DUA KATA SAKRAL
"Jasmine tolong berhenti balapan, Sayang!" Kata-kata larangan sang bunda untuk Jasmine kembali terngiang. Namun, gadis itu tetap pergi setelah mengiyakan permintaan sang bunda membawa dua orang bodyguard bersamanya. Di pertandingan balapan kali ini, tidak ada yang tahu selain penyelenggara jika salah satu peserta mereka adalah seorang wanita. Jasmine memang sengaja menutupi identitasnya. Semua mudah dengan uang, semua yang Jasmine butuhkan terpenuhi. Seruan penonton di arena balap motor sport begitu bergemuruh, memberi semangat pada jagoan mereka masing-masing. Jasmine yang sudah lama tidak balapan hari itu tidak kalah bersemangat kala terjun dalam sirkuit balapan. Jasmine yang kembali di minta sang bunda untuk menikah, memilih menyalurkan rasa kesalnya pada hobi balapnya. Mau secara langsung menolak permintaan sang bunda, gadis itu nyatanya tidak sanggup mengutarakan. Sebab sampai detik ini pun dirinya belum juga memiliki sosok untuk ia jadikan sandaran hati, di kala suka maupun duka seumur hidupnya. "Alan ...." "Alan ...." "Alan ... kamu yang terbaik!" Seru penonton yang dominan pada sebuah nama yang mungkin memang seorang winner di pertandingan balap motor belakangan ini. Jasmine tidak mengenal sosok Alan itu, maka ia lebih memilih untuk tidak memperdulikannya. Jasmine yang baru tiba di sirkuit setelah mengetahui hari ini ada pertandingan balap motor sport itu, memilih fokus pada kepuasan hati menyalurkan hobinya di lintasan balap motor kali ini. "Nona berhati-hatilah!" Suara salah seorang bodyguard wanita, yang terlibat percakapan di antara keduanya beberapa menit lalu. "Kamu, sudah ketularan bawel seperti bunda." Jasmine terkekeh seorang diri kala teringat kembali ocehan sang bodyguard wanita itu. Beruntung saat tengah meraung-raungkan suara motor sportnya kali ini, Jasmine sudah menggunakan pakaian savety balapan yang lengkap dengan helm full face miliknya. Sehingga saat ia tersenyum atau bahkan tertawa sekalipun, tidak ada yang akan menyadari wajah cantiknya. "Maaf, Nona. Saya hanya khawatir pada keselamatan Anda. Selama beberapa bulan terakhir ini, Nona sudah tidak lagi balapan atau hanya sekedar berlatih," ungkap sekretaris pribadinya. Sekretaris itu nyatanya tidak kalah khawatir dari sang bodyguard wanita tadi. "Kamu, tidak perlu terlalu khawatir, Gina. Meski sudah lama tidak balapan. Insting pada hobi balapku ini masih sangat kuat untuk bisa menang di pertandingan kali ini,'" sahut Jasmine pada angin. Jasmine memang bertekad di balapan kali ini untuk bisa memenangkan pertandingan. Meski ada sedikit kekhawatiran seperti yang sekretarisnya tadi utarakan. Sebab memang benar adanya, dirinya sudah terlalu lama vakum tidak balapan atau sekedar berlatih saja pun tidak pernah. Namun, demi melampiaskan rasa kesal, kali ini ia harus bisa menang. Brum ... brum ... brum .... Jasmine menarik pedal gas motor sport miliknya untuk sedikit pemanasan berkeliling sirkuit sebelum melakukan balapan sungguhan. Motor sport berwarna hitam dof keluaran Ducati kesayangan jasmine itu nyatanya mampu membuat Jasmine terlihat berkali-kali lebih keren. Cukup satu kali putaran saja Jasmine melakukan pemanasan dengan motor sport kesayangannya itu, mengelilingi sirkuit yang akan di gunakan balapan kali ini. Beberapa menit kemudian, lampu kuning sudah menyala, sebagai tanda persiapan para peserta menempati posisi balapan yang telah ditentukan melalui nomor undian. Jasmine berada di urutan ke dua saat mengambil undian posisi start tadi. Sedang urutan pertama terlihat Alan dengan pesonanya bertengger di sana. Semua peserta balapan kini lengkap berada di posisi masing-masing. Lampu hijau menyala bersamaan dengan bendera yang dibawakan seorang race flag girl mengibarkan bendera bermotif catur sebagai tanda balapan telah di mulai. Brem ... brem ... brem .... Suara bising mesin motor sport saling bersahutan, mereka lepas landas serempak. Alan nampak memimpin balapan masih sama bertengger di posisi terdepan seperti saat start. Sedang