Sabil berbaring di ranjangnya dan menatap langit-langit kamarnya, ia terus terbayang wajah Gavin. Entah mengapa wajah itu terus menganggunya.
"Orang udah lost contact lebih dari sepuluh tahun pakai ditanya masih ada rasa ngga? Aneh banget Gavin," ujar Sabil berbicara sendiri.Lagi-lagi Sabil terdiam menatap ke atas, ia benar-benar dibuat tidak tenang karena Gavin. Ia bingung harus menerima tawaran Gavin atau tidak, karena baginya pernikahan bukan untuk dipermainkan.Namun di satu sisi, hanya Gavin yang bisa membantunya saat ini. Jika ia tidak menerima tawaran Gavin maka ia tidak tahu harus bagaimana melanjutkan karirnya."Seorang cowok dijodohin sama cewek secantik Mikhaila Permadi ngga mau, ada yang ngga beres sama Gavin."Saat ribut dengan pikirannya sendiri, Sabil dikejutkan dengan dering ponselnya yang sangat nyaring. Masih dengan berbaring, Sabil mengambil ponselnya."Amy? Mau ngajak ribut malam-malam nih orang." Sabil menerima panggilan itu walaupun sangat malas dengan Amy."Halo," ujarnya setelah menerima panggilan."Heh lo beneran pacaransama Gavin?" tanya Amy tak santai."Iya lah udah jelas kan tadi," jawab Sabil tak kalah nge-gas."Sejak kapan?" tanya Amy yang mulai merendahkan suaranya."Kenapa sih kepo banget." Sabil tertawa sendiri karena ia yakin pasti Amy sedang kesal disana."Gue tahu akhir-akhir ini lo dekat sama Randy, mana mungkin tiba-tiba pacaran sama Gavin? Lo sengaja mau rebut cowok yang disuka adik gue ya?"Sabil tertawa terbahak-bahak, sengaja untuk membuat Amy semakin kesal padanya."My lo aneh banget deh, ngarang lo. Mana gue tahu kalau adik lo mau dijodohin sama pacar gue," ucap Sabil setelah berhenti tertawa."Gue heran aja kok bisa kebetulan gini, gue yakin lo sengaja dekatin Gavin buat gagalin rencana baik keluarga gue kan?" ujar Amy yang lagi-lagi ditertawakan oleh Sabil."Setiap ketemu Mikha, Gavin bersikap wajar ngga kelihatan dia ngga suka sama Mikha. Dia juga ngga pernah bilang punya pacar, dia bersedia nemuin Mikha itu artinya dia lagi ngga dekat sama siapapun. Lo jujur aja, baru beberapa hari kan lo kenal sama Gavin?" tuduh Amy lagi semakin tidak masuk akal."Astaga My, makin ngelantur aja lo. Kalau gue baru dekat beberapa hari sama Gavin, ngga mungkin juga dia langsung suka sama gue dan bilang ke keluarganya mau nikahin gue. Gini deh gue kasih tahu, gue sama Gavin udah kenal dari kita SMA. Puas lo?"Amy diam beberapa detik mencoba mencerna ucapan Sabil."Lo mepet Gavin karena dendam sama keluarga gue ya?" tanya Amy tak berhenti menuduh."Astagfirullah My, udah lah capek gue ngladenin lo. Bye." Sabil mengakhiri panggilan lalu meletakkan ponselnya dikasur dengan kasar."Gue nikah sama Gavin beneran bisa menggila kali ya tu keluarga," ucap Sabil pada dirinya sendiri..."Vinn," panggil Fendy yang kedatangannya tak Gavin sadari."Eh pa," balas Gavin singkat."Kamu serius sama perempuan yang kemarin?" tanya Fendy to the point.Saat ini Gavin sedang memandikan kucingnya di halaman depan, namun dengan cepat ia selesaikan setelah kedatangan papanya."Kenapa? Papa juga ngga setuju?" tanya Gavin yang kini menyusul Fendy duduk di tangga depan rumahnya."Bukan ngga setuju, tapi menurut papa lebih baik kamu ikutin pilihan oma. Oma kalau udah ngga suka itu susah dibujuk. Papa malah kasihan nanti sama istri kamu, pasti ngga akan tenang kalau oma udah ngga merestui gini.""Kaya mama dulu ya pa?" tanya Gavin menyindir Fendy."Yaa kalau dipikir-pikir, ceritanya saat ini sama persis dengan kisah papa mama dulu. Waktu itu papa juga nekat nikahin mama kamu walaupun oma ngga merestui, tapi akhirnya juga ngga baik kamu bisa lihat sendiri. Malah akhirnya papa nikah sama perempuan yang dulunya mau dijodohkan sama papa dan bertahan sampai sekarang.""Papa sadar ngga sih rusaknya rumah tangga papa sama mama itu karena papa ngga tegas, papa selalu diam setiap mama disudutkan oma. Papa bahkan selalu percaya tuduhan oma yang belum tentu kebenarannya, aku cuma mau bilang aku ngga akan jadi laki-laki kaya papa yang ngga bisa jagain istrinya sendiri." Gavin menggendong kucingnya dan membawanya masuk meninggalkan Fendy yang masih terdiam karena ucapannya.Setelah meletakkan Jeno, kucing kesayangannya di taman belakang Gavin kembali ke kamarnya untuk bersiap-siap ke kantor.Baru saja masuk ke kamar, Gavin sudah disambut dengan suara nyaring yang berasal dari ponselnya. Ia buru-buru mengambil ponselnya yang tergeletak di kasur."Pagiii ma," sapa Gavin setelah menerima panggilan dari mamanya."Pagi gantengnya mama, sumringah banget yang habis kencan," goda Rania yang membuat Gavin kebingungan."Habis kencan?"Gavin bertanya-tanya siapa yang Rania maksud."Pacar kamu artis ya? Kenapa ngga pernah cerita ke mama?" ucap Rania semakin membuat Gavin kebingungan."Artis siapa deh ma?" tanya Gavin memastikan."Udah ramai di sosial media, mama juga dikirimin teman-teman mama soal berita kamu pacaran sama Mikhaila Permadi. Mama agak kesal ya karena tahu berita sepenting ini dari orang lain, bukan dari kamu langsung." Rania berbicara dengan nada yang terdengar sedang sangat bahagia."Ma seriusan udah ramai di sosmed?" tanya Gavin mulai panik."Iya, kalian serasi banget mama lihat-lihat.""Ma sebenarnya itu ngga benar," ucap Gavin pelan takut mengecewakan mamanya."Hah? Ngga benar gimana?" tanya Rania."Nanti ya ma aku ceritain, udah siang aku mau siap-siap ke kantor.""Oke deh nanti telepon mama ya kalau dah sempat."Gavin tak menjawab kalimat terakhir dari Rania, ia buru-buru memutus panggilan dan saat itu juga ia menyadari bahwa banyak pesan masuk untuknya. Banyak pesan yang mengirim capture berita kencannya dengan Mikhaila."Apaan sih ini?" gumam Gavin sangat frustasi..."Gimana Bil soal sponsornya? Udah selesai urusan-urusannya?" tanya seorang pria paruh baya yang merupakan pelatihnya di klub."Belum selesai mas, saya belum tanda tangan kontrak. Kemarin baru Nadhira," jawab Sabil sambil garuk-garuk kepala."Loh kok ngga sekalian?" tanya pelatihnya heran."Iya kemarin saya ada urusan lain," jawab Sabil berbohong."Buruan di selesaiin, biar bisa latihan dengan tenang." Wahyu berjalan pergi meninggalkan Sabil."Siap mas." Sabil mengacak-acak rambutnya saat ingat perjanjian yang ditawarkan oleh Gavin kemarin.Sabil menarik nafas berkali-kali untuk menenangkan diri, setelah merasa tenang ia berdiri dan menyusul teman-temannya yang sedang melakukan pemanasan dengan jogging dari ujung ke ujung lapangan.Setelah melakukan pemanasan, semua atlet bersiap di lapangan masing-masing untuk latihan utama. Sabil bertekad bahwa ia akan kembali ke puncak performanya, dan selama latihan tekad Sabil benar-benar terlihat, sergapan di depan net, adu drive, defense, placing, bahkan smash pun dapat ia lakukan dengan baik. Hal ini tentu berbeda dengan penampilannya beberapa bulan terakhir yang seperti kurang percaya diri hingga skill hebatnya sama sekali tidak keluar."Gila atlet level dunia mah beda ya semangatnya," celetuk Rafa memuji Sabil dan Nadhira saat menyelesaikan latihan."Lo punya potensi tahu Fa, placing lo ajaib banget deh," balas Sabil balik memberi pujian."Aduh malu banget dipuji sama WR 1," ucap Rafa malu-malu membuat semua yang sedang berkumpul kompak tertawa."Bil Bil, berita apaan ini." Nadhira menyodorkan ponselnya kepada Sabil.Sabil memiliki firasat buruk saat mulai membaca sebuah artikel yang berjudul 'Alasan Utama Sabila Ayu Nathania di depak dari Pelatnas' lalu ia menemukan bagian yang sangat membuatnya marah, yaitu pada bagian Teo, pelatihnya mengatakan "alasan utama Sabila di degra adalah karena dia sudah tidak menghargai pelatihnya lagi, terutama dengan Satya selaku asisten pelatih ganda putri. Attitudenya sudah sangat buruk, di beberapa turnamen terakhir kemarin bisa dilihat saya tidak mau mendampingi dia karena saya sudah tidak bisa menoleransi sifatnya, namun masih bagus Coach Satya bersedia mendampingi namun Sabil malah sama sekali tidak mendengarkan arahan-arahan yang diberikan dan sering membuat keributan dengan saya maupun dengan Satya."Belum selesai membaca artikel, Sabil membanting botol minumnya dan bergegas meninggalkan arena latihan."Bil mau kemana?" teriak Nadhira.Sabil tak menjawab dan melanjutkan larinya, hingga di depan pintu ia berpapasan dengan pelatihnya ia berhenti sebentar dan mengatakan, "Mas saya izin keluar sebentar ya,"Wahyu yang juga sudah melihat artikel mengenai Sabil pun memasang wajah khawatir."Bil kamu mau kemana? Jangan memperburuk keadaan," ucap Wahyu mencoba menenangkan Sabil."Mas Wahyu tenang aja, aku ngga akan cari masalah kok." Sabil melanjutkan langkahnya meninggalkan Wahyu.Sabil tak sanggup membendung air matanya lagi saat sampai di mobilnya, ia benar-benar sakit hati dengan pernyataan pelatihnya. Hal itu jelas akan merusak nama baiknya."Mau bertindak sejauh apa lo My?" Sabil memancarkan kemarahan di matanya.Saat ini Sabil terburu-buru bukan untuk menemui Amy, namun ia akan menemui Gavin. Ia tidak akan membiarkan keluarga Amy mendapat keinginannya, ia akan mengambil keputusan penting.Sabil melajukan mobilnya dengan sangat kencang, di tengah perjalanan Sabil mencari-cari ponselnya namun tak kunjung menemukannya. Padahal ia akan menghubungi Gavin, untuk bertanya apakah dia punya waktu luang.Sekitar lima belas menit akhirnya Sabil sampai di XIGO, kantor Gavin. Saat menuju basement, Sabil melihat banyak wartawan terlantar di depan perusahaan. Ia tahu, ini pasti karena berita dating Gavin dengan seorang selebriti. Sabil pun tersenyum sinis saat memikirkannya.Setelah selesai memarkir mobil, Sabil segera masuk, namun ia tiba-tiba berhenti saat menyadari penampilannya yang masih memakai kaos dan celana pendek. Hal itu membuatnya ragu harus melanjutkan atau tidak."Bodo amat deh, pakai kaya gini juga masih kelihatan cantik kok gue," ucap Sabil sangat percaya diri.Kini sampailah Sabil di pintu masuk karyawan yang dijaga oleh tim keamanan."Selamat pagi mbak, maaf sebelumnya tapi saat ini yang boleh masuk ke kantor hanya karyawan saja," ucap salah satu pria muda megusir S
