Beranda / Romansa / Menikahi Mantan / Tawa Di Atas Duka

Share

Tawa Di Atas Duka

Penulis: CEAVEN
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-15 16:35:59

" Alan, aku mau ikut mereka pulang saja! Aku nggak mau sendirian."

Jasmine terlihat kalut kali ini. Alan yang melihat keadaan gadis itu ikut merasa terpukul atas apa yang menimpamya.

"Kamu ada aku! Kamu tidak pernah sendiri."

Alan membawa Jasmine kedalam pelukannya. Alan usap punggung rapuh gadis itu naik turun, berharap bisa memberikan sedikit ketenangan di sana.

Sedang di hadapan Jasmine dan Alan terlihat dua pasang orang terakhir meninggalkan makam tanpa berpamitan.

"Kita pulang juga, yuk!"

Alan mencoba membujuk Jasmine pulang. Namun, gelengan saja yang pria itu dapat.

"Hari sudah mulai petang. Kita bisa berkunjung lagi besok," bujuk Alan, lagi. Pria itu tidak menyerah membujuk Jasmine. Sampai akhirnya Jasmine mau mengikuti bujukan Alan untuk turut pulang bersama.

Alan mengantar Jasmine pulang ke apartemen setelah sebelumnya bertanya. Ya, saat itu Jasmine memang butuh waktu untuk menenangkan dirinya sendiri. Di tinggal pergi kembali oleh orang tua selamanya nyatanya membuat Jasmine berkali-kali lebih terpukul. Terlebih bunda Fatma pergi meninggalkannya usai melakukan panggilan dengannya.

Sampai di apartemen Alan memastikan Jasmine bisa istirahat dengan baik barulah berani meninggalkannya.

Alan sebelumnya memaksa Jasmine makan meski nihil hasilnya sama sekali tidak ada makanan yang masuk. Alan juga meminta Jasmine membersihkan diri terlebih dahulu agar lebih segar, tapi tidak sama sekali gadis itu lakukan.

Akhirnya, Alan memilih duduk terdiam melihat Jasmine yang terus mengurai air matanya, sampai mungkin merasa lelah terlalu lama menangis gadis itu ketiduran. Alan barulah memutuskan untuk pulang ketika melihat Jasmine sudah terlelap.

Keesokan harinya Alan pagi-pagi sekali sudah meluncur kembali ke apartemen Jasmine. Entah semalam sempat terlelap atau tidak? Yang Alan pikirkan sepanjang waktu itu hanyalah keadaan Jasmine.

Alan pulang pukul dua malam, dan ini pukul enam pagi Alan sudah berangkat kembali guna mengetahui keadaan Jasmine.

Alan tidak lupa memesan online terlebih dahulu menu sarapan mereka yang langsung di antar ke apartemen Jasmine.

Sesampainya di apartemen, Alan cukup terkejut melihat Jasmine yang ia kira masih terpuruk, atau belum bangun dari tidurnya. Nyatanya saat ini gadis itu sudah rapih dengan stelan celana bahan berwarna putih dilengkapi jas berwarna senada yang terlihat pas juga elegan di badan mungil gadis itu.

"Kamu harus bantu aku mengungkap kematian bunda!" Sambut Jasmine pada Alan yang baru tiba.

Jasmine tidak lupa mempersilahkan Alan duduk usai membukakan pintu apartemen yang belnya berdenting berulang kali, kala Alan sampai tadi. Gadis itupun ikut duduk di sofa yang sama dengan yang Alan duduki.

"Aku senang melihat kamu sudah kembali semangat," tutur Alan, jujur. Pria itu mengutarakan isi hatinya yang sebenarnya. Melihat Jasmine di titik terendah dalam hidupnya kemarin membuat Alan tidak tenang, bahkan sekedar hanya untuk meninggalkannya sebentar.

"Kamu sendiri yang bilang semalam kalau kita harus punya tujuan untuk tetap bisa bertahan hidup?"

Jasmine mengulang kata-kata penyemangat Alan semalam padanya.

Alan mengangguk mengiyakan pertanyaan Jasmine. "Lalu apa rencana Kamu sekarang?"

" Kita harus selidiki yang janggal! Kita pergi ke rumah bunda sekarang!" seru Jasmine pada Alan. Saking bersemangatnya gadis itu bahkan langsung bangkit dari posisi sebelumnya.

