Keesokan harinya Jasmine meminta Gina mengatur pertemuan antara dirinya dan Gery. Gery adalah anak pengusaha ternama yang terakhir kali bunda Fatma kenalkan pada Jasmine sebelum meninggal dunia.Tentu sebelum Jasmine pergi balapan, kecelakaan dan bertemu Alan. Jasmine sempat bertemu berdua saja di sebuah restaurant ternama yang sengaja di pesan Gery hanya untuk pertemuan mereka berdua kala itu. Gery terbilang tampan juga mapan, semua itu tentu masuk kriteria Jasmine sebagai pasangan hidup. Namun, anehnya Jasmine tidak merasakan kenyamanan seperti halnya saat ia bersama Alan.Bertemu terakhir saat sang bunda meninggal, Gery ikut datang menyampaikan bela sungkawa. Sebatas itu, pria itu bahkan tidak mendekat apalagi mencoba menghibur Jasmine kala kembali tengah berada di titik terendah dalam hidupnya. Kini tiba-tiba datang tiada angin maupun hujan membawa surat perjanjian pranikah tanpa konfirmasi terlebih dahulu dengan Jasmine.Apa dia pikir pernikahan itu juga bisnis?Apa dia melakuk
"Hasil penyelidikan sidik jari sudah keluar. Perlukah kita bertemu?"tanya Alan pada panggilan telepon dengan Jasmine. Tiga puluh menit yang lalu badan penyelidik menginformasikan bahwa hasil sidik jari dari botol obat yang waktu itu ditemukan di rumah kaca telah diketahui identitasnya. Namun, Alan ragu ketika tadi akan menghubungi Jasmine. Pria itu khawatir jika mengetahui sekarang akan mengubah suasana hati Jasmine yang lusa akan menikah dengannya.Setelah menimbang hal yang mungkin terjadi. Alan memutuskan untuk memberi tahu Jasmine. "Namun, apa tidak masalah? Kita akan menikah tetapi masih sering bertemu?" Alan memang membatasi pertemuan mereka menjelang tiga hari sebelum hari-H. Mengantar jemput Jasmine yang biasa Alan lakukan, sementara Alan alihkan pada enam bodyguard yang pandai bela diri, agar bisa menjaganya. Namun, pada kenyataanya disela waktu luang Alan sering mencuri waktu diam-diam mengintai keberadaan Jasmine. Semua itu nyatanya Alan lakukan guna menuntaskan peras
"Jasmine!""Tidak! Tidak!""Tidak boleh terjadi! Jasmine pasti baik-baik saja!"Tidak terdengar ledakan lagi dari lokasi kebakaran, Alan hendak meluncur ke dalam mini market yang terbakar itu mencari keberadaan Jasmine. Beberapa orang yang ada di sekitar tempat kejadian yang melihat Alan tentu berupaya mencegahnya."Tidak Tuan! Anda tidak boleh ke sana! Itu berbahaya!"seru salah seorang yang membantu memegangi Alan, agar tidak nekad."Lepasin! Lepasin saya! Calon istri saya di dalam sana!"Alan terus berontak tidak perduli dengan semua ucapan orang-orang yang menghadangnya, hingga akhirnya pria itu berhasil melepaskan diri. Pria itu terjun bebas ke dalam mini market yang terbakar.Si jago merah terlihat semangat menari-nari dengan lincahnya, Alan bahkan tidak lagi memperdulikan keselamatannya. Yang ada dalam benak Alan saat itu adalah hanya menyelamatkan Jasmine. Pria itu tidak akan rela kehilangan Jasmine untuk yang kedua kalinya."Jasmine!""Mimi!""Kamu di mana?""Jika masih sada
"Mas, kamu keterlaluan! Setelah dia turutin semua kemauan kamu. Sekarang sama sekali kamu tidak mau menemuinya di kantor polisi! Ayah macam apa, Kamu!"Anggun menggebu-gebu sebab geram akan sikap suaminya yang seolah tak acuh pada putra semata wayangnya."Jika dia bisa lebih cantik melakukannya. Dia tidak akan tertangkap!" Aris menanggapi kepanikan istrinya dengan tenang. Meskipun sama di dalam lubuk hatinya yang terdalam menyimpan kepanikan yang tidak bisa laki-laki paruh baya itu perlihatkan dihadapan sang istri."Mau ke mana sekarang kamu, Mas?"Melihat Aris melangkah mendekati pintu, anggun kembali kesal sebab pria itu meninggalkan dirinya ketika sedang membahas perihal sepenting itu."Diam di rumah! Jangan ikut menyebalkan seperti putramu!"Seringai Aris terlihat menyeramkan bagi anggun. Untuk pertama kalinya suaminya itu bersikap kasar seperti itu padanya. Aris melanjutkan langkah meninggalkan ruang kerja, menuju tempat di mana ada seseorang yang telah menantikan kehadiranny
