Hidup itu seperti apel yang jatuh dari pohonnya ketika matang.Kita tidak tahu kapan kita lahir, dan kita tidak bisa memilih kehidupan seperti apa yang ingin kita jalani nanti. Tuhan hanya memberikan kita nyawa untuk hidup menjalani setiap skenario buatannya, lalu pergi dan mati, ketika waktu kita sudah benar-benar habis.***"Apa di kantor tuan– eh, Mas Brian kesulitan beradaptasi di kantor?" tanya Athena sedikit gelagapan setelah mengoreksi kalimatnya.Ia sempat hampir salah bicara karena lupa kalau di dalam mobil ini ia tidak hanya berdua saja dengan Brian, tapi juga bersama dengan sopir pribadi ayah mertuanya."Sedikit, tapi untungnya aku bisa beradaptasi," jawab Brian lalu dengan sengaja mengusap lembut pipi Athena.Kali ini ia melakukannya dengan kesadaran penuh, karena ingin menunjukan pada sopir pribadi ayahnya itu, bahwa hubungan pernikahannya dengan Athena benar-benar harmonis.Ibaratnya, mata dan mulut itu adalah penyebar berita paling cepat. Jadi, Brian meminjam mata dan
"Nanti mau dibawain oleh-oleh apa? Kamu pengen makan sesuatu gak?" tanya Brian datar seraya memasang sendiri dasinya, sementara Athena terlihat masih berbalutkan jubah mandi dan tengah memilih pakaian untuk dikenakannya."Mau sate ayam sama pie apel, boleh?”“Boleh. Nanti sepulang dari kantor aku belikan buat kamu,” kata Brian lalu melenggang pergi begitu saja keluar kamar tanpa berpamitan pada Athena.Untuk sejenak, Athena mematung di tempatnya, merasa sedikit kecewa sekaligus sakit hati dengan sikap dingin Brian. Padahal biasanya Athena tidak merasa sakit hati sampai seperti ini, tapi kali ini berbeda. Ia jadi lebih sensitif dan jadi lebih mudah menangis.Kemudian, ia pun duduk di tepi tempat tidur dan terisak-isak sendirian untuk hal yang sebenarnya sangat remeh.***Dari kejauhan, Ismail memantau gerak-gerik Bima. Ia mengira-ngira, sekiranya kapan waktu yang tepat untuk melancarkan rencananya."Gimana? hidu
“Cantik,” gumam Dante pelan, sangat pelan sampai terdengar seperti sebuah bisikan.Ia menatap ke arah bingkisan di tangannya sejenak, lalu kemudian beralih memandang ke arah Athena dengan seulas senyum tipis di wajahnya.Dengan langkah lebar, Dante pun melangkahkan kakinya menuju dapur, di mana Athena tampak melamun sambil memakan eskrim di meja makan."Pamali, sore-sore melamun," ujar Dante sengaja mengejutkan Athena lalu mendengus geli saat Athena berjengit terkejut karena ulahnya."Ya Tuhan...." Athena buru-buru mengusap dada karena detik itu ia merasa kalau jantungnya hampir saja melompat keluar.Kemudian, ia menoleh ke samping untuk sekadar menemukan Dante yang tersenyum puas sambil mengulum senyumnya. Kentara sekali kalau ia sedang menahan diri untuk tidak tertawa."Gak lucu," keluh Athena menatap kesal ke arah Dante.Ada hal yang membuat Athena merasa sedikit aneh dengan Dante... kini pria itu lebih punya ekspresi d
Suara denting sendok dan garpu itu menjadi satu-satunya suara yang melingkupi suasana makan siang di meja makan itu. Semuanya sibuk menyantap makanan masing-masing, sementara Brian tampak asik memotong-motong daging steak agar bisa dimakan oleh Athena dengan leluasa.“Makasih, mas,” ucap Athena begitu Brian menggeser sepiring beef steak itu ke hadapannya.“Iya.”Dengan senang hati dan dengan perasaan senang, Athena pun menyantap tiap potongan daging steak itu.“Karena Brian udah sehat dan Athena pun baru jadi menantu kita, gimana kalo kita atur liburan buat mereka? Kamu setuju gak sayang?” suara Sandra memulai pembicaraan, sambil menatap ke arah Adnan yang baru saja selesai makan.Adnan menyeka bibirnya dengan tisu, sebelum akhirnya mengangguk setuju."Iya, silakan aja. Vila kita kayaknya pas, gimana Brian?"Brian yang merasa kalau tatapan Adnan tertuju kepadanya pun, akhirnya mengangkat wajah
"Ayo, Athena. Kenapa diem di situ aja? Kita masuk," ajak Dante begitu ramah."I-Iya," sahut Athena mengangguk kecil lalu memaksakan senyumnya.Sementara Brian sudah melenggang pergi lebih dulu masuk ke dalam Vila itu seraya membawa koper berisi pakaian mereka berdua."Kamu baik-baik aja?" tanya Dante yang merasa aneh dengan cara Athena berjalan. Ia hendak menghampiri Athena, ketika Fani mencekal tangannya."Ngapain sih kamu, mas? Gak usah baik-baik amat sama dia dong, aku gak suka liatnya," keluh Fani yang sengaja menunjukkan rasa tak sukanya."Tapi sayang-""Saya baik-baik aja kok, pak Dante sama Fani boleh pergi duluan," sahut Athena menyela perdebatan suami istri itu dengan suara yang terdengar tertahan."Yakin?" tanya Dante masih mencoba memastikan."Iya. Silakan duluan aja, saya pengen sendiri dulu," ulang Athena."Tuh, dia bilang dia gak apa-apa. Ayo, ah, kita pergi." Dengan posesif, Fani menggandeng lengan Dante d
“Tidur kalian nyenyak?” tanya Dante berbasa-basi untuk memulai pembicaraan ditengah-tengah acara sarapan mereka.Brian jelas tak berniat menjawab, sementara Athena menoleh sebentar pada suaminya itu, menatapnya lekat mencoba meminta izin hanya melalui tatapan mata karena ia tidak mungkin berbicara langsung ketika objek masalahnya sedang duduk bersama dengan mereka seperti ini.Sekilas, Brian mengangguk kecil, dan hal itu langsung membuat Athena tak ragu lagi untuk menjawab pertanyaan dari Dante.“Iya, kami tidur cukup nyenyak karena udaranya seger,” jawab Athena tenang.Senyuman manis langsung terbit di wajah Dante, dan kontras saja hal itu membuat Fani dan Brian mengerutkan kening mereka secara bersamaan. Sebab, Dante adalah tipe pria yang dingin dan bahkan setiap harinya jarang menunjukkan ekspresi se-ceria ini."Syukurlah. Dinikmati sepuasnya aja liburannya di sini, Athena. Anggap lagi baby moon," katanya dengan pembawaan
Katanya, Tuhan itu selalu punya cara yang paling ajaib buat ngatur skenario paling baik bagi umatnya.Jadi aku minta bahagia, tapi Tuhan malah kasih duka.(Athena Salindri)***"Liat, anak kamu itu gila!" sentak Sandra seraya menunjuk-nunjuk laptop milik Dante yang digunakan untuk memutar rekaman CCTV di Vila itu."Jangan dulu mengambil kesimpulan, kita belum tahu kejadian sebenarnya itu kayak gimana. Kita tunggu dulu Brian sampe siuman," tukas Adnan.Siang itu juga, setelah mendapatkan panggilan telepon dari Fani, Adnan dan Sandra pun bergegas datang ke Vila yang jadi tempat liburan anak-anak mereka itu.Brian masih tidak sadarkan diri. Berkali-kali Adnan mengoleskan minyak kayu putih ke ujung hidung dan dada Brian, tapi ia tak kunjung juga sadar dari pingsannya."Bukannya sekarang Brian udah kelewatan, Pa? Gimana kalo si perempuan kampungan itu mati? Reputasi perusahaan pasti langsung jatuh karena pasti akan
Banyak orang yang sibuk bergaya dengan harta mereka. Membeli pakaian bagus, sepatu, perhiasan dan lain-lain. Sementara bagi Athena, bisa makan hari ini saja rasanya sudah sangat hebat. (Dijual Suamiku) *** "Jika otak terlalu lama kekukarangan oksigen, kondisinya akan terus memburuk. Ibu Athena terlalu terlambat dibawa ke rumah sakit, pak. Beberapa organ Vitalnya mulai berhenti berfungsi," papar dokter itu menjelaskan pelan-pelan. Dante mengusap kasar wajahnya. "Apa gak ada cara lain, dok? Apa Athena bisa bangun lagi?" "Sayangnya saya gak bisa ngasih janji apa-apa, pak. Vonis medis jelas kalau bu Athena sudah gak punya harapan, jadi sekarang bapak lebih banyak berdoa saja dan minta keajaiban Tuhan." Dengan berat hati, dokter itu pun berpamitan pada Dante dan melenggang pergi keluar dari kamar perawatan intesif di mana Athena berbaring lemah. Pakaian Dante masih setengah kering saat ia memilih duduk di samping tempat tidur Athena dan menatap wajah cantik yang terlihat pucat itu d