Namun, Alan menahan pergerakan gadis itu dengan menggenggam pergelangannya. "Aku udah lanjur pesen makanan buat kita. Kita sarapan dulu, ya!"

Jasmine yang sedang menggebu akan menyelidiki kasus kepergian sang bunda yang janggal itu sebenarnya tidak merasa lapar sama sekali. Namun, mendengar Alan sudah terlanjur memesan makanan untuk mereka. Jasmine tidak tega menolak, akhirnya gadis itu memilih duduk di posisinya semula.

Beruntungnya tepat waktu. Usai Alan mengecek ponsel miliknya untuk melihat pesanan online makanan untuk mereka sarapan. Makanan yang Alan pesan datang tiga menit kemudian. Mendengar bel apartemen berbunyi Alan berinisiatif untuk membukanya. "Itu pasti makanan kita."

Setelah menerima pesanan makanan mereka Alan gegas menyiapkan semua di atas meja. " Aku harap kamu masih suka ini!"

Alan memberikan sendok makan pada Jasmine. Tidak lupa bubur ayam kering tanpa kuah yang sudah siap Alan berikan pada Jasmine. " Aku sengaja pesan ini. Dari kemarin perut kamu pasti belum terisi."

Alan khawatir asam lambung Jasmine naik, sehingga tadi dirinya memesan makanan yang mudah di cerna.

"Makasih, tapi maaf aku nggak berselera makan."

Jasmine menatap nanar makanan yang amat ia suka dari dahulu sampai sekarang. Ternyata Alan masih mengingat salah satu menu sarapan favoritnya itu.

"Aku suap, ya? Inget ...! buat kamu bisa berhasil membongkar kejanggalan itu, kamu butuh energi untuk mewujudkannya."

Alan dengan telaten membujuk gadis itu supaya mau mengisi energinya terlebih dahulu sebelum meluncurkan aksinya.

"Ayo a ...!"

Satu suapan Alan ambil kemudian ia dekatkan ke erah mulut gadis itu. Jasmine terpaksa membuka mulutnya tidak ingin membuat Alan kecewa.

"Kamu makan juga!" Jasmine ingin Alan juga ikut sarapan bersamanya. Akhirnya mereka berdua memakan bubur satu porsi untuk berdua saja. Satu porsi lainya mereka akan berikan pada security apartemen yang berjaga.

Beberapa menit berlalu mereka sudah selesai sarapan. Mereka bahkan saat ini sudah berada di dalam mobil Alan yang melaju dengan kecepatan rata-rata menuju perumahan elit tempat rumah bunda Fatma berada.

Tiga puluh menit membelah jalanan kota yang padat namun, cukup lancar. Mobil yang Alan kemudikan telah terparkir di halaman rumah almarhum.

Jasmine keluar lebih dahulu dari mobil Alan. Berjalan elegan menuju pintu utama rumah bagaikan istana milik almarhum sang bunda berada

Alan tentu ikut bersama Jasmine tepat satu langkah di belakang gadis itu berjalan. Sampai di dalam rumah mewah, tempat yang menjadi tujuan utama Jasmine

adalah lokasi di mana sang bunda di temukan tewas mengenaskan.

Namun, belum sampai di taman rumah kaca Jasmine mendengar canda tawa kebahagiaan dari arah jalan yang sebaliknya.

Lekas Jasmine memutar langkah menuju sumber tawa yang ternyata berasal dari ruang kerja almarhum sang bunda. Dengan langkah cepat menahan amarah di dada Jasmine mengikis jarak.

Brak!

Jasmine mendorong pintu ruangan itu sekuat yang dia bisa. Alhasil suara keras pintu di buka kasar berhasil mengejutkan mereka yang tertawa terbahak di dalam ruang kerja Fatma. " Kalian menertawakan apa?"

Suara Jasmine terdengar penuh amarah di dalam sana. Alan sendiri tidak langsung masuk, pria itu memilih menunggu di luar ruangan terlebih dahulu.

Sepasang suami istri yang merupakan anak sulung almarhum menatap tajam pada Jasmine yang sudah mengganggu kebahagiaan mereka.

"Anak kesayangan Bunda! Kamu sudah pulang?"

Perempuan yang merupakan anak menantu di rumah itu menghampiri Jasmine, kemudian kembali berceloteh kala posisi mereka sudah sangat dekat sambil memainkan rambut Jasmine yang sengaja di gerai pagi itu. " Kami dari kemarin sudah menunggu kedatangan kamu ...,"

Kalimat sang wanita menggantung ketika mendengar langkah memasuki ruangan yang terbuka lebar pintunya itu.

Bab terkait

  • Menikahi Mantan   Menyelidiki Yang Janggal

    Kalimat sang wanita menggantung ketika mendengar langkah memasuki ruangan yang terbuka lebar pintunya itu."Siapa kamu sebenarnya? Mengapa terus bersama Jasmine sedari kemarin?"Sang wanita menatap penuh tanya pada Alan yang memasukan ke dua tangan ke saku celana ketika masuk ke sana. Pembawaannya yang tenang membuat Alan berkali-kali lebih tampan, sama sekali tidak merasa terintimidasi oleh suasana yang sedang tegang di sana.Alan bukannya menjawab justru menoleh kearah Jasmine. Jasmine sendiri yang melihat kakak iparnya mengalihkan pembicaraan pun semakin geram kemudian angkat bicara kembali." Kita sedang bicara! Kamu jangan coba mengalihkan pembicaraan, ya!" Protes Jasmine. Gadis itu tidak terima kakak iparnya justru fokus pada Alan.Meski bukan anak kandung dari bunda Fatma, Jasmine lah yang paling dekat keberadaannya sebagai seorang anak semasa hidup Fatma. Dua anak Fatma lainya terlalu sibuk dengan urusan mereka, bahkan sekedar hanya untuk meluangkan waktu menemani makan bersa

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-16
  • Menikahi Mantan   Memiliki Alasan Kuat

    "Kita perlu selidiki ini?"Alan menyerahkan botol yang ia temukan itu pada Jasmine. "Ini biasa bunda konsumsi. Kemarin ketika sedang telepon aku, bunda juga bilang baru mau minum vitamin. Tapi setelahnya ...,"Jasmine tidak melanjutkan kalimatnya. Mata yang tadi fokus membaca tulisan di botol obat yang gadis itu bolak-balik, kini beradu tatap dengan Alan."Jangan- jangan!"Alan dan Jasmine berucap serempak. Nyatanya saat ini isi pikiran mereka sama. Segera Alan menghubungi temannya yang bekerja di bagian farmasi. Pria itu yakin temannya akan mengecek dan mendapatkan hasil analisanya lebih cepat dari pada di tempat umum yang harus mengantri terlebih dahulu.Setelah menghubungi teman Alan, dan menyatakan menyanggupi. Alan mengajak Jasmine pergi ke sana bersamanya.Tidak membutuhkan waktu lama bagi Alan sampai di lokasi yang kebetulan berjarak 30 menit saja dari perumahan elit tempat almarhum bunda Fatma tinggal."Apa yang harus gue bantu, bro?" Teman Alan menyapa ketika Alan dan Jasmin

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-20
  • Menikahi Mantan   Mencari Kebohongan

    "Mama kamu yang membuat aku harus pergi dari hidup kamu."Jasmine mendorong tubuh Alan yang semakin dekat padanya tadi."Aish! Sial!"Alan mengumpat juga terlihat kesal, dari raut wajahnya terlihat jelas pria itu sedang marah saat ini."Dia bukan mama kandungku," terang Alan, pelan. Saking pelannya Jasmine sampai meminta Alan mengulanginya, " hah?""Iya, mami kandungku tinggal di Jepang. Baru satu tahun terakhir beliau kembali ke sini," jelas Alan, yang kemudian melanjutkannya kembali, "Papaku menikahi dia karena di jebak.""Kamu? Tidak sedang berbohong, kan?"Jasmine menanggapi penjelasan Alan dengan pertanyaan yang seakan meragukan semua ucapan pria itu."Astaga! Buat apa aku bohong? Apa terlihat di wajahku, aku seorang pembohong, Hem?"Alan tidak habis pikir dengan pertanyaan yang baru Jasmine lontarkan padanya."Selama ini aku benci kamu, sebab wanita itu juga yang sudah menyebabkan kematian kedua orang tuaku."Jasmine menatap lekat ke dua iris hazel milik Alan. Mencari kebohonga

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-21
  • Menikahi Mantan   Menemukan Bukti

