"Happy birthday, Anye," gumam Dante lalu menatap sedi foto perempuan cantik yang disimpan disebuah nisan di makam itu.Anyelir Sasmita.Dia adalah kekasih hati Dante sebelum akhirnya tenyata Anyelir harus lebih cepat menemui Tuhan. Anyelir pergi mendahului rencana lamaran yang sudah Dante persiapkan.Dante memanjatkan doa sambil berurai air mata, ketika mengingat semua kenangannya saat dimana ia masih bersama-sama dengan Anyelir.“Sudah 4 tahun, Anyelir. Aku udah mengabulkan permintaan kamu buat nikah sama Fani. Aku gak cinta sama dia, tapi aku juga gak bisa lepas dari dia. Entah karena sudah bertahun-tahun lamanya bersama, aku jadi tak terbiasa jika tanpa dia, atau mungkin karena aku mulai timbul rasa. Aku gak tahu,” ujar Dante mulai bercerita.Sesekali ia menyeka air matanya lalu tersenyum getir dan tertawa sumbang, mentertawakan nasibnya sendiri.“Ada perempuan bernama Athena. Dia sangat cantik dengan mata hazelnya yang indah, dan tiap kali melihat atau pun mengobrol dengannya, ak
Siang hari ini cukup cerah. Setidaknya Brian sudah selesai mengisi ketiga botol obatnya dengan obat yang diberikan oleh psikiaternya yang baru, dan siang ini juga Athena sudah menyelesaikan sesi pertama dari proses fisioterapi yang dijalaninya."Kita mau ke mana, pak?" tanya Septi disela-sela kegiatannya mengikat rambut Athena."Ke rumah mertuaku, dan jangan bilang ini pada siapapun termasuk orang rumah. Kalo sampe ada yang tahu, mulutmu akan aku robek," jawab Brian yang mengakhiri kalimatnya dengan peringatan tegas."Iya, pak." Septi menjawab dengan takut-takut.Selama perjalanan itu, diisi dengan saling diam. Hanya deru mesin mobil yang menemani perjalanan itu.Hingga kemudian, Brian pun mulai memelankan laju mobilnya, dan perlahan menhentikannya di sebuah rumah bertingkat dua, dengan halaman yang terlihat asri."Bantu istriku turun," perintah Brian yang sudah lebih dulu mematikan mobil dan berjalan keluar.Ia membuka pintu penumpang, meminta Septi untuk mengeluarkan kursi roda, sem
"Jangan menatapku terus, Athena. Itu sangat memalukan," keluh Brian sambil menarik selimut untuk menutupi sajahnya yang bersemu merah sampai ke telinga.Sial!Padahal ia berniat mengakui perasaannya itu ketika Athena sembuh nanti, tapi karena situasi yang mendesak, ia pun harus tiba-tiba mengakui perasaannya begitu saja.Athena memutar bola matanya, diiringi dengan dengusan geli.Ia mungkin tak bisa bicara, tapi ia masih punya seribu satu cara untuk mengejek Brian atas pernyataan cintanya yang tiba-tiba.“Kamu ngejek aku?” Brian menyingkap sedikit selimutnya, mengintip ke arah Athena yang ternyata sudah mulai terlihat memejamkan matanya. Entah susah benar-benar tidur, entah belum.Melihat situasi yang mulai hening dan menurutnya aman, Brian pun beringsut merengkuh Athena dan membuat istrinya itu tertidur dengan berbantalkan lengan kekarnya.“Kamu pasti belum mencintaiku, kan, Athena? Ckckck... Tuhan memang curang. Dia buat aku yang lebih dulu jatuh cinta padamu, padahal aku sendiri ya
"Loh, memangnya kapan aku nuduh? Jadi, anda merasa tertuduh, hm?" Brian menyeringai lebar, membuat Sandra melotot mendengar penuturannya itu."Untuk apa merasa tertuduh? Aku hanya gak suka dengan cara bicaramu sebelumnya kedengaran menyudutkan aku!” sentak Sandra marah.Semntara Brian hanya menanggapinya dengan tertawa terbahak-bahak.“Bagian mana dari ucapanku yang menyudutkanmu? Aku hanya menanyakan pendapatmu, aku tidak-”“Bisakah kalian berhenti berdebat?” suara Adnan menengahi. Ia menatap tak habis pikir ke arah Sandra dan Brian sencara bergantian.Sementara Fani hanya diam seribu bahasa, seolah ia menelan lidahnya sendiri, sampai-sampai ia kehilangan kata-kata."Sudahlah. Boleh aku kembali bicara?" seru Brian yang tak peduli dengan teguran dari Adnan.Hening. Tak ada satupun yang menjawab, sehingga Brian pun tak ambil pusing dan mengulurkan beberapa lembar kertas yang lain itu kepada Adnan."Itu data keuangan perusahaan selama 2 tahun ini. Liat di kolom bawah, total semuanya buk
