"Kau bisa menjaga Athena dan membawanya pulang dengan selamat, kan?" tanya Brian pada Dante.
Walaupun malas dan tak suka pada Dante, tapi mau tak mau Brian harus meminta bantuan Dante untuk hari ini saja karena ia punya urusan yang sangat penting dan ia harus segera menyelesaikan urusannya.
“Bisa, kau tenang saja.” Dante menjawab ringan.
Dengan cekatan, Dante menggendong Athena dan membawanya masuk ke dalam mobil miliknya.
Brian berjalan mendekat, menangkup wajah Athena lalu memandangnya lekat-lekat untuk beberapa saat, sebelum akhirnya berbicara-
“Kamu pulang duluan diantar sama Dante dulu, oke? Tunggu aku di rumah,” ucapnya lalu mendaratkan kecupan ringan di kening Athena.
Kemudian, Brian mengurai tangannya dan menjauhkan dirinya dari Athena. Ia menutup pintu mobil lalu memandang tajam ke arah Dante yang termangu di sampingnya.
“Istriku harus sampai rumah tanpa lecet apapun,” tukas Brian penuh per
Ternyata jatuh cinta itu rasanya aneh.Terkadang aku merasa bahwa ribuan gelembung bertebaran di dadaku dan rasanya begitu menggelitik.Tapi, terkadang juga aku merasa seperti makan permen kapas yang manis dan lembut tiap melihatmu tersenyum, Athena.Aku gak suka.Kamu jangan senyum.(Brian Atmaja)***"Kenapa?" pedas Brian saat membuka pintu kamarnya untuk sekadar menemukan Adnan bersama seorang perempuan muda dengan seragam pelayan."Namanya Septi, Papa yang mempekerjakan dia buat jadi pelayan pribadi Athena. Septi juga udah berpengalaman mengurus orang dengan keadaan sama seperti Athena, jadi kamu gak perlu khawatir.”Brian mendelik jengah.“Gak usah dan gak perlu repot-repot. Aku bisa ngurus istriku sendiri,” pedasnya. Ia menolak begitu saja tanpa memperdulikan perasaan Adnan yang mungkin saja tersinggung dengan ucapannya.“Tapi kamu udah harus masuk ke kantor l
“Kalung siapa? Buat aku, ya?’ tanya Fani begitu menemukan kotak bludru berwarna biru, berisi sebuah bandul berlian berbentuk bulan.Dante tersenyum tipis lalu membelai lembut rambut Fani, seraya mengambil alih kotak belundru itu dari tangan Fani.“Ini kaluang orang lain. Nanti ya, kalung buat kamu masih dalam proses pengerjaan oleh pihak jewelery. Kamu suka tiffany&Co, kan? Padahal aku mau ngasih surprise, tapi malah terpaksa harus ngasih tahu kamu sekarang.”Dante berdecak, berpura-pura kesal, sementara Fani terkekeh geli.“Makasih, ya, mas.” Dipeluknya Dante erat-erat.Fani merasa cukup senang melihat perubahan sikap Dante yang lebih terbuka kedanya, terlepas dari kenyataan bahwa Dante tidak menyukainya, Fani tetap saja senang. “Kalo gitu aku izin pergi dulu, oke? Kamu di rumah aja, di luar panas, nanti kamu item.” Dante tersenyum hangat lalu melenggang pergi menuju pintu kamarnya setelah selesai melemparkan gurauan receh itu kepada Fani.“Hati-hati di jalan.”“Kamu mau aku bawain
"Happy birthday, Anye," gumam Dante lalu menatap sedi foto perempuan cantik yang disimpan disebuah nisan di makam itu.Anyelir Sasmita.Dia adalah kekasih hati Dante sebelum akhirnya tenyata Anyelir harus lebih cepat menemui Tuhan. Anyelir pergi mendahului rencana lamaran yang sudah Dante persiapkan.Dante memanjatkan doa sambil berurai air mata, ketika mengingat semua kenangannya saat dimana ia masih bersama-sama dengan Anyelir.“Sudah 4 tahun, Anyelir. Aku udah mengabulkan permintaan kamu buat nikah sama Fani. Aku gak cinta sama dia, tapi aku juga gak bisa lepas dari dia. Entah karena sudah bertahun-tahun lamanya bersama, aku jadi tak terbiasa jika tanpa dia, atau mungkin karena aku mulai timbul rasa. Aku gak tahu,” ujar Dante mulai bercerita.Sesekali ia menyeka air matanya lalu tersenyum getir dan tertawa sumbang, mentertawakan nasibnya sendiri.“Ada perempuan bernama Athena. Dia sangat cantik dengan mata hazelnya yang indah, dan tiap kali melihat atau pun mengobrol dengannya, ak
