Tari memutar bola mata dengan malas, lalu dia beranjak dari tempat tidurnya dan masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan dirinya.“Okelah kalau begitu akan kubuat kamu mencintaiku, Tari!” ucapnya dalam hati dan tersenyum.Pria tinggi lalu mengambil pakaiannya dan bersiap-siap untuk pergi ke kantor.Dia pun tidak ingin berlama-lama di kamar itu, karena baginya waktu adalah uang selain itu tidak mau terlalu lama untuk tidak masuk ke kantor dan juga dia sudah sangat rindu dengan kamarnya sendiri.Di rumah Tari tepatnya di kamar mereka, Fajar begitu tersiksa selain harus tidur di sofa dan tidak bisa bebas.Fajar lalu mengambil ponselnya dan menghubungi langsung asistennya yang bernama Udin.Udin { Ya, Bos ada apa?}Fajar {Sore kita pulang ke rumah}Udin {Rumah yang mana Bos, bukannya ini kita sudah di rumahnya Bos?}Fajar { Kamu itu hampir sama sudah dengan Mami bawelnya keterlaluan, turuti saja apa yang saya bilang, paham?}Udin { I -iya Bos, maaf, terus apa yang harus saya lakukan, Bos?
“Apa maksudmu?”“Lepaskan .. sakit!” Tari berusaha dengan sekuat tenaganya untuk menghindar dari pelukan Fajar yang terlalu kuat, membuat kulitnya menjadi merah.“Katakan, katakan siapa ingin kamu goda?” bentak Fajar.“Dengar jika kamu menyakiti, aku tidak akan segan-segan untuk berteriak!”“Sekarang kamu yang harus dengarkan perkataan saya, Tari!”“Saya tidak mau masalah ini terulang lagi, kamu kan bisa mengunci pintu kamar ini, atau kamu memang sengaja melakukan semua ini, agar saya mulai menyukai kamu, benarkan?” “Satu hal yang perlu kamu ingat Tari, saya tidak suka dibantah dan kamu harus menjaga kehormatan di mana pun kamu berada!”“Ingat itu!”Fajar lalu beralih ke meja rias tempat ponselnya diletakkan di sana.Dia lalu membuang muka kepada Tari dan pergi begitu saja dengan cara membanting pintu kamar.Sontak membuat Tari terkejut dan tentu saja wanita itu semakin membencinya.“Dasar Panda, dia membuatku lenganku sakit, awas saja nanti!”“Lebih baik aku tidak mau ikut ke rumahn
“Wanita itu sedang bermain di atas ranjang bersama suami Mami, papahnya Fajar!” Bu Nia dengan suara sedikit gemetar menjelaskan kepada Tari. Seketika Tari pun terkejut bukan main sampai-sapai mulutnya menganga.“A-apa?”“Maksud Mami kalau tunangan Mas Fajar itu selingkuh dengan Papi?” tanyanya memastikan.“Iya, itu yang terjadi saat itu dan kamu tahu jawabannya apa saat Fajar bertanya dengan mereka, mengapa mereka mengkhianati kami?”“Dia bilang kalau Fajar selama menjadi pacarnya tidak mau melakukan hubungan suami istri, sehingga dia mencari kepuasan dengan pria lain.”“Dan Papinya Fajar mengatakan kepada Mami kalau dia sudah bosan dengan Mami, tetapi tidak mau menceraikan Mami, karena dia bilang masih mencintai Mami.”“Wanita itu hanya untuk pelampiasan birahinya saja yang tidak bisa Mami wujudkan.”“Fajar sangat marah dan membuang semuanya, setelah itu Mami berencana menikahkan mereka dan membiarkan mereka berbulan madu secara gratis.”“Setelah kepulangan mereka dari bulan madu, M