Suara nyaring dari ayunan cambuk yang memecaut punggung Sandra terdengar seperti alunan musik merdu bagi Brian yang seumur hidupnya selalu dihantui oleh suara tangisan sang Mama."Ini belum seberapa. Kau dihukum seperti ini karena kau melakukan kesalahan fatal, ini tetap belum bisa dikatakan adil. Mamaku harus meninggal dalam keadaan menderita, padahal dia tak melakukan kesalahan apapun. Mamaku hanya menikah dengan pria sepertimu-” tutur Brian lalu menoleh dan menatap tajam ke arah Adnan. “Mamaku perempuan baik, tapi kalian menyakitinya sampai akhir.”Adnan hanya menunduk lesu, sementara Sandra masih terus berteriak kesakitan karena hukuman cambuk itu tak kunjung berakhir.“Aku gak akan pernah lupa tangisan Mamaku karena disakiti pria sepertimu yang justru memilih lacur seperti dia,” tukas Brian lagi dengan nada suara yang terdengar semakin tajam.Adnan tidak menjawab. Ia diam seribu bahasa, dengan kepala yang sedikit tertunduk malu.Tentu saja, ia malu karena semua kalimat penuh hard
“Masih belum hamil juga?” tanya Bima diiringi dengan helaan napas lelah yang keluar dari mulutnya. “Ini udah berbulan-bulan, loh, sayang. Masa sih belum hamil? Temen-temen aku bahkan istrinya udah hamil lagi anak ketiga, padahal anaknya belum satu tahun.” “Ya mungkin belum rejekinya aja. Aku juga gak pake KB, kok. Kata dokter juga kita sama-sama subur, jadi gak perlu deh kayaknya kamu sampe seheboh ini. Kita bakal nya anak kalo udah di waktu yang tepat,” sahut Ayu tak mau kalah. Lagi, Bima menghembuskan napas lelah, sementara Ayu menyilangkan kedua tangannya di dada, mendakan bahwa dia pun sama emosinya dengan Bima. Ah, keduanya sama-sama keras kepala dan sama-sama egois. Bedanya, jika dulu saat masih bersama Athena, Bima selalu mudah membentak dan main fisik, kali ini Bima lebih menekan emosinya dan memilih untuk mengalah pergi meninggalkan Ayu begitu saja. Lagi-lagi, Bima menghindari masalahnya dengan cara pergi bekerja di usaha kate
"Udah. Kamu berhenti nangis dong, mama capek dengernya," tegur Sandra pada Fani yang dari pertama Sandra dicambuk sampai sudah berlalu tiga hari, tetap saja menangis tiap kali menjenguk Sandra."Pasti sakit banget, kan, Ma? Aku harus gimana supaya rasa sakitnya ilang?" tanya Fani serak dan terus terisak-isak. Ia bahkan mengabaikan teguran Sandra yang memintanya untuk berhenti menangis.Ah, memangnya anak mana yang tak sakit hati melihat orang tuanya terluka parah."Makanya diem. Kamu nangis sekenceng itu selama tiga hari itu rasanya bikin semua luka-luka di punggung mama makin linu," tukas Sandra pedas. Walaupun sebenarnya ada rasa sedih saat harus terlihat lemah di depan anak semata wayangnya, apalagi sampai membuat anaknya itu menangis.Seketika Fani pun merapatkan bibirnya. Ia berhenti terisak-isak, tapi airmatanya tetap saja mengalir.Sesekali ia menyeka air matanya, agar Sandra tidak menegurnya lagi karena masih saja menangis, walaupun s
2 Bulan Kemudian....Tangis haru dan perasaan bahagia itu tercampur aduk di dada Brian, melihat bagaimana Athena bisa pulih dan menyelesaikan sesi terapi untuk yang terakhir kalinya.“Coba, jalan pelan-pelan ke arah suami ibu,” pinta terapis itu mengarahkan.Tetapi, sebelum Athena benar-benar melakukan arahannya, terapis itu lebih dulu memijat pelan kaki Athena untuk mencoba mengurai urat-urat yang sedikit bermasalah agar tidak mengganggu proses Athena saat berjalan.“Silakan, bu.”Terapis itu berhenti memijat kaki Athena, dan membiarkan Athena untuk perlahan bangkit berdiri dan mulai melangkahkan kakinya selangkah demi selangkah.“Santai saja, jangan terlalu terburu-buru,” ujar Brian mengingatkan.Ia sudah dengan siaga di tempatnya menunggu Athena menghampirinya, sambil terus berjaga-jaga kalau saja tiba-tiba Athena terjatuh, ia bisa berlari cepat menghampirinya.Beberapa kali Athena terhuyu