Jasmine terlihat saling berebut posisi kedua dengan pembalap yang tadi berada di posisi ke tiga saat start di belakangnya. "Ayo Jasmine, Lo harus bisa," ucap Jasmine menyemangati dirinya sendiri. Bremmmm .... Dengan kelincahan yang Jasmine miliki, gadis itu berhasil merebut posisi ke dua. Posisi pembalap ke tiga berjarak semakin jauh, lebih jauh dan akhirnya tertinggal cukup jauh dari Jasmine yang terus memacu pedal gas motor sportnya. "Yess!" Jasmine terus memacu gas motor di tangannya lagi dan lagi seolah tiada rasa takut demi sebuah ambisi kemenangan. Setelah putaran ke tiga Jasmine berhasil menyusul pembalap yang berada di posisi ke satu. "Nah, itu dia," gumam Jasmine. Kini dua pembalap yang berada di posisi paling depan saling menyalip untuk mendahului. Alan terlihat kesulitan melawan kelincahan pembalap yang bersaing dengannya itu. Meski begitu Alan tentu tidak mau mengalah begitu saja. Posisinya sebagai winner di beberapa kali balapan belakangan ini harus kembali dirinya pertahankan. "Siapa, Dia? Dari motornya terlihat asing," celoteh Alan dalam hati. Ia mengira Jasmine adalah pembalap baru karena baru sekali ini melihatnya. Padahal pada kenyataannya Jasmine justru pembalap lama yang beberapa bulan terakhir absen dari sirkuit balapan. Untuk putaran ke empat, Alan memasang trik membiarkan Jasmine memimpin dengan jarak tetap dirinya jaga mengekor di belakang Jasmine. "Yes, berhasil! Sekarang tinggal pertahankan posisi. Satu putaran terakhir gue yang jadi Winner," gumam Jasmine. Gadis cantik itu penuh percaya diri di balapan kali ini dirinya yang akan menempati posisi pertama sampai akhir. Namun, ternyata setelah masuk putaran terakhir, lawan Jasmine yaitu Alan mulai menunjukan kemampuan balapannya. Jasmine dan Alan bertarung sengit saling mendahului untuk memperebutkan posisi pertama. Hingga di 500 meter terakhir di mana posisi Jasmine masih memimpin. Alan dengan kecepatan penuh menarik pedal gas motor sport miliknya, melesat bak kilat mendahului Jasmine. Jasmine justru terkejut saat Alan menyalip bak kilat tadi. Ban bagian depan motor sport Jasmine tergelincir ke pasir, bahkan parahnya gadis itu justru kehilangan keseimbangan hingga motor sport yang Jasmine kendarai ikut terpelanting ke pasir sepenuhnya. Sorak gemuruh penonton menyambut kemenangan Alan seketika berubah menjadi teriakan histeris, kala kecelakaan motor sport tanpa diduga terjadi di detik-detik terakhir menuju kemenangan sang winner. Motor sport yang Alan kendarai pun tinggal beberapa meter lagi mencapai garis finis. Namun, pria itu memilih memutar balik laju motornya kala menyadari terjadi kecelakaan pada pengendara yang baru saja ia salip itu. Kecelakaan motor sport yang terjadi dengan jarak hanya seratus meter dari posisi kemenangan Alan membuat pria itu dengan cepat sampai di titik kecelakaan terjadi. Alan memarkir motor sport miliknya di aspal sirkuit. Pria itu berlari dengan setengah sempoyongan, setelah berkendara dengan kecepatan tinggi menghampiri korban yang tak lain adalah Jasmine. Saat Alan sampai di posisi Jasmine. Gadis itu masih setengah sadar dalam posisi tergeletak tak berdaya. Beruntung helm yang dipakai tidak terlepas dari kepala. Sehingga kemungkinan cidera kepala tipis terjadi. Tubuh Jasmine yang masih terbungkus baju savety juga belum terlihat ada luka yang parah di sana. Dengan sigap Alan memangku kepala korban kecelakaan yang ia kira adalah seorang laki-laki. "Maaf, aku izin membuka helm Kamu." Alan kemudian membuka helm yang Jasmine kenakan tanpa menunggu jawabannya terlebih dahulu. Srettt .... Helm full face yang Jasmine kenakan pun kini telah terbuka. Rambut panjang Jasmine yang tadi tersembunyi di balik helm kini ikut terurai indah menyempurnakan wajah cantiknya. Alan hampir reflek bangkit menghindarkan kepala Jasmine dari pangkuannya. Namun, tangan Jasmine berhasil menahan pergerakan reflek Alan. "Menikahlah denganku." Jasmine jatuh pingsan setelah mengucapkan dua kata sakral itu pada Alan. Darah segar dari kepala Jasmine terlihat mengalir di kening putih gadis itu.BERTEMU KEMBALI"Menikahlah denganku."Jasmine jatuh pingsan setelah mengucapkan dua kata sakral itu pada Alan. Darah segar dari kepala Jasmine terlihat mengalir di kening putih gadis itu."Hei, Kamu bangun!"Alan menggoncang berkali-kali tubuh wanita yang masih ada di pangkuannya itu. Namun, nihil wanita itu sama sekali tidak merespon.Tanpa berpikir untuk berteriak meminta pertolongan Alan lekas membopong tubuh Jasmine menuju mobil ambulans yang memang sudah tersedia di sana.Beruntung setiap balapan berlangsung memang selalu tersedia mobil ambulans lengkap dengan alat medis pertolongan pertama, sebagai wujud antisipasi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi seperti kali ini."Tolong, cepat!" seru Alan. Pria itu terlihat panik bukan main dengan tubuh Jasmine yang masih berada di gendongannya. Dengan langkah gontai pria itu berlari membawa gadis yang belum ia ketahui namanya itu mendekat pada dua petugas sirkuit yang membawa tandu darurat.Kini Jasmine terkulai tak berdaya dalam ambul
GADIS YANG DIRINDUKAN"Mimi ... jika itu sungguh kamu. Aku merasa sangat bahagia bisa bertemu denganmu kembali seperti ini."Alan terus meracau berbicara meski hanya didengar angin. Antara terharu karena dipertemukan kembali, juga sedih mengingat kisah cintanya pernah kandas tanpa penjelasan.Alan duduk di bangku samping hospital bed yang tersedia. Meraih tangan Jasmine, mengusap lembut punggung tangan gadis yang baru bertemu kembali dengannya itu.Padahal selama ini Alan selalu menjaga pandangan dari wanita manapun. Namun, dengan Jasmine, Alan seolah lupa segalanya saat ini. Pergerakan yang ia lakukan ibarat insting dengan naluri yang begitu saja terjadi.Entah bagaimana bisa? Alan yang terkenal angkuh dan dingin pada wanita manapun. Detik ini tengah menangis di samping gadis yang baru ditolongnya itu.Waktu terus berlalu. Kesunyian kamar rawat Jasmine seolah menjadi saksi bisu kebahagiaan Alan yang tidak bisa pria itu utarakan dengan kata-kata.Akhirnya merasa lebih tenang. Alan
MENJADI PUSAT PERHATIAN" Kamu siapa?" tanya Jasmine pada Alan.Saat melihat Alan, Jasmine sebenarnya mengingat sosok Alan yang menolongnya saat kecelakaan waktu itu. Jasmine juga mengingat ucapannya dirinya ketika reflek mengajak Alan menikah, sebelum pingsan.Dua kata sakral yang pernah Jasmine ungkapkan murni diucapkan sebab kemunculan Alan yang mirip dengan mantan kekasihnya dahulu. Bohong jika Jasmine bilang sudah hilang rasa, nyatanya baru melihat pria yang mirip dengan masa lalunya saja langsung mengajaknya menikah.Saat ini Jasmine terpaksa memilih berpura-pura lupa ingatan. Dirinya tidak mungkin bisa menahan malu, jika ketahuan kemarin dalam keadaan setengah sadar telah mengajaknya menikah.Jasmine sebenarnya tidak menyangka juga dipertemukan kembali dengan pria yang mirip mantan kekasihnya itu di sirkuit balapan motor sport. Jasmine mengira nama Alan yang di koar-koarkan penonton di arena balapan saat itu bukanlah Alan mantan kekasihnya.Alan mematung mendengar pertanyaa
TEMPAT FAFORIT" Pria mana lagi yang kamu kencani, Mimi? Berita kamu lagi-lagi menjadi trending topik di media sosial."Gina memberikan iPad di tangannya pada Jasmine. Membiarkan gadis itu melihat berita tentang dirinya." Aku nggak sengaja ketemu dia kemarin di sirkuit! Dan jelas pertemuan kita kemarin bukan kencan Gina. Kita sedang latihan balapan," terang Jasmine.Jasmine tidak menyangka pertemuan tidak sengaja dirinya dan Alan itu bisa tertangkap Paparazzi. Bagaimana entah dirinya nanti akan menjelaskan pada Alan tentang berita ini. Jasmine khawatir Alan akan tidak nyaman sebab berita itu. Segera Jasmine mencari ponsel miliknya untuk meminta maaf. Namun, sangat kebetulan sekali ketika ponsel itu ditemukan terdapat notifikasi panggilan masuk dari Alan." Aku baru mau telfon kamu," cicit Jasmine pada Alan di seberang sana."Kenapa ?" tanya Alan.Jasmine bukan langsung menjawab justru bertanya kembali pada Alan. " Kamu sendiri telepon ada apa?" " Ladies first!" titah Alan. Pria itu
