Halo, maaf ya author baru sadar kalau babnya terulang
“Gimana Athena? Dia baik-baik aja, kan, Dante? Dia gak luka parah, kan? Dia bisa selamat kan?” cecar Brian begitu melihat Dante yang melangkah masuk.Dante tidak langsung menjawab. Ia hanya duduk di sofa, dan mengabaikan semua orang yang di sana untuk sekadar menarik napas panjang."Gak ada yang baik-baik aja. Athena terlambat dibawa masuk ke rumah sakit, jadi sekarang kita cuma bisa nunggu keajaiban Tuhan aja."Helaan napas berat hanya keluar dari Brian dan Adnan, sementara Sandra justru terlihat tak acuh dan untuk sesaat terlihat menyeringai puas."Kau gak lagi bohong, kan?" tanya Brian lagi, masih sangat tidak terima dengan jawaban yang diberikan oleh Dante."Untuk apa? Apa keuntungannya? Kalo gak percaya, lihat saja di rumah sakit. Athena-mu itu koma untuk waktu yang gak bisa ditentukan, akibat dari kurangnya oksigen yang masuk ke otak karena tenggelam cukup lama," pungkasnya sedikit emosi.Brian diam tertegun, sementara Dante menatapnya dengan tatapan tanpa ekspresi.“Fani ke man
“Kamu yakin kalo kita ngelakuinya pas kamu dalam masa subur?” tanya Bima dengan alis yang saling bertautan saat melihat satu garis pada testpack yang digunakan oleh Ayu ternyata cuma menghasilkan 1 garis saja, walaupun mereka sudah menunggu lebih dari 5 menit, berharap akan munculnya garis ke dua."Yakin, kok. Aku beberapa hari setelah beres mens, kan, langsung ngelakuin hal itu sama kamu. Kalo dari hitungan umum setelah berhubungan intim, harusnya emang seminggu sampe dua minggu kemudian udah masuk fase pembuahan. Mungkin testpack-nya rusak.""Mana ada rusak. Ini tuh masih baru, aku belinya di apotek. Lagipula kayaknya gak mungkin 2 minggu berhubungan langsung jadi anak, waktu itu Athena hamil tapi ketahuannya sebulan setelahnya.""Kenapa harus bahas-bahas Athena? Kamu kangen sama dia? Kamu pengen nostalgia, iya?" cecar Ayu yang merasa tersinggung atas ucapan Bima."Hei, gak gitu. Aku gak ada maksud ke arah situ, aku cuma ngasih kamu perbandi
Hidup adalah anak kecil yang main panas-panasan.Uang dan Tuhan jadi seduhan sirup yang penuh es.(Kareniavorg)***Berbulan-bulan kemudian...."Apa gak sebaiknya di bawa ke RSJ aja? Gawat loh, anak kamu itu sering kambuh. Istrinya aja belum bangun sampe Sekarang, gimana kalo nanti salah satu dari kita bakal jadi korban dia selanjutnya?" Sandra menyilangkan kedua tangannya di dada, lalu menatap miris ke arah Brian yang kembali hilang kontrol."Apa bagi kamu belum cukup selama 10 tahun setelah ngebuat aku mengasingkan anak aku sendiri?""Apa?""Dulu kamu yang minta aku supaya mengasingkan anakku sendiri, dan sekarang kamu pengen aku menjebloskannya ke rumah sakit jiwa? Sebenernya yang sakit jiwa itu siapa? Kamu?"Dada Adnan naik turun. Ia benar-benar berang dengan sikap Sandra kali ini.Sandra mendengur kasar.“Mau gimana lagi. Anak kamu itu kan emang gak nor
Kalo Tuhan itu maha mengabulkan permintaan, apa boleh kalo aku minta bahagia tanpa ada duka?(Gea Athena)***Bunyi gemericik air terjun tetap terdengar walaupun saat itu ia berada jauh dari asal air terjun yang sangat indah itu."Gimana, Neng, sekarang udah bisa napas?" tanya Abimanyu, seraya mendudukan dirinya tepat di samping Athena yang sedang meneguk air dari gelasnya.Athena tersenyum hangat dari balik gelasnya, lalu mengangguk ringan. Kemudian, ia pun menyeka bibirnya yang basah, dan menatap Abimanyu dengan antusias."Iya, sekarang udah agak enakan. Udah bisa napas, walaupun gak tahu kenapa, dada masih kerasa sakit.”Ia mengusap dadanya, berharap rasa sesak yang timbul tanpa sebab itu segera berakhir."Ini air apa emangnya, Abah?" tanya Athena seraya mengangkat gelasnya."Air Tuhan, supaya kamu kamu cepet ketemu Emak sama suami kamu.""Abah tahu tuan Brian?"Abimanyu t