    Hari ini Alan datang ke pusat farmasi tempat teman semasa kuliahnya bekerja. Sang teman dari Alan itu memberitakan telah mendapatkan hasil pengecekan isi dari botol obat yang Alan bawa dua hari yang lalu."Gue rasa ada orang yang sengaja mengganti isinya!"Alan melihat selembaran yang temannya berikan guna memastikan ucapkan sang kawan."Thanks, bro! Gue harus segera hubungi dia."Alan mencari benda pipih miliknya di dalam saku celana, mengetik di bagian pencarian kontak nama Jasmine di sana. Namun, pria itu tidak menemukannya."Bagaimana bisa gue belum punya nomor, dia ? Dasar, bodoh!"Alan mengumpat keteledoran dirinya sendiri. Bagaimana bisa dirinya yang sudah selama itu bertemu Jasmine kembali sampai tidak memiliki kontaknya.Akhirnya Alan memilih menghubungi Tio guna mencari kontak Jasmine untuk dirinya. Sedang pagi itu di apartemen Jasmine berada bersama Gina sekretaris pribadinya. Gina membahas perihal syarat isi surat wasiat almarhum bunda Fatma dengan Jasmine."Jadi kapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-22
  • Menikahi Mantan   Ide Alan

    Jasmine saat ini telah mengantongi satu bukti, jika kejanggalan yang selama ini dirinya rasakan, benar adanya pada kematian bunda Fatma.Jasmine tinggal mencari bukti lain guna mengungkap siapa sebenarnya dalang dibalik pembunuhan berencana sang bunda."Bagaimana jika kamu menikah saja? Orang yang menginginkan bunda Fatma meninggal akan menjadi yang paling tidak terima karenanya?"Alan berceloteh menawarkan sebuah solusi yang menurutnya paling mudah memancing sang pelaku muncul."Siapa yang mau ngajak aku nikah? Yang ada situasi seperti ini justru sengaja mereka memanfaatkan."Jasmine menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan yang bertumpu di meja cafe. Alan membawa Jasmine ke sebuah cafe yang telah terlebih dahulu ia reservasi agar hanya ada mereka berdua saja di sana."Aku ... Ayo kita nikah! Aku gak mungkin sampai manfaatin situasi kamu, Mimi. Kamu pasti tahu itu," ungkap Alan pada Jasmine. Pria itu tentu tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas untuk bisa bersama gadis yang s

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-23
  • Menikahi Mantan   Senyum Menyeringai

    "KAMU!"Seruan Jasmine membuat Alan yang tadi ikut mencari sumber asap rokok itu, berlari mencari keberadaan Jasmine."Siapa?" tanya Alan pada Jasmine, setengah berbisik saat sampai di samping Jasmine.Bukan menjawab Alan, Jasmine yang terlanjur kebakaran jenggot itu mengambil paksa puntung rokok yang ada di mulut pemuda yang duduk di bangku single taman rumah kaca itu."Siapa yang kasih ijin kamu ngerokok di sini, hah?"Jasmine menginjak-injak puntung rokok itu dengan heels yang di kenakannya."Apa-apaan sih, kamu! Datang-datang langsung marah-marah," jawab pemuda itu, santai. Dari raut wajahnya sama sekali tidak memperlihatkan ada rasa bersalah di sana. Jasmine tentu semakin kesal dibuatnya."Terus aku lihat kamu merokok di tempat ini harus diem aja, gitu! Tempat ini jadi bau asap rokok gegara kamu! Kenapa gak keruangan kusus merokok saja, hah!"Jasmine terlihat menggebu-gebu memaki pemuda yang merokok di tempat yang tidak seharusnya itu.Sang pemuda mendengkus, kemudian mengambil

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-24
  • Menikahi Mantan   Tidak Ingin Mengambil Resiko

    "Apa-apaan itu, Mas? Jasmine akan menikahi pengawal pribadinya? Apa semua itu hanya tak tik perawan tua itu agar bisa mengambil wasiat almarhum mama?" Anggun istri dari Aris itu sedari bertemu dengan Jasmine di meja makan tidak habis-habisnya mengoceh, mengeluarkan kembali kekesalannya pada Aris setiap wanita itu mengingat akan kehilangan harta warisan almarhum mama mertuanya."Tenang sayang! Kita tidak akan membiarkan dia memang!" Aris berusaha menenangkan sang istri. Walau pada kenyataannya laki-laki itu juga tidak kalah khawatir dengan sang istri."Lalu apa rencana, kamu, Mas? Jasmine tadi bahkan mengutarakan pernikahan mereka akan diadakan dalam waktu dekat!"Aris pun akhirnya menjelaskan kepada anggun mengenai rencana yang akan ia lakukan pada Jasmine."Kalau gagal gimana ?" tanya Anggun, pesimis. Terlebih rencana yang akan suaminya lakukan itu menyangkut nyawa seseorang."Sudah, kamu cukup percayakan saja semua padaku!" Aris kemudian berpamitan pada anggun. Laki-laki itu tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-25
  • Menikahi Mantan   Sebuah Berkas