" Di sini tempat ternyaman. Selain pemandangan hijau dedaunan, bunga-bunga yang indah juga bantu bikin mood langsung happy lagi setelah suntuk dengan pekerjaan."Lagi-lagi Alan hanya fokus pada setiap pergerakan Jasmine tanpa berkomentar. Alan bahkan reflek langsung memeluk gadis itu saat ini. Alan sangat merindukan Jasmine.Jasmine yang kaget tentu reflek ingin melepaskan diri dari pelukan Alan. " Sebentar saja," racau Alan.Jasmine tidak mengindahkan permintaan Alan, gadis itu terus berontak meminta dilepaskan." Mimi, sebentar saja! 30 detik izinkan aku memelukmu!"Jasmine yang mendengar Alan memanggilnya Mimi sontak kaget dan bingung, " apa dia tahu selama ini aku pura-pura lupa ingatan?" tanya Jasmine dalam hati.Meski begitu Jasmine tidak ingin tahu lebih lanjut. Gadis itu memilih melanjutkan aktingnya, dan menganggap barusan ia baru saja salah dengar." Aku kangen," racau Alan, lagi.Pria itu akhirnya mengurai pelukannya pada Jasmine." Aku nggak salah dengar? Kamu kangen ak
" Alan, aku mau ikut mereka pulang saja! Aku nggak mau sendirian."Jasmine terlihat kalut kali ini. Alan yang melihat keadaan gadis itu ikut merasa terpukul atas apa yang menimpamya."Kamu ada aku! Kamu tidak pernah sendiri."Alan membawa Jasmine kedalam pelukannya. Alan usap punggung rapuh gadis itu naik turun, berharap bisa memberikan sedikit ketenangan di sana.Sedang di hadapan Jasmine dan Alan terlihat dua pasang orang terakhir meninggalkan makam tanpa berpamitan. "Kita pulang juga, yuk!" Alan mencoba membujuk Jasmine pulang. Namun, gelengan saja yang pria itu dapat."Hari sudah mulai petang. Kita bisa berkunjung lagi besok," bujuk Alan, lagi. Pria itu tidak menyerah membujuk Jasmine. Sampai akhirnya Jasmine mau mengikuti bujukan Alan untuk turut pulang bersama.Alan mengantar Jasmine pulang ke apartemen setelah sebelumnya bertanya. Ya, saat itu Jasmine memang butuh waktu untuk menenangkan dirinya sendiri. Di tinggal pergi kembali oleh orang tua selamanya nyatanya membuat Jasmi
Kalimat sang wanita menggantung ketika mendengar langkah memasuki ruangan yang terbuka lebar pintunya itu."Siapa kamu sebenarnya? Mengapa terus bersama Jasmine sedari kemarin?"Sang wanita menatap penuh tanya pada Alan yang memasukan ke dua tangan ke saku celana ketika masuk ke sana. Pembawaannya yang tenang membuat Alan berkali-kali lebih tampan, sama sekali tidak merasa terintimidasi oleh suasana yang sedang tegang di sana.Alan bukannya menjawab justru menoleh kearah Jasmine. Jasmine sendiri yang melihat kakak iparnya mengalihkan pembicaraan pun semakin geram kemudian angkat bicara kembali." Kita sedang bicara! Kamu jangan coba mengalihkan pembicaraan, ya!" Protes Jasmine. Gadis itu tidak terima kakak iparnya justru fokus pada Alan.Meski bukan anak kandung dari bunda Fatma, Jasmine lah yang paling dekat keberadaannya sebagai seorang anak semasa hidup Fatma. Dua anak Fatma lainya terlalu sibuk dengan urusan mereka, bahkan sekedar hanya untuk meluangkan waktu menemani makan bersa
"Kita perlu selidiki ini?"Alan menyerahkan botol yang ia temukan itu pada Jasmine. "Ini biasa bunda konsumsi. Kemarin ketika sedang telepon aku, bunda juga bilang baru mau minum vitamin. Tapi setelahnya ...,"Jasmine tidak melanjutkan kalimatnya. Mata yang tadi fokus membaca tulisan di botol obat yang gadis itu bolak-balik, kini beradu tatap dengan Alan."Jangan- jangan!"Alan dan Jasmine berucap serempak. Nyatanya saat ini isi pikiran mereka sama. Segera Alan menghubungi temannya yang bekerja di bagian farmasi. Pria itu yakin temannya akan mengecek dan mendapatkan hasil analisanya lebih cepat dari pada di tempat umum yang harus mengantri terlebih dahulu.Setelah menghubungi teman Alan, dan menyatakan menyanggupi. Alan mengajak Jasmine pergi ke sana bersamanya.Tidak membutuhkan waktu lama bagi Alan sampai di lokasi yang kebetulan berjarak 30 menit saja dari perumahan elit tempat almarhum bunda Fatma tinggal."Apa yang harus gue bantu, bro?" Teman Alan menyapa ketika Alan dan Jasmin