"Dari mana Vin?" tanya Sarah sudah duduk di sofa ruang tamu di rumah Gavin."Oma ngagetin aja." Gavin mengelus dadanya."Dari mana?" tanya Sarah lagi."Dari rumah Sabil," jawab Gavin santai, tak berusaha menyembunyikan."Kamu mau nekat nikahin dia? Ngga mau dengarin Oma?" tanya sarah mengintimidasi."Oma, Sabil perempuan baik kok. Kalau Oma udah kenal, aku yakin oma pasti suka." Gavin mengambil tempat di samping Sarah."Oma tahu dia baik, tapi baik aja ngga cukup untuk masuk ke keluarga ini. Dia harus punya keluarga yang--" ucap Sarah dipotong oleh Gavin."Keluarga terpandang maksud oma? Buat apa sih oma? Keluarga kita udah cukup baik, ngga perlu dukungan keluarga lain, sebenarnya oma mau cari apa sih?" "Vin, keluarga konglomerat baiknya menikah dengan sesama konglomerat. Agar ngga ada yang dimanfaatkan, Mikha kurangnya apa sih Vin sampai kamu ngga mau? Kalau jadi kamu, sekalipun oma sedang punya pacar terus tiba-tiba ditawarin cowok yang lebih tampan, lebih kaya, lebih terpandang, o
"Vin." Sabil kebingungan melihat Gavin yang berdiri sambil melamun dan sama sekali tak merespons panggilannya."Gavin," panggil Sabil lagi disertai dengan tepukan di lengan Gavin.Tepukan Sabil di lengan Gavin akhirnya berhasil menyadarkan laki-laki yang melamun cukup lama itu. Gavin yang tersadar merasa seolah telah terjatuh setelah terbang tinggi. Melihat Sabil memohon padanya untuk tetap melanjutkan pernikahan sampai berderai air mata tadi ternyata hanya khayalannya."Ternyata cuma khayalan ku," ujar Gavin dalam hati."Lo kenapa sih Vin? Kaya bingung gitu?" tanya Sabil penasaran."Aku dari tadi ngga ngomong apa-apa kan ke kamu Bil?" tanya Gavin memastikan apa yang ia rasakan tadi tidak terjadi, hanya khayalannya saja."Engga, dari gue datang lo berdiri terus diam aja. Kenapa? Lo ada masalah?" tanya Sabil begitu perhatian."Sama sekali ngga ada kok, cuma capek aja banyak kerjaan. Oh iya kamu kenapa kesini?""Eee gue cuma mau mastiin, lo nikahin gue cuma buat meredam keluarga lo yang
Sabila Ayu Nathania adalah atlet bulutangkis nasional, ia salah satu atlet dengan prestasi yang cemerlang dalam Tim Nasional Bulutangkis Indonesia. Sabil masuk ke pelatnas pada tahun 2011 saat itu ia berusia tujuh belas tahun. Tidak butuh waktu lama baginya untuk bersinar.Sudah empat belas tahun Sabil menjadi atlet bulutangkis, dan selama empat belas tahun itu karirnya sangat gemilang dengan siapa pun pasangannya. Namun di paruh kedua 2023 secara mengejutkan Sabil dan Nadhira tidak pernah meraih gelar sekalipun sekalipun dan sering tersingkir di babak awal dan hal itu akhirnya mengakibatkan Sabil di degradasi.Sabil pun merasa ia tidak pantas jika sampai di degra hanya karena pertimbangan enam bulan, namun ia sadar tidak ada yang bisa membantunya dan ia harus menerima ini. Kini Sabil datang ke pelatnas lagi untuk mengambil barang-barangnya untuk dibawa pulang karena ia sudah tidak bisa tinggal disini lagi."Eh ada yang mau pindahan nih," ujar seseorang yang berdiri di depan pintu.Sa