Siang hari ini cukup cerah. Setidaknya Brian sudah selesai mengisi ketiga botol obatnya dengan obat yang diberikan oleh psikiaternya yang baru, dan siang ini juga Athena sudah menyelesaikan sesi pertama dari proses fisioterapi yang dijalaninya."Kita mau ke mana, pak?" tanya Septi disela-sela kegiatannya mengikat rambut Athena."Ke rumah mertuaku, dan jangan bilang ini pada siapapun termasuk orang rumah. Kalo sampe ada yang tahu, mulutmu akan aku robek," jawab Brian yang mengakhiri kalimatnya dengan peringatan tegas."Iya, pak." Septi menjawab dengan takut-takut.Selama perjalanan itu, diisi dengan saling diam. Hanya deru mesin mobil yang menemani perjalanan itu.Hingga kemudian, Brian pun mulai memelankan laju mobilnya, dan perlahan menhentikannya di sebuah rumah bertingkat dua, dengan halaman yang terlihat asri."Bantu istriku turun," perintah Brian yang sudah lebih dulu mematikan mobil dan berjalan keluar.Ia membuka pintu penumpang, meminta Septi untuk mengeluarkan kursi roda, sem
"Jangan menatapku terus, Athena. Itu sangat memalukan," keluh Brian sambil menarik selimut untuk menutupi sajahnya yang bersemu merah sampai ke telinga.Sial!Padahal ia berniat mengakui perasaannya itu ketika Athena sembuh nanti, tapi karena situasi yang mendesak, ia pun harus tiba-tiba mengakui perasaannya begitu saja.Athena memutar bola matanya, diiringi dengan dengusan geli.Ia mungkin tak bisa bicara, tapi ia masih punya seribu satu cara untuk mengejek Brian atas pernyataan cintanya yang tiba-tiba.“Kamu ngejek aku?” Brian menyingkap sedikit selimutnya, mengintip ke arah Athena yang ternyata sudah mulai terlihat memejamkan matanya. Entah susah benar-benar tidur, entah belum.Melihat situasi yang mulai hening dan menurutnya aman, Brian pun beringsut merengkuh Athena dan membuat istrinya itu tertidur dengan berbantalkan lengan kekarnya.“Kamu pasti belum mencintaiku, kan, Athena? Ckckck... Tuhan memang curang. Dia buat aku yang lebih dulu jatuh cinta padamu, padahal aku sendiri ya
"Loh, memangnya kapan aku nuduh? Jadi, anda merasa tertuduh, hm?" Brian menyeringai lebar, membuat Sandra melotot mendengar penuturannya itu."Untuk apa merasa tertuduh? Aku hanya gak suka dengan cara bicaramu sebelumnya kedengaran menyudutkan aku!” sentak Sandra marah.Semntara Brian hanya menanggapinya dengan tertawa terbahak-bahak.“Bagian mana dari ucapanku yang menyudutkanmu? Aku hanya menanyakan pendapatmu, aku tidak-”“Bisakah kalian berhenti berdebat?” suara Adnan menengahi. Ia menatap tak habis pikir ke arah Sandra dan Brian sencara bergantian.Sementara Fani hanya diam seribu bahasa, seolah ia menelan lidahnya sendiri, sampai-sampai ia kehilangan kata-kata."Sudahlah. Boleh aku kembali bicara?" seru Brian yang tak peduli dengan teguran dari Adnan.Hening. Tak ada satupun yang menjawab, sehingga Brian pun tak ambil pusing dan mengulurkan beberapa lembar kertas yang lain itu kepada Adnan."Itu data keuangan perusahaan selama 2 tahun ini. Liat di kolom bawah, total semuanya buk