“Oke, kalau begitu aku keluar dulu ada yang harus aku kerjakan,” ucapnya dan berlalu pergi meninggalkan mereka di kamar Tari.“Sudahlah Sayang, tidak perlu kamu mengingat kejadian yang sudah berlalu, karena bisa merusak hati kamu.”“Sekarang ada Mami, jadi kamu nggak sendirian lagi,” jelas Bu Nia tersenyum.“Baik Mami!”“Oh ya, makanan kesukaan Mas Fajar apa ya Mi?”“Pokoknya dijamin enak, Mami dan Mas Fajar tidak akan kecewa dengan masakan Tari,” pujinya.“Oh ya, baiklah Mami percaya kok.”“Fajar itu sebenarnya sangat menyukai semua masakan rumahan apa saja yang penting bersih dan higienis.”“Dia tidak ada pantangan, bisa di bilang pemakan segalanya, tetapi kalau Mami membuat satu jenis masakan ini dia bisa tambah berkali-kali,” jelasnya kepada Tari dengan tersenyum.“Memang Mas Fajar menyukai masakan apa, Ni?” tanyanya penasaran.“Fajar itu paling suka dengan masakan sambal goreng teri kacang sama tumis kangkung, ditambah sambal tomat., itu saja,” jelasnya kepada Tari.“Apa, maka
Seketika wajah Bu Arumi dan Lili sedikit pucat dan malu, kalau sebenarnya Tari sendiri yang membantu Mbok Yem di dapur.“Ada apa Mah, Lila kenapa kalian terkejut seperti itu?”“Biasa aja kali.”“Mamah tahu setelah Mamah dan Papah meninggalkan kami, Tari dan Mbak Lanie selalu bangun pagi sebelum ayam berkokok atau pun azan berkumandang.”“Mamah tahu kenapa?”“Karena kami harus mencari sesuap nasi untuk di makan, Mbak Lanie sudah bekerja keras untuk bekerja di sebuah warung agar bisa memberi makan Tari.”“Sampai-sampai dirinya lupa dengan kata makan, bahkan tangan dan kakinya dibiarkan melepuh dan kasar hanya untuk bisa mendapatkan uang.”“Tari tidak boleh putus sekolah katanya, karena dia sudah mengorbankan pendidikannya hanya untuk Tari.”“Di saat itu Tari bersumpah apa pun yang Mbak Lanie minta sebisa mungkin Tari akan lakukan.”“Perjuangan Mbak Lanie tidak sampai di situ Mah, dia selalu melindungi Tari dari bahaya apa pun, bahkan dia rela nggak makan hanya untuk bisa Tari kenyang.”
“Maaf Bu, memang benar Ibu adalah Ibu kandung Bu Lanie, tetapi berdasarkan suara wasiat yang disampaikan dan dibuat oleh yang bersangkutan, semua kepemilikan Ibu Lanie akan diwariskan oleh adik kandung satu-satunya yaitu Mentari Khairunnafiza,” ucap Pak Dani menjelaskan.Seketika wajah Bu Arumi merah padam dia tidak terima kalau hanya Tari yang mendapatkan hak waris itu secara penuh. Bu Arumi ingin sekali mengambil semua apa yang dimilik Lanie lantaran terjerat dengan banyak hutang di mana-mana.Mereka dulu pernah ditipu dalam investasi bodong sampai milyaran rupiah, dan nekat menjual semua aset mereka yang akhirnya berujung penipuan.Semua hartanya habis, sampai suatu ketika Bu Arumi tanpa sengaja bertemu dengan Bu Nia di sebuah mall waktu itu dan mereka berbincang-bincang.Niat Bu Nia ingin mencarikan jodoh untuk putra semata wayangnya di sambut baik oleh Bu Arumi dan mempunyai ide untuk menikahkan Lanie kepada pria itu.Dalam idenya Bu Arumi berniat untuk mengambil semua kekaya
Tari memperhatikan amplop itu dan diliputi rasa penasaran. Dia lalu menutup pintu dan menguncinya dari dalam.Tari duduk di balkon sembari menikmati udara yang masih terasa sejuk walaupun sinar mentari sudah menembus dan menyinarinya tetapi tidak terpengaruh dengannya.Tari lalu membuka amplop itu perlahan-lahan, ternyata sebuah surat yang ditinggalkan eh Lanie sebelum meninggal.Dia pun membacanya perlahan-lahan.Untuk Tari Adikku Tersayang Assalamu’alaikum Tari, mungkin kamu membaca surat ini aku sudah tidak bersamamu lagi, tetapi yakinlah di dalam hatimu aku selalu bersamamu walaupun ragaku sudah tidak ada tetapi jiwaku bersamamu.Sayang, selama kamu sering keