Share

104. Seperti Muntahan Lahar

“Mar, ayo balik ke rumah sakit sekarang.”

Maryam yang masih mengobrol dengan Ivan segera mengangguk-angguk dan menelepon sopir mereka agar menjemput.

“Pak Sur masih beli bensin, Mbak. Karena macet dan mengantre lama di pom bensin, katanya paling cepat sampai sini kira-kira 30 menit lagi.”

Mei menggeleng. “Ah. Kelamaan. Kita naik taksi saja,” katanya dengan nada tak sabar.

“Baik, Mbak.” Maryam bersiap memesan taksi online.

“Kak Mei, biar saya antar saja, kebetulan saya bawa mobil. Kalau pesan taksi bisa saja lama datangnya, kalau Kakak memang buru-buru, hayuk saya antar saja?” Aden yang sedang hadir melayat tiba-tiba mengajukan diri.

“Kamu nggak repot?”

“Nggak, makanya saya menawari Kakak.”

Akhirnya Mei menerima tawaran Aden.

“Bagaimana kabar Mas Juna, Kak? Saya doakan lekas membaik ya, Kak. Saya ikut prihatin. Saya yakin Mas Juna orang baik, nggak seperti yang diberitakan,” ujar Aden sambil menyetir.

Mei tersenyum tipis. Dia tidak fokus pada pembicaraan ini karena pikirannya
Indy Shinta

Terima kasih atas dukungan dan VOTE untuk novel ini :)

| 1
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Lesti Dwi Aryani
wkkwkwk ... authornya ngasih supres .. terimakasih thor 1 bab susulannya ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status