Suara nyaring dari ayunan cambuk yang memecaut punggung Sandra terdengar seperti alunan musik merdu bagi Brian yang seumur hidupnya selalu dihantui oleh suara tangisan sang Mama."Ini belum seberapa. Kau dihukum seperti ini karena kau melakukan kesalahan fatal, ini tetap belum bisa dikatakan adil. Mamaku harus meninggal dalam keadaan menderita, padahal dia tak melakukan kesalahan apapun. Mamaku hanya menikah dengan pria sepertimu-” tutur Brian lalu menoleh dan menatap tajam ke arah Adnan. “Mamaku perempuan baik, tapi kalian menyakitinya sampai akhir.”Adnan hanya menunduk lesu, sementara Sandra masih terus berteriak kesakitan karena hukuman cambuk itu tak kunjung berakhir.“Aku gak akan pernah lupa tangisan Mamaku karena disakiti pria sepertimu yang justru memilih lacur seperti dia,” tukas Brian lagi dengan nada suara yang terdengar semakin tajam.Adnan tidak menjawab. Ia diam seribu bahasa, dengan kepala yang sedikit tertunduk malu.Tentu saja, ia malu karena semua kalimat penuh hard
“Masih belum hamil juga?” tanya Bima diiringi dengan helaan napas lelah yang keluar dari mulutnya. “Ini udah berbulan-bulan, loh, sayang. Masa sih belum hamil? Temen-temen aku bahkan istrinya udah hamil lagi anak ketiga, padahal anaknya belum satu tahun.” “Ya mungkin belum rejekinya aja. Aku juga gak pake KB, kok. Kata dokter juga kita sama-sama subur, jadi gak perlu deh kayaknya kamu sampe seheboh ini. Kita bakal nya anak kalo udah di waktu yang tepat,” sahut Ayu tak mau kalah. Lagi, Bima menghembuskan napas lelah, sementara Ayu menyilangkan kedua tangannya di dada, mendakan bahwa dia pun sama emosinya dengan Bima. Ah, keduanya sama-sama keras kepala dan sama-sama egois. Bedanya, jika dulu saat masih bersama Athena, Bima selalu mudah membentak dan main fisik, kali ini Bima lebih menekan emosinya dan memilih untuk mengalah pergi meninggalkan Ayu begitu saja. Lagi-lagi, Bima menghindari masalahnya dengan cara pergi bekerja di usaha kate
Hari Senin pagi, Athena begitu semangat melangkahkan kakinya memasuki lift VIP khusus para eksekutif perusahaan.Hari ini sangat menyenangkan bagi Athena karena ia berangkat bekerja diantar oleh Reza. Pria itu bahkan datang pagi-pagi sekali untuk sekadar menjemput Athena. Bahkan,Reza begitu telaten menyuapi Valerie, membuat Athena merasa benar-benar punya pasangan yang cocok untuk dirinya dan ayah yang baik untuk anaknya."Morning, Bu Aleah. Anda sepertinya sangat ceria hari ini, tidak seperti biasanya." Suara Brian menyapa.Sontak, saat itu Athena menoleh ke belakang, untuk sekadar mendapati Brian yang tersenyum tipis ke arahnya.Ah, sial memang. Saking larutnya dalam rasa senang, Athena bahkan sampai tidak melihat keberadaan Brian.“O-Oh… morning pak Brian,” sahut Athena sedikit terbata. Ia berdeham sejenak sebelum akhirnya ia menetralkan raut wajahnya kembali menjadi terlihat tanpa ekspresi."Diantar oleh suami, bu?" ta
You Hate When People See You Cry Because You Want To Be That Strong Girl. At The Same Time, Though, You Hate How Nobody Notices How Torn Apart And Broken You Are.(Anonymous)***“Baba, pon unyi.” (Papa, handponenya bunyi.) Suara menggemaskan itu terdengar, disusul dengan langkah kecil Valerie yang datang menghampiri Andreas dengan sebuah ponsel yang digenggam erat oleh tangan mungilnya.Andreas dan Athena yang saat itu sedang duduk di ruang tamu membicarakan soal bisnis pun akhirnya menoleh ke arah Valerie yang berjalan sedikit limbung ke arah mereka.“Oh, iya beneran bunyi. Makasih ya?” Andreas menyahut senang seraya meraih tubuh mungil Valerie untuk duduk dipangkuannya.Ia mengambil ponselnya dan menerima panggilan itu untuk beberapa saat, sebelum akhirnya padangdan matanya tertuju ke arah Athena.“Ada apa?” tanya Athena.Andreas tak langsung menjawab. Ia menutup lubang spiker