    "Kenapa tiba-tiba ajak pergi makan cake?" tanya Jasmine pada Alan.Saat ini mereka berdua sudah berada di sebuah cafe yang menjual cheese cake yang enak."Aku sedang ingin makan makanan yang manis," jawab Alan. Pria itu tidak lupa menyuapkan kembali cheese cake pada mulutnya. "Kamu benar tidak mau coba?"Alan membujuk Jasmine untuk mencicipinya. Setelah berulang kali menolak akhirnya mau mencoba satu suap. "Hemm, enak banget." Jasmine mengomentari cheese cake yang baru masuk ke dalam mulutnya. Alan yang mendengar komentar itu tertawa renyah." Aku pesankan lagi buat kamu, ya!"Alan memanggil pelayan. Ketika itu juga Jasmine hendak menghentikannya. "Makanan manis itu tinggi kalori."Jasmine memang selektif memilah makanan. Gadis itu cenderung menghindari makanan yang terlalu manis."Lupakan sejenak itu kalori. Nanti kita bisa pergi olah raga bersama. Apa kamu masih tidak menyukai olah raga?"Seingat Alan, Jasmine memang paling malas pergi olah raga. Beruntung gadis itu tidak sembaran

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-26

Bab terbaru

  • Menikahi Mantan   BONUS ENDING

    "Mau coba cek dulu? Kita berhenti di apotik beli tes pack dulu, ya? Kamu kapan terakhir halangan?" Alan memberondong Jasmine dengan pertanyaan, setelah wanita itu lebih dahulu mematikan sambungan teleponnya dengan Gina.Jasmine memiliki pemikiran yang sama. Namun, keinginannya makan rujak kedondong lebih dominan. "Ck! Cari rujak dulu, Al! Lagian belum pasti juga, kan aku hamil," jawab Jasmine, santai. Fokusnya kembali pada benda pipih di tangannya, mengetik huruf di papan pencarian menanyakan tempat yang mungkin menjual rujak kedondong di sana.Cukup lama tidak ditemukan karena waktu memang sudah cukup malam. Ada kedai rujak cukup jauh lokasinya juga ternyata sudah tutup. Akhirnya Jasmine tidak kehabisan akal, mengetik huruf kembali mencari toko buah yang mungkin menjual buah kedondong. Wanita itu berniat membuat rujak sendiri nanti di rumah. Akhirnya, mobil Alan belokan ke sebuah super market besar yang ada di kota itu. "Harusnya di sini ada buah yang kamu, mau," tuturnya.Sebelum

  • Menikahi Mantan   ENDING

    "Saya mendapatkannya," ungkap Rio pada Alan, yang baru sempat melakukan panggilan setelah kesibukannya di Singapura."Di mana dia sekarang?" tanya Alan, to the point."Di rumah sakit. Keadaannya kritis," jawab Rio. "Istri anda belum saya beri tahu, sesuai permintaan anda," lanjutnya.Alan memang memperingatkan Rio untuk tidak menginfokan apapun pada istrinya, sebelum dirinya kembali ke tanah air."Saya usahakan pulang secepat mungkin," kata Alan. "Tetap jaga istri saya dari kejauhan."Alan memilih segera mematikan panggilan, usai mengingatkan Rio kembali. Waktunya tidak banyak di sana agar lekas bisa kembali ke tanah air secepat mungkin. "Istri kamu belum tahu berita di sosial media tentang seseorang tertembak di sekitaran apartemen tadi pagi adalah ulah detektif swasta yang kamu sewa." Gina mengirimkan notifikasi pesan pada Alan. Membuat laki-laki itu langsung melakukan panggilan telepon pada sekretaris pribadi Jasmine. "Iya, Alan," sapa Gina dari seberang telepon sana."Gue se

  • Menikahi Mantan   Tidak Menyangka

    Pukul sembilan malam Alan Alan benar-benar pergi ke Singapura lagi, mengikuti penerbangan terakhir hari itu."Aku harusnya ikut antar kamu ke bandara," ungkap Jamsine pada Alan. Wanita itu hanya Alan perbolehkan mengantar sampai basement apartemen saja."Jangan lagi buat aku gak jadi terbang," ujar Alan, mengomentari ungkapan istrinya. Sebenarnya sedari di rumah baru tadi Alan sudah hampir mengikhlaskan tender besar yang di Singapure. Pria itu tidak bisa pergi meninggalkan Jamsine dalam situasi genting seperti saat itu. Namun, pada kenyataannya wanitanya itu pandai meyakinkan Alan untuk tetap berangkat, tentu setelah mengiyakan permintaan Alan pindah ke rumah baru mereka besok pagi."Asisten rumah tangga sesuai spesifikasi kamu datang besok pagi," ucap Alan, sambil menghujani wajah Jasmine dengan banyak kecupan di sana.Jasmine mengangguk, "makasih, ya! Kalo sudah sampai segera kabari aku."Jasmine tahu Alan sedang berat meninggalkannya, sehingga wanita itu memilih tidak banyak menan

  • Menikahi Mantan   Kursi Tantra

    "Mau kasih lihat apa?" rengek Jasmine. Menarik-narik tangan Alan, meminta pria itu lekas memberitahunya. "Sebentar lagi, kamu tahu," ujar Alan. Membawa wanitanya ke sebuah kamar yang sudah ia dekorasi sedemikian rupa."Tutup mata! Dalam hitungan ke tiga baru kamu buka!" titah Alan pada Jasmine.Jasmine mengangguk patuh, mulai memejamkan mata.Ceklek!Handle pintu Alan tarik ke bawah, pintu kamar pun terbuka. Semerbak aroma kelopak bunga mawar seketika memenuhi indera penciuman Jasmine ketika baru memasuki ruangan itu."Satu ... dua ... tiga!"Jasmine membuka mata perlahan, tepat setelah Alan selesai menyebutkan angka tiga. Betapa bahagia hati wanita itu, dalam kesibukan Alan masih sempat menyiapkan ini semua untuknya.Jasmine merasa benar-benar beruntung dipertemukan kembali dengan mantan kekasih yang sekarang justru menikah dengannya. "Kamu udah nentuin kamar utama, kenapa tadi masih nanya?" beber Jasmine. "Sengaja mau ngetes?" imbuhnya.Alan hanya mengangkat bahu sebagai jawaban.

  • Menikahi Mantan   Datang Ke Rumah Baru

    "Ini apa?" tanya Jasmine. Alan yang mendengar pertanyaan itu langsung membungkukkan badan, melihat dengan seksama apa yang wanitanya pertanyakan."Paper bag lagi? Bunga itu," ucap Alan, pelan. Pergerakannya secepat mungkin ke arah luar mobil. Menyelisik ke sekeliling, mencari keberadaan orang yang mengirim itu. "Mungkin belum jauh?""Tadi dikunci, kan mobilnya sebelum masuk cafe?" tutur Jasmine, ingin memastikan."Tio yang bawa mobil. Tapi aku yakin dia udah kunci," jawab Alan, yang mengetahui sahabatnya itu bukanlah tipikal pribadi yang teledor.Alan masih mengedarkan matanya ketika menjawab pertanyaan Jasmine. Sayangnya Alan tidak bisa menemukan siapapun di sana. Tidak terlihat ada orang mencurigakan di area parkir dan sekitarnya. "Apa ini diletakan sedari tadi?" Tidak ingin menduga-duga seorang diri, Alan memilih mengambil benda pipih nya dari saku celana. Mencari nama Tio di sana."Iya, bro," sapa Tio, setelah mengucapkan salam terlebih dahulu seperti biasa. "Ke parkiran sekar

  • Menikahi Mantan   Ini Apa?

    Tap ...Tap ...Tap ...Langkah kaki Alan, menggema kala memasuki cafe yang sudah mulai sepi pengunjung di jam makan siang yang sudah jauh terlewat itu.Jasmine tersenyum lebar mendapati Alan datang menyusulnya. Kemudian berdiri guna menyambut laki-lakinya itu. "Padahal gak bilang mau datang!"Bibir ranum Jasmine mengerucut, sebagai respon dari kedatangan Alan yang tanpa memberi tahunya terlebih dahulu. Cup!Alan mencuri satu kecupan singkat di sana. "Jangan pancing aku sekarang," bisik Alan, tepat di samping telinga Jasmine.Ehem!Tio yang berdiri lima langkah di belakang Alan, berdehem guna mengingatkan. Bahwa di antara mereka berdua masih ada orang lain di sana."Dia kekeh mau nyamperin, Lo. Padahal kita tadi lagi banyak banget kerjaan," ucap Tio asal kemudian duduk di bangku kosong samping Gina.Gina yang mendapati Tio hadir, bahkan memilih duduk di sampingnya itu di buat gelagapan sendiri. Mau bagaimanapun mereka sudah cukup lama tidak bertemu. Tentulah membuat pertemuan itu ter

