di kaki Brian. "Aku bisa dihukum mati kalo orang tuaku tahu aku hamil sama orang lain."Surat gugatan cerai itu sudah Brian berikan pada Mona. Sudah ia tanda tangani juga, dan hanya tinggal menunggu Mona untuk menanda tanganinya juga, tapi perempuan itu malah membuat segalanya jadi terhambat."Jangan mempersulit keadaan, Mona. Tanda tangani saja," tukas Brian yang tak memperdulikan bagaimana Mona begitu memohon dengan sungguh-sungguh kepadanya.Perempuan itu bahkan memeluk erat kaki Brian dan tak melepaskannya sekalipun sudah beberapa kali Brian melepaskan tautan tangan Mona dari sana."Aku hamil Brian, jangan ceraikan aku. Kalo kita cerai aku harus gimana? Anakku pasti akan hidup tanpa ayah, Brian. Aku mohon... jangan ceraikan aku."Dengan wajah yang berurai air mata, Mona mendongak menatap Brian dengan tatapan memelas. Ia memohon belas kasihan Brian.Helaan napas berat kemudian terdengar dari
"Ngapain?" ketus Athena saat mendapati Reza dan sepeda motornya yang sudah terparkir di depan pintu keluar lobi kantor.Namun, seolah tak terpengaruh dengan wajah dingin dan ucapan Athena yang ketus, Reza justru memamerkan senyum manisnya pada Athena.“Bukan apa-apa sih. Tadi,aku isi bensinnya full tank. Jok belakang juga kosong,kayaknya seru kalo bonceng kamu,” ujar Reza dengan senyuman manis yang tak pernah sekalipun luntur dari wajahnya, menciptakan dua lesung pipit yang terlihat tak kalah manis menghiasi kedua pipinya.Sial memang.“Saya nunggu kakak saya datang jemput,” sahut Athena menolak secara halus. Ia memalingkan wajahnya ke arah lain,menghindari untuk melihat betapa senyuman manis Reza yang benar-benar mengganggunya.“Andreas ada jadwal OP di rumah sakit, jadi gak mungkin jemput.”“Nanti pasti sebentar lagi pak Lukman bakal jemput ke sini,” kata Athena masih terus mengutarakan
"Tuan tadi kelihatan dingin pada nona Aleah, kenapa?" tanya Ismail begitu ia selesai membantu Brian untuk merebahkan dirinya ke atas tenpat tidur."Karena dia bukan Athena," jawab Brian ringan. "Dia mirip Athena, makanya aku ingin terus melihatnya. Tapi, setelah Athena ditemukan, aku gak lagi mau melihat Aleah. Aku sudah punya tempat tujuan ke mana aku harus melepas rinduku pada Athena," lanjutnya.Mendengar jawaban itu, Ismail pun mengangguk-nganggukan kepalanya."Silakan minum obatnya," ucap Ismal seraya mengulurkan obat anti depresan untuk Brian.Ya, depressi Brian kembali parah setelah ia sangat terpukul dengan penemuan mayat Athena dan Valerie."Aku gak mau minum obat." Brian mendorong pelan uluran tangan Ismail, menghalaunya agar tak memberikan obat itu lagi."Tapi, sakit tuan bisa makin parah kalau gak minum obat.""Aku ingin mati, Ismail... aku cuma ingin pergi," racau Brian membuat Ismail seketika menghembuskan napas be