Berita pengunduran diri Nadhira sudah beredar di sosial media, para pecinta bulutangkis menganggap Nadhira mengambil keputusan yang tepat. Sejak berita degradasi Sabil, para badminton lovers sudah ramai membicarakan solusi agar keduanya tetap bisa bermain yaitu dengan Nadhira harus keluar dari pelatnas.Setelah mendatangi club masing-masing, Nadhira dan Sabil memutuskan untuk berlatih di PB IGNIS club besar tempat dimana Sabil berasal. Mereka memilih berlatih di PB IGNIS karena fasilitas di club tersebut lebih lengkap dan teman sparing yang lebih berkualitas.Sabil pikir semua akan mudah setelah Nadhira keluar dari pelatnas tapi ternyata kini mereka kesulitan mendapat sponsor, banyak perusahaan menolak memberi sponsor dengan berbagai alasan padahal keduanya masih menjadi ganda putri nomor satu dunia."Nduk ada apa to? Kok sedih lagi?" tanya Winda, ibunya Sabil."Sabil ngga dapat sponsor bu," jawab Sabil dengan pandangan kosong."Sabar aja dulu, nanti pasti ada. Masa atlet hebat kaya k
"Selamat pagi oma," sapa Gavin saat melihat Sarah sudah siap di meja makan seorang diri."Pagi cucu oma yang paling tampan, tumben pagi-pagi makan kesini. Datang paling awal lagi, biasanya juga paling akhir." Sarah berbicara sambil menyeruput teh nya."Iya oma pengen makan disini aja hari ini." Gavin mengambil tempat di seberang omanya."Oh iya oma baru ingat, kamu kenapa kemarin ngga antar Mikha pulang? Dia sedih banget lho." Sarah menatap tajam pada cucunya itu."Aku ada kerjaan oma," ujar Gavin santai."Kerjaan apa? Oma lihat kemarin kamu jam sembilan sudah dirumah.""Ya kan kerjaannya emang di rumah, ngga melulu di kantor," jawab Gavin terus memberi alasan."Alasan aja kamu ini, kalau gitu nanti malam oma minta kamu luangkan waktu. Oma udah undang keluarga Mikha kesini nanti malam.""Kalau ngga bisa?" tanya Gavin yang benar-benar malas untuk memenuhi permintaan Sarah."Harus bisa, oma ngga mau tahu," sahut Sarah penuh penekanan."Oma, aku makan duluan ya mau berangkat lebih awal,"
Jarum jam sudah menunjukkan pukul delapan kurang lima belas menit dan Gavin saat ini sedang sibuk bersiap untuk datang ke rumah keluarganya menghadiri acara yang dikatakan Sarah tadi pagi.Tok...tok...tokMendengar suara ketukan pintu, Gavin berjalan ke arah pintu kamarnya masih sambil mengancingkan kemejanya. Setelah membuka pintu ia melihat Bi Santi disana."Mas Evan sudah datang mas, sama saya sekalian mau pamit," jawab Santi dengan lembut."Oh iya bi, sudah jam delapan Bi Santi boleh pulang. Terima kasih ya bi." Gavin berbicara dengan sangat ramah dan tulus pada Santi.Setelah diizinkan pulang, Santi pun segera berjalan meninggalkan Gavin yang masih terdiam di depan kamarnya. Gavin menghela nafas beberapa kali, lalu tak lama ia menutup pintu kamarnya dan berjalan menuju ruang tamu nya, tempat dimana Evan dan Sabil sudah menunggu.Melihat Gavin yang berjalan menuruni tangga, Evan refleks berdiri dari duduknya dan melihat itu tanpa sadar Sabil mengikutinya."Hai," sapa Gavin setela
Malas untuk berdebat lagi, Gavin memutuskan untuk pergi dari ruangan itu. Ia menarik Sabil untuk keluar dari rumah keluarganya meninggalkan kekacuan yang ia buat.Sesampainya di depan rumah Gavin, Sabil menepis genggaman tangan Gavin dengan kasar. Kini mereka berdiri saling berhadapan.Plakk..Sabil melayangkan tamparan keras ke pipi kiri Gavin, ia benar-benar tidak terima dengan kelancangan Gavin tadi."Menikah bulan depan kata lo? Bisa-bisanya ngomong kaya gitu? Udah gila ya lo?" bentak Sabil berapi-api, ia tidak peduli jika ada yang mendengar."Bil kita bukan orang asing," ujar Gavin dengan santainya."Ya terus? Kalau bukan orang asing bisa seenaknya ngajak nikah gitu? Vin, lo serius sama yang lo bilang tadi? Lo cuma mau meredam keluarga lo aja kan supaya ngga lanjutin perjodohan?" Sabil berbicara dengan sedikit halus kali ini."Engga, aku serius mau menikah sama kamu." Gavin masih dengan santainya menjawab pertanyaan Sabil."Udah gila nih orang," ucap Sabil menatap sinis pria di d
"Vin." Sabil kebingungan melihat Gavin yang berdiri sambil melamun dan sama sekali tak merespons panggilannya."Gavin," panggil Sabil lagi disertai dengan tepukan di lengan Gavin.Tepukan Sabil di lengan Gavin akhirnya berhasil menyadarkan laki-laki yang melamun cukup lama itu. Gavin yang tersadar merasa seolah telah terjatuh setelah terbang tinggi. Melihat Sabil memohon padanya untuk tetap melanjutkan pernikahan sampai berderai air mata tadi ternyata hanya khayalannya."Ternyata cuma khayalan ku," ujar Gavin dalam hati."Lo kenapa sih Vin? Kaya bingung gitu?" tanya Sabil penasaran."Aku dari tadi ngga ngomong apa-apa kan ke kamu Bil?" tanya Gavin memastikan apa yang ia rasakan tadi tidak terjadi, hanya khayalannya saja."Engga, dari gue datang lo berdiri terus diam aja. Kenapa? Lo ada masalah?" tanya Sabil begitu perhatian."Sama sekali ngga ada kok, cuma capek aja banyak kerjaan. Oh iya kamu kenapa kesini?""Eee gue cuma mau mastiin, lo nikahin gue cuma buat meredam keluarga lo yang
"Dari mana Vin?" tanya Sarah sudah duduk di sofa ruang tamu di rumah Gavin."Oma ngagetin aja." Gavin mengelus dadanya."Dari mana?" tanya Sarah lagi."Dari rumah Sabil," jawab Gavin santai, tak berusaha menyembunyikan."Kamu mau nekat nikahin dia? Ngga mau dengarin Oma?" tanya sarah mengintimidasi."Oma, Sabil perempuan baik kok. Kalau Oma udah kenal, aku yakin oma pasti suka." Gavin mengambil tempat di samping Sarah."Oma tahu dia baik, tapi baik aja ngga cukup untuk masuk ke keluarga ini. Dia harus punya keluarga yang--" ucap Sarah dipotong oleh Gavin."Keluarga terpandang maksud oma? Buat apa sih oma? Keluarga kita udah cukup baik, ngga perlu dukungan keluarga lain, sebenarnya oma mau cari apa sih?" "Vin, keluarga konglomerat baiknya menikah dengan sesama konglomerat. Agar ngga ada yang dimanfaatkan, Mikha kurangnya apa sih Vin sampai kamu ngga mau? Kalau jadi kamu, sekalipun oma sedang punya pacar terus tiba-tiba ditawarin cowok yang lebih tampan, lebih kaya, lebih terpandang, o
Sabil melajukan mobilnya dengan sangat kencang, di tengah perjalanan Sabil mencari-cari ponselnya namun tak kunjung menemukannya. Padahal ia akan menghubungi Gavin, untuk bertanya apakah dia punya waktu luang.Sekitar lima belas menit akhirnya Sabil sampai di XIGO, kantor Gavin. Saat menuju basement, Sabil melihat banyak wartawan terlantar di depan perusahaan. Ia tahu, ini pasti karena berita dating Gavin dengan seorang selebriti. Sabil pun tersenyum sinis saat memikirkannya.Setelah selesai memarkir mobil, Sabil segera masuk, namun ia tiba-tiba berhenti saat menyadari penampilannya yang masih memakai kaos dan celana pendek. Hal itu membuatnya ragu harus melanjutkan atau tidak."Bodo amat deh, pakai kaya gini juga masih kelihatan cantik kok gue," ucap Sabil sangat percaya diri.Kini sampailah Sabil di pintu masuk karyawan yang dijaga oleh tim keamanan."Selamat pagi mbak, maaf sebelumnya tapi saat ini yang boleh masuk ke kantor hanya karyawan saja," ucap salah satu pria muda megusir S
Sabil berbaring di ranjangnya dan menatap langit-langit kamarnya, ia terus terbayang wajah Gavin. Entah mengapa wajah itu terus menganggunya."Orang udah lost contact lebih dari sepuluh tahun pakai ditanya masih ada rasa ngga? Aneh banget Gavin," ujar Sabil berbicara sendiri.Lagi-lagi Sabil terdiam menatap ke atas, ia benar-benar dibuat tidak tenang karena Gavin. Ia bingung harus menerima tawaran Gavin atau tidak, karena baginya pernikahan bukan untuk dipermainkan.Namun di satu sisi, hanya Gavin yang bisa membantunya saat ini. Jika ia tidak menerima tawaran Gavin maka ia tidak tahu harus bagaimana melanjutkan karirnya."Seorang cowok dijodohin sama cewek secantik Mikhaila Permadi ngga mau, ada yang ngga beres sama Gavin."Saat ribut dengan pikirannya sendiri, Sabil dikejutkan dengan dering ponselnya yang sangat nyaring. Masih dengan berbaring, Sabil mengambil ponselnya."Amy? Mau ngajak ribut malam-malam nih orang." Sabil menerima panggilan itu walaupun sangat malas dengan Amy."Halo
Malas untuk berdebat lagi, Gavin memutuskan untuk pergi dari ruangan itu. Ia menarik Sabil untuk keluar dari rumah keluarganya meninggalkan kekacuan yang ia buat.Sesampainya di depan rumah Gavin, Sabil menepis genggaman tangan Gavin dengan kasar. Kini mereka berdiri saling berhadapan.Plakk..Sabil melayangkan tamparan keras ke pipi kiri Gavin, ia benar-benar tidak terima dengan kelancangan Gavin tadi."Menikah bulan depan kata lo? Bisa-bisanya ngomong kaya gitu? Udah gila ya lo?" bentak Sabil berapi-api, ia tidak peduli jika ada yang mendengar."Bil kita bukan orang asing," ujar Gavin dengan santainya."Ya terus? Kalau bukan orang asing bisa seenaknya ngajak nikah gitu? Vin, lo serius sama yang lo bilang tadi? Lo cuma mau meredam keluarga lo aja kan supaya ngga lanjutin perjodohan?" Sabil berbicara dengan sedikit halus kali ini."Engga, aku serius mau menikah sama kamu." Gavin masih dengan santainya menjawab pertanyaan Sabil."Udah gila nih orang," ucap Sabil menatap sinis pria di d
Jarum jam sudah menunjukkan pukul delapan kurang lima belas menit dan Gavin saat ini sedang sibuk bersiap untuk datang ke rumah keluarganya menghadiri acara yang dikatakan Sarah tadi pagi.Tok...tok...tokMendengar suara ketukan pintu, Gavin berjalan ke arah pintu kamarnya masih sambil mengancingkan kemejanya. Setelah membuka pintu ia melihat Bi Santi disana."Mas Evan sudah datang mas, sama saya sekalian mau pamit," jawab Santi dengan lembut."Oh iya bi, sudah jam delapan Bi Santi boleh pulang. Terima kasih ya bi." Gavin berbicara dengan sangat ramah dan tulus pada Santi.Setelah diizinkan pulang, Santi pun segera berjalan meninggalkan Gavin yang masih terdiam di depan kamarnya. Gavin menghela nafas beberapa kali, lalu tak lama ia menutup pintu kamarnya dan berjalan menuju ruang tamu nya, tempat dimana Evan dan Sabil sudah menunggu.Melihat Gavin yang berjalan menuruni tangga, Evan refleks berdiri dari duduknya dan melihat itu tanpa sadar Sabil mengikutinya."Hai," sapa Gavin setela
"Selamat pagi oma," sapa Gavin saat melihat Sarah sudah siap di meja makan seorang diri."Pagi cucu oma yang paling tampan, tumben pagi-pagi makan kesini. Datang paling awal lagi, biasanya juga paling akhir." Sarah berbicara sambil menyeruput teh nya."Iya oma pengen makan disini aja hari ini." Gavin mengambil tempat di seberang omanya."Oh iya oma baru ingat, kamu kenapa kemarin ngga antar Mikha pulang? Dia sedih banget lho." Sarah menatap tajam pada cucunya itu."Aku ada kerjaan oma," ujar Gavin santai."Kerjaan apa? Oma lihat kemarin kamu jam sembilan sudah dirumah.""Ya kan kerjaannya emang di rumah, ngga melulu di kantor," jawab Gavin terus memberi alasan."Alasan aja kamu ini, kalau gitu nanti malam oma minta kamu luangkan waktu. Oma udah undang keluarga Mikha kesini nanti malam.""Kalau ngga bisa?" tanya Gavin yang benar-benar malas untuk memenuhi permintaan Sarah."Harus bisa, oma ngga mau tahu," sahut Sarah penuh penekanan."Oma, aku makan duluan ya mau berangkat lebih awal,"
Berita pengunduran diri Nadhira sudah beredar di sosial media, para pecinta bulutangkis menganggap Nadhira mengambil keputusan yang tepat. Sejak berita degradasi Sabil, para badminton lovers sudah ramai membicarakan solusi agar keduanya tetap bisa bermain yaitu dengan Nadhira harus keluar dari pelatnas.Setelah mendatangi club masing-masing, Nadhira dan Sabil memutuskan untuk berlatih di PB IGNIS club besar tempat dimana Sabil berasal. Mereka memilih berlatih di PB IGNIS karena fasilitas di club tersebut lebih lengkap dan teman sparing yang lebih berkualitas.Sabil pikir semua akan mudah setelah Nadhira keluar dari pelatnas tapi ternyata kini mereka kesulitan mendapat sponsor, banyak perusahaan menolak memberi sponsor dengan berbagai alasan padahal keduanya masih menjadi ganda putri nomor satu dunia."Nduk ada apa to? Kok sedih lagi?" tanya Winda, ibunya Sabil."Sabil ngga dapat sponsor bu," jawab Sabil dengan pandangan kosong."Sabar aja dulu, nanti pasti ada. Masa atlet hebat kaya k
Sabila Ayu Nathania adalah atlet bulutangkis nasional, ia salah satu atlet dengan prestasi yang cemerlang dalam Tim Nasional Bulutangkis Indonesia. Sabil masuk ke pelatnas pada tahun 2011 saat itu ia berusia tujuh belas tahun. Tidak butuh waktu lama baginya untuk bersinar.Sudah empat belas tahun Sabil menjadi atlet bulutangkis, dan selama empat belas tahun itu karirnya sangat gemilang dengan siapa pun pasangannya. Namun di paruh kedua 2023 secara mengejutkan Sabil dan Nadhira tidak pernah meraih gelar sekalipun sekalipun dan sering tersingkir di babak awal dan hal itu akhirnya mengakibatkan Sabil di degradasi.Sabil pun merasa ia tidak pantas jika sampai di degra hanya karena pertimbangan enam bulan, namun ia sadar tidak ada yang bisa membantunya dan ia harus menerima ini. Kini Sabil datang ke pelatnas lagi untuk mengambil barang-barangnya untuk dibawa pulang karena ia sudah tidak bisa tinggal disini lagi."Eh ada yang mau pindahan nih," ujar seseorang yang berdiri di depan pintu.Sa