Butuh dua orang untuk saling jatuh cinta.Kalau pada akhirnya hanya satu orang yang punya rasa sementara yang lainnya tidak... berarti yang harus dilakukan berikutnya adalah melepaskan.***"Kalo aku gak salah, kau punya istri dan anak, kan, Ismail?" tanya Brian, seraya membetulkan kacamatanya yang merosot ke pangkal hidungnya.“Iya, saya punya istri dan anak. Memangnya kenapa, tuan?”Ismail mengulurkan 3 butir obat berbeda warna dan ukuran pada Brian, disusul dengan ia mengulurkan air putih untuk membantu Brian menelan obatnya.3 butir obat langsung Brian konsumsi dalam satu kali minum, membuat segelah air putih itu tandas tanpa tersisa.“Apa kau mencintai istrimu sebelum menikah?”“Ng… bisa dibilang, iya.”“Oh,” seru Brian yang justru tiba-tiba kehilangan kata-kata.Banyak hal yang ingin ia tanyakan dan bicarakan dengan Ismail, tapi
"Kau bisa menjaga Athena dan membawanya pulang dengan selamat, kan?" tanya Brian pada Dante.Walaupun malas dan tak suka pada Dante, tapi mau tak mau Brian harus meminta bantuan Dante untuk hari ini saja karena ia punya urusan yang sangat penting dan ia harus segera menyelesaikan urusannya.“Bisa, kau tenang saja.” Dante menjawab ringan.Dengan cekatan, Dante menggendong Athena dan membawanya masuk ke dalam mobil miliknya.Brian berjalan mendekat, menangkup wajah Athena lalu memandangnya lekat-lekat untuk beberapa saat, sebelum akhirnya berbicara-“Kamu pulang duluan diantar sama Dante dulu, oke? Tunggu aku di rumah,” ucapnya lalu mendaratkan kecupan ringan di kening Athena.Kemudian, Brian mengurai tangannya dan menjauhkan dirinya dari Athena. Ia menutup pintu mobil lalu memandang tajam ke arah Dante yang termangu di sampingnya.“Istriku harus sampai rumah tanpa lecet apapun,” tukas Brian penuh per
Ternyata jatuh cinta itu rasanya aneh.Terkadang aku merasa bahwa ribuan gelembung bertebaran di dadaku dan rasanya begitu menggelitik.Tapi, terkadang juga aku merasa seperti makan permen kapas yang manis dan lembut tiap melihatmu tersenyum, Athena.Aku gak suka.Kamu jangan senyum.(Brian Atmaja)***"Kenapa?" pedas Brian saat membuka pintu kamarnya untuk sekadar menemukan Adnan bersama seorang perempuan muda dengan seragam pelayan."Namanya Septi, Papa yang mempekerjakan dia buat jadi pelayan pribadi Athena. Septi juga udah berpengalaman mengurus orang dengan keadaan sama seperti Athena, jadi kamu gak perlu khawatir.”Brian mendelik jengah.“Gak usah dan gak perlu repot-repot. Aku bisa ngurus istriku sendiri,” pedasnya. Ia menolak begitu saja tanpa memperdulikan perasaan Adnan yang mungkin saja tersinggung dengan ucapannya.“Tapi kamu udah harus masuk ke kantor l
“Kalung siapa? Buat aku, ya?’ tanya Fani begitu menemukan kotak bludru berwarna biru, berisi sebuah bandul berlian berbentuk bulan.Dante tersenyum tipis lalu membelai lembut rambut Fani, seraya mengambil alih kotak belundru itu dari tangan Fani.“Ini kaluang orang lain. Nanti ya, kalung buat kamu masih dalam proses pengerjaan oleh pihak jewelery. Kamu suka tiffany&Co, kan? Padahal aku mau ngasih surprise, tapi malah terpaksa harus ngasih tahu kamu sekarang.”Dante berdecak, berpura-pura kesal, sementara Fani terkekeh geli.“Makasih, ya, mas.” Dipeluknya Dante erat-erat.Fani merasa cukup senang melihat perubahan sikap Dante yang lebih terbuka kedanya, terlepas dari kenyataan bahwa Dante tidak menyukainya, Fani tetap saja senang. “Kalo gitu aku izin pergi dulu, oke? Kamu di rumah aja, di luar panas, nanti kamu item.” Dante tersenyum hangat lalu melenggang pergi menuju pintu kamarnya setelah selesai melemparkan gurauan receh itu kepada Fani.“Hati-hati di jalan.”“Kamu mau aku bawain