"Kak Andre," panggil Athena ragu. Ia bersandar pada daun pintu ruang praktek Andreas di klinik pria itu.“Ada apa?” sahut Andreas bertanya, setelah ia selesai membungkus semua obat-obatan racikannya.“Eng… itu… aku mau tanya… apa dokter Reza… suka ngerayain ulang tahun?” tanya Athena dengan suara yang sedikit terbata-bata.Mendengar itu, Andreas pun seketika mengulum senyumnya dan berbalik menatap Athena dengan kedua alis yang sengaja naikkan sebelah, berniat menggoda Athena.“Apa ini artinya kamu mau memberikan lampu hijau pada penantian Reza selama ini?”Athena menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia tiba-tiba saja merasa malu dan canggung kalau harus mengakui niatannya.“Eng.. iya, aku pikir kata-kata kakak juga ada benernya. Mulai dari hari ini aku mau buka hati aku buat dokter Reza. Apa kakak tahu di mana dokter Reza biasanya ngerayain ulang tahun?”
“Minum obat anda, tuan.” Suara Ismail menegur Brian yang masih saja keras kepala tak mau meminum obatnya sama sekali.Brian masih tetap memilih terus berbaring lemah di atas tempat tidurnya, sambil terus mendiamkan demam menggorogoti tubuhnya lebih lama lagi.“Berhenti mengoceh, Ismail. Suaramu membuat kepalaku makin sakit,” protes Brian seraya menarik selimutnya sampai menutupi seluruh kepalanya.“Tuan, kan, harus mengurus perusahaan. Belum lagi proyek bersama perusahaan Hilton. Kalau anda masih terbaring lemah seperti ini, bu Aleah Dominique pasti akan marah besar. Anda tahu sendiri bagaimana murkanya beliau seperti apa?"Brian diam. Ia enggan menjawab ucapan Ismail dan memilih tetap memejamkan matanya.Pada akhirnya Ismail hanya bisa menghela napas berat dan mengembalikan botol pil obat anti depresan juga obat demam Brian itu ke dalam laci nakas."Ah, ternyata tuan sudah tak punya semangan hidup. Padahal saya
"Brian Atmaja bercerai," ucap Andreas membaca headline dari berita online yang ia baca di ponselnya. “Ckckck... jaman sekarang berita perceraian orang-orang kaya lebih banyak dimuat di media berita, darpada informasi saham atau apapun yang lebih pending,”lanjutnya berkomentar.Sementara Athena tampak termenung mendengar kabar itu. Entah ia harus bereaksi seperti apa. Sebab, untuk sekadar bergembira pun ia tak mampu. Hatinya sudah terlanjur kosong untuk sekadar memberikan reaksi soal Brian.“Kamu gak mau ketawa gitu?” tanya Andreas seraya menoleh ke arah Athena.Athena menggeleng cepat.“Gak deh makasih. Gak peduli juga hidup mereka berantakan atau apa pun juga, kecuali kalo mereka sengsara karena perbuatanku, barulah aku senang." Sudut bibir Athena berkedut, menyunggungkan senyum miring untuk beberapa saat.Andreas terbahak, lalu mengulurkan tangannya untuk sekadar mengusap gemas puncak kepala Athena.&ldq