  • Menikahi Mantan   Keesokan Harinya

    "Data pemilik sidik jari sudah keluar," ungkap Rio pada Alan juga Tio yang baru tiba di markasnya. "Dari data yang ada, sidik jari ini menunjukan milik tuan Aris. Namun, saat ini keberadaannya tidak diketahui," sambungnya."Apa dia sudah tidak ada di kota ini?" tanya Tio, lebih dahulu berkomentar."Atau mungkin juga ganti identitas."Alan akhirnya ikut berkomentar, sambil memutar berkali-kali pena yang ada di jarinya. Posisi pria itu saat ini tengah duduk di bangku, terlihat santai. Namun, pikirannya berkelana memikirkan berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi. Tatapan mata Alan hanya lurus ke depan, gaya Alan seperti itu justru menambah kesan tampan pada dirinya. Berkali-kali lipat lebih mempesona."Bisa jadi itu, jika ganti identitas. Identitas baru pasti terdaftar, dan terlacak sistem." Tio menimpali. "Apalagi sekarang berbagai fasilitas publik membutuhkan scan sidik jari bahkan wajah," ujarnya."Tidak ada laporan kematian atas nama tuan Aris. Kemungkinan besar dia masih hidup.

  • Menikahi Mantan   Data Tidak Valid

    "Halo, tuan, " sapa Rio, di seberang telepon sana."Di mana?" tanya Alan, tidak berniat ber basa-basi."Saya di rumah sakit, sedang temani ayah sarapan, " jawab Rio."Ke markas sekarang! Ada yang harus anda kerjakan!" titah Alan pada Rio."Baik, tuan. Saya ke sana sekarang."Usai mengucapkan itu, Rio langsung berpamitan pada sang ayah. Mengatakan bahwa dirinya ada panggilan kerja.Sang ayah tentu langsung mengiyakan kali itu. Sangat kebetulan, tidak seperti biasanya yang akan drama terlebih dahulu seperti anak kecil yang akan di tinggal orang tuanya bekerja.Sedang Alan juga sama. Pria itu mengecup kening istrinya singkat, lalu ke luar dari ruangan itu, tentu dengan paper bag hitam di tangannya.Sepeninggalan Alan, Gina yang sudah menahan rasa penasaran sedari tadi itu mulai mencecar Jasmine dengan berbagai pertanyaan. "Apa yang sudah Alan lakuin ke kamu? Kenapa sampai kamu harus pakai kursi roda? Apa Alan sekejam itu?"Cep! Gina berhenti bertanya.Jasmine yang tidak ingin mendengar

  • Menikahi Mantan   Kursi Roda

    Di kamar mandi Alan benar-benar hanya membantu Jasmine membersihkan diri. Meski bersusah payah menahan diri, nyatanya pria itu berhasil menepati janjinya. "Tahan sebentar, ya! Mungkin akan sedikit pedih," ucap Alan, sebelum membubuhkan salep pada area sensitive wanitanya itu.Jasmine reflek mencekal tangan kekar Alan yang akan mengoleskan salep itu. "Aku, bisa sendiri!" CK!Alan berdecak kesal mendapati Jasmine masih saja malu terhadapnya. "Aku udah lihat semua punya kamu. Kalo lupa!"Setelah mengucapkan itu, Alan segera melancarkan aksinya mengolesi salep di area sensitive Jasmine.Dapat dilihat wanita itu meringis menahan pedih meski hanya sesaat."Sudah!" seru Alan. Pria itu kemudian menutup salep, lalu meletakkannya kembali di kotak p3k."Bisa jalan?"Alan sengaja menanyakan itu, karena tadi saat hendak pergi ke kamar mandi, Alan yang membopongnya ke dalam toilet."Aku coba jalan pelan, ya!"Jasmine berdiri perlahan, mulai melangkah meski setengah di seret. Wanita itu benar-benar

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status