Butuh dua orang untuk saling jatuh cinta.
Kalau pada akhirnya hanya satu orang yang punya rasa sementara yang lainnya tidak... berarti yang harus dilakukan berikutnya adalah melepaskan.
***"Kalo aku gak salah, kau punya istri dan anak, kan, Ismail?" tanya Brian, seraya membetulkan kacamatanya yang merosot ke pangkal hidungnya.
“Iya, saya punya istri dan anak. Memangnya kenapa, tuan?”
Ismail mengulurkan 3 butir obat berbeda warna dan ukuran pada Brian, disusul dengan ia mengulurkan air putih untuk membantu Brian menelan obatnya.
3 butir obat langsung Brian konsumsi dalam satu kali minum, membuat segelah air putih itu tandas tanpa tersisa.
“Apa kau mencintai istrimu sebelum menikah?”
“Ng… bisa dibilang, iya.”
“Oh,” seru Brian yang justru tiba-tiba kehilangan kata-kata.
Banyak hal yang ingin ia tanyakan dan bicarakan dengan Ismail, tapi
"Kau bisa menjaga Athena dan membawanya pulang dengan selamat, kan?" tanya Brian pada Dante.Walaupun malas dan tak suka pada Dante, tapi mau tak mau Brian harus meminta bantuan Dante untuk hari ini saja karena ia punya urusan yang sangat penting dan ia harus segera menyelesaikan urusannya.“Bisa, kau tenang saja.” Dante menjawab ringan.Dengan cekatan, Dante menggendong Athena dan membawanya masuk ke dalam mobil miliknya.Brian berjalan mendekat, menangkup wajah Athena lalu memandangnya lekat-lekat untuk beberapa saat, sebelum akhirnya berbicara-“Kamu pulang duluan diantar sama Dante dulu, oke? Tunggu aku di rumah,” ucapnya lalu mendaratkan kecupan ringan di kening Athena.Kemudian, Brian mengurai tangannya dan menjauhkan dirinya dari Athena. Ia menutup pintu mobil lalu memandang tajam ke arah Dante yang termangu di sampingnya.“Istriku harus sampai rumah tanpa lecet apapun,” tukas Brian penuh per
Ternyata jatuh cinta itu rasanya aneh.Terkadang aku merasa bahwa ribuan gelembung bertebaran di dadaku dan rasanya begitu menggelitik.Tapi, terkadang juga aku merasa seperti makan permen kapas yang manis dan lembut tiap melihatmu tersenyum, Athena.Aku gak suka.Kamu jangan senyum.(Brian Atmaja)***"Kenapa?" pedas Brian saat membuka pintu kamarnya untuk sekadar menemukan Adnan bersama seorang perempuan muda dengan seragam pelayan."Namanya Septi, Papa yang mempekerjakan dia buat jadi pelayan pribadi Athena. Septi juga udah berpengalaman mengurus orang dengan keadaan sama seperti Athena, jadi kamu gak perlu khawatir.”Brian mendelik jengah.“Gak usah dan gak perlu repot-repot. Aku bisa ngurus istriku sendiri,” pedasnya. Ia menolak begitu saja tanpa memperdulikan perasaan Adnan yang mungkin saja tersinggung dengan ucapannya.“Tapi kamu udah harus masuk ke kantor l
“Kalung siapa? Buat aku, ya?’ tanya Fani begitu menemukan kotak bludru berwarna biru, berisi sebuah bandul berlian berbentuk bulan.Dante tersenyum tipis lalu membelai lembut rambut Fani, seraya mengambil alih kotak belundru itu dari tangan Fani.“Ini kaluang orang lain. Nanti ya, kalung buat kamu masih dalam proses pengerjaan oleh pihak jewelery. Kamu suka tiffany&Co, kan? Padahal aku mau ngasih surprise, tapi malah terpaksa harus ngasih tahu kamu sekarang.”Dante berdecak, berpura-pura kesal, sementara Fani terkekeh geli.“Makasih, ya, mas.” Dipeluknya Dante erat-erat.Fani merasa cukup senang melihat perubahan sikap Dante yang lebih terbuka kedanya, terlepas dari kenyataan bahwa Dante tidak menyukainya, Fani tetap saja senang. “Kalo gitu aku izin pergi dulu, oke? Kamu di rumah aja, di luar panas, nanti kamu item.” Dante tersenyum hangat lalu melenggang pergi menuju pintu kamarnya setelah selesai melemparkan gurauan receh itu kepada Fani.“Hati-hati di jalan.”“Kamu mau aku bawain
"Happy birthday, Anye," gumam Dante lalu menatap sedi foto perempuan cantik yang disimpan disebuah nisan di makam itu.Anyelir Sasmita.Dia adalah kekasih hati Dante sebelum akhirnya tenyata Anyelir harus lebih cepat menemui Tuhan. Anyelir pergi mendahului rencana lamaran yang sudah Dante persiapkan.Dante memanjatkan doa sambil berurai air mata, ketika mengingat semua kenangannya saat dimana ia masih bersama-sama dengan Anyelir.“Sudah 4 tahun, Anyelir. Aku udah mengabulkan permintaan kamu buat nikah sama Fani. Aku gak cinta sama dia, tapi aku juga gak bisa lepas dari dia. Entah karena sudah bertahun-tahun lamanya bersama, aku jadi tak terbiasa jika tanpa dia, atau mungkin karena aku mulai timbul rasa. Aku gak tahu,” ujar Dante mulai bercerita.Sesekali ia menyeka air matanya lalu tersenyum getir dan tertawa sumbang, mentertawakan nasibnya sendiri.“Ada perempuan bernama Athena. Dia sangat cantik dengan mata hazelnya yang indah, dan tiap kali melihat atau pun mengobrol dengannya, ak
Siang hari ini cukup cerah. Setidaknya Brian sudah selesai mengisi ketiga botol obatnya dengan obat yang diberikan oleh psikiaternya yang baru, dan siang ini juga Athena sudah menyelesaikan sesi pertama dari proses fisioterapi yang dijalaninya."Kita mau ke mana, pak?" tanya Septi disela-sela kegiatannya mengikat rambut Athena."Ke rumah mertuaku, dan jangan bilang ini pada siapapun termasuk orang rumah. Kalo sampe ada yang tahu, mulutmu akan aku robek," jawab Brian yang mengakhiri kalimatnya dengan peringatan tegas."Iya, pak." Septi menjawab dengan takut-takut.Selama perjalanan itu, diisi dengan saling diam. Hanya deru mesin mobil yang menemani perjalanan itu.Hingga kemudian, Brian pun mulai memelankan laju mobilnya, dan perlahan menhentikannya di sebuah rumah bertingkat dua, dengan halaman yang terlihat asri."Bantu istriku turun," perintah Brian yang sudah lebih dulu mematikan mobil dan berjalan keluar.Ia membuka pintu penumpang, meminta Septi untuk mengeluarkan kursi roda, sem
"Jangan menatapku terus, Athena. Itu sangat memalukan," keluh Brian sambil menarik selimut untuk menutupi sajahnya yang bersemu merah sampai ke telinga.Sial!Padahal ia berniat mengakui perasaannya itu ketika Athena sembuh nanti, tapi karena situasi yang mendesak, ia pun harus tiba-tiba mengakui perasaannya begitu saja.Athena memutar bola matanya, diiringi dengan dengusan geli.Ia mungkin tak bisa bicara, tapi ia masih punya seribu satu cara untuk mengejek Brian atas pernyataan cintanya yang tiba-tiba.“Kamu ngejek aku?” Brian menyingkap sedikit selimutnya, mengintip ke arah Athena yang ternyata sudah mulai terlihat memejamkan matanya. Entah susah benar-benar tidur, entah belum.Melihat situasi yang mulai hening dan menurutnya aman, Brian pun beringsut merengkuh Athena dan membuat istrinya itu tertidur dengan berbantalkan lengan kekarnya.“Kamu pasti belum mencintaiku, kan, Athena? Ckckck... Tuhan memang curang. Dia buat aku yang lebih dulu jatuh cinta padamu, padahal aku sendiri ya
"Loh, memangnya kapan aku nuduh? Jadi, anda merasa tertuduh, hm?" Brian menyeringai lebar, membuat Sandra melotot mendengar penuturannya itu."Untuk apa merasa tertuduh? Aku hanya gak suka dengan cara bicaramu sebelumnya kedengaran menyudutkan aku!” sentak Sandra marah.Semntara Brian hanya menanggapinya dengan tertawa terbahak-bahak.“Bagian mana dari ucapanku yang menyudutkanmu? Aku hanya menanyakan pendapatmu, aku tidak-”“Bisakah kalian berhenti berdebat?” suara Adnan menengahi. Ia menatap tak habis pikir ke arah Sandra dan Brian sencara bergantian.Sementara Fani hanya diam seribu bahasa, seolah ia menelan lidahnya sendiri, sampai-sampai ia kehilangan kata-kata."Sudahlah. Boleh aku kembali bicara?" seru Brian yang tak peduli dengan teguran dari Adnan.Hening. Tak ada satupun yang menjawab, sehingga Brian pun tak ambil pusing dan mengulurkan beberapa lembar kertas yang lain itu kepada Adnan."Itu data keuangan perusahaan selama 2 tahun ini. Liat di kolom bawah, total semuanya buk
Suara nyaring dari ayunan cambuk yang memecaut punggung Sandra terdengar seperti alunan musik merdu bagi Brian yang seumur hidupnya selalu dihantui oleh suara tangisan sang Mama."Ini belum seberapa. Kau dihukum seperti ini karena kau melakukan kesalahan fatal, ini tetap belum bisa dikatakan adil. Mamaku harus meninggal dalam keadaan menderita, padahal dia tak melakukan kesalahan apapun. Mamaku hanya menikah dengan pria sepertimu-” tutur Brian lalu menoleh dan menatap tajam ke arah Adnan. “Mamaku perempuan baik, tapi kalian menyakitinya sampai akhir.”Adnan hanya menunduk lesu, sementara Sandra masih terus berteriak kesakitan karena hukuman cambuk itu tak kunjung berakhir.“Aku gak akan pernah lupa tangisan Mamaku karena disakiti pria sepertimu yang justru memilih lacur seperti dia,” tukas Brian lagi dengan nada suara yang terdengar semakin tajam.Adnan tidak menjawab. Ia diam seribu bahasa, dengan kepala yang sedikit tertunduk malu.Tentu saja, ia malu karena semua kalimat penuh hard