Pernikahan Jasmine dan Alan yang diam-diam nyatanya juga tertangkap paparazi.Dalam sekejap pernikahan mereka menjadi trending topik di media masa. Alan dan Jasmine tentu belum mengetahui itu sebab masih fokus pada acara pemotretan."Gina! Lihat ini." Tio memberikan iPad yang ada pada tanganya pada Gina."Ini foto pernikahan Mimi dengan Tuan Alan?"Gina terkesiap melihat gambar Jasmine bersama Alan di salah satu media sosial ternama. "Mereka tertangkap paparazi?" Tio mengangguk membenarkan pernyataan Gina. Sedang Gina mengedarkan pandangan pada setiap pengunjung yang datang di sana. Gina bahkan tidak menemukan seorangpun yang mencurigakan."Aku harus kasih tahu Mimi segera!"Gina beranjak hendak melangkah mendekati Jasmine. Namun, pergelangan tangannya berhasil Tio raih. "Sebentar Lagi sesi pemotretan selesai. Kita kasih waktu mereka bersama sebentar, ya! Lihat itu mereka begitu serasi, bukan?"Tio menunjuk pasangan Almin dengan dagu. Gina pun akhirnya ikut mengarahkan pandangan pad
DUA KATA SAKRAL"Jasmine tolong berhenti balapan, Sayang!"Kata-kata larangan sang bunda untuk Jasmine kembali terngiang. Namun, gadis itu tetap pergi setelah mengiyakan permintaan sang bunda membawa dua orang bodyguard bersamanya.Di pertandingan balapan kali ini, tidak ada yang tahu selain penyelenggara jika salah satu peserta mereka adalah seorang wanita. Jasmine memang sengaja menutupi identitasnya. Semua mudah dengan uang, semua yang Jasmine butuhkan terpenuhi. Seruan penonton di arena balap motor sport begitu bergemuruh, memberi semangat pada jagoan mereka masing-masing.Jasmine yang sudah lama tidak balapan hari itu tidak kalah bersemangat kala terjun dalam sirkuit balapan.Jasmine yang kembali di minta sang bunda untuk menikah, memilih menyalurkan rasa kesalnya pada hobi balapnya. Mau secara langsung menolak permintaan sang bunda, gadis itu nyatanya tidak sanggup mengutarakan. Sebab sampai detik ini pun dirinya belum juga memiliki sosok untuk ia jadikan sandaran hati
BERTEMU KEMBALI"Menikahlah denganku."Jasmine jatuh pingsan setelah mengucapkan dua kata sakral itu pada Alan. Darah segar dari kepala Jasmine terlihat mengalir di kening putih gadis itu."Hei, Kamu bangun!"Alan menggoncang berkali-kali tubuh wanita yang masih ada di pangkuannya itu. Namun, nihil wanita itu sama sekali tidak merespon.Tanpa berpikir untuk berteriak meminta pertolongan Alan lekas membopong tubuh Jasmine menuju mobil ambulans yang memang sudah tersedia di sana.Beruntung setiap balapan berlangsung memang selalu tersedia mobil ambulans lengkap dengan alat medis pertolongan pertama, sebagai wujud antisipasi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi seperti kali ini."Tolong, cepat!" seru Alan. Pria itu terlihat panik bukan main dengan tubuh Jasmine yang masih berada di gendongannya. Dengan langkah gontai pria itu berlari membawa gadis yang belum ia ketahui namanya itu mendekat pada dua petugas sirkuit yang membawa tandu darurat.Kini Jasmine terkulai tak berdaya dalam ambul
GADIS YANG DIRINDUKAN"Mimi ... jika itu sungguh kamu. Aku merasa sangat bahagia bisa bertemu denganmu kembali seperti ini."Alan terus meracau berbicara meski hanya didengar angin. Antara terharu karena dipertemukan kembali, juga sedih mengingat kisah cintanya pernah kandas tanpa penjelasan.Alan duduk di bangku samping hospital bed yang tersedia. Meraih tangan Jasmine, mengusap lembut punggung tangan gadis yang baru bertemu kembali dengannya itu.Padahal selama ini Alan selalu menjaga pandangan dari wanita manapun. Namun, dengan Jasmine, Alan seolah lupa segalanya saat ini. Pergerakan yang ia lakukan ibarat insting dengan naluri yang begitu saja terjadi.Entah bagaimana bisa? Alan yang terkenal angkuh dan dingin pada wanita manapun. Detik ini tengah menangis di samping gadis yang baru ditolongnya itu.Waktu terus berlalu. Kesunyian kamar rawat Jasmine seolah menjadi saksi bisu kebahagiaan Alan yang tidak bisa pria itu utarakan dengan kata-kata.Akhirnya merasa lebih tenang. Alan