Tak ada banyak yang aku harapkan.Cukup dengan melihatmu setiap pagi menyajikan senyum dan ucapan selamat pagi tiap kali aku bangun tidur pun, aku sudah bahagia.Ah, andai semua harap tentangmu bisa jadi nyata, Aleah.(Reza Zanuardi)***"Atas nama ibu Aleah Dominique?" suara seorang kurir langsung menyapa begitu Athena membuka pintu mansion Andreas.Bukannya langsung menjawab, Athena justru mengerutkan keningnya bingung dengan segala tanya di kepala-Dia tahu alamat ini dari mana? batin Athena.“Ya, saya sendiri. Ada keperluan apa?”tanya Athena akhirnya, alih-alih menanyakan pertanyaan yang sebelumnya sempat terlintas di kepalanya.“Oh, ini ada kiriman bunga dan kotak hadiah untuk ibu Aleah Dominique atas nama pengirim Reza Zanuardi,” jawabnya ringan seraya mengulurkan rangkaian bungan mawar-bunga baby birth dan tulip ungu itu kepada Athena.Sedangkan Athena sudah
"Aku gak mau pisah, please...." Mona bersimpuh di kaki Brian. "Aku bisa dihukum mati kalo orang tuaku tahu aku hamil sama orang lain."Surat gugatan cerai itu sudah Brian berikan pada Mona. Sudah ia tanda tangani juga, dan hanya tinggal menunggu Mona untuk menanda tanganinya juga, tapi perempuan itu malah membuat segalanya jadi terhambat."Jangan mempersulit keadaan, Mona. Tanda tangani saja," tukas Brian yang tak memperdulikan bagaimana Mona begitu memohon dengan sungguh-sungguh kepadanya.Perempuan itu bahkan memeluk erat kaki Brian dan tak melepaskannya sekalipun sudah beberapa kali Brian melepaskan tautan tangan Mona dari sana."Aku hamil Brian, jangan ceraikan aku. Kalo kita cerai aku harus gimana? Anakku pasti akan hidup tanpa ayah, Brian. Aku mohon... jangan ceraikan aku."Dengan wajah yang berurai air mata, Mona mendongak menatap Brian dengan tatapan memelas. Ia memohon belas kasihan Brian.Helaan napas berat kemudian terdengar dari
"Ngapain?" ketus Athena saat mendapati Reza dan sepeda motornya yang sudah terparkir di depan pintu keluar lobi kantor.Namun, seolah tak terpengaruh dengan wajah dingin dan ucapan Athena yang ketus, Reza justru memamerkan senyum manisnya pada Athena.“Bukan apa-apa sih. Tadi,aku isi bensinnya full tank. Jok belakang juga kosong,kayaknya seru kalo bonceng kamu,” ujar Reza dengan senyuman manis yang tak pernah sekalipun luntur dari wajahnya, menciptakan dua lesung pipit yang terlihat tak kalah manis menghiasi kedua pipinya.Sial memang.“Saya nunggu kakak saya datang jemput,” sahut Athena menolak secara halus. Ia memalingkan wajahnya ke arah lain,menghindari untuk melihat betapa senyuman manis Reza yang benar-benar mengganggunya.“Andreas ada jadwal OP di rumah sakit, jadi gak mungkin jemput.”“Nanti pasti sebentar lagi pak Lukman bakal jemput ke sini,” kata Athena masih terus mengutarakan
"Tuan tadi kelihatan dingin pada nona Aleah, kenapa?" tanya Ismail begitu ia selesai membantu Brian untuk merebahkan dirinya ke atas tenpat tidur."Karena dia bukan Athena," jawab Brian ringan. "Dia mirip Athena, makanya aku ingin terus melihatnya. Tapi, setelah Athena ditemukan, aku gak lagi mau melihat Aleah. Aku sudah punya tempat tujuan ke mana aku harus melepas rinduku pada Athena," lanjutnya.Mendengar jawaban itu, Ismail pun mengangguk-nganggukan kepalanya."Silakan minum obatnya," ucap Ismal seraya mengulurkan obat anti depresan untuk Brian.Ya, depressi Brian kembali parah setelah ia sangat terpukul dengan penemuan mayat Athena dan Valerie."Aku gak mau minum obat." Brian mendorong pelan uluran tangan Ismail, menghalaunya agar tak memberikan obat itu lagi."Tapi, sakit tuan bisa makin parah kalau gak minum obat.""Aku ingin mati, Ismail... aku cuma ingin pergi," racau Brian membuat Ismail seketika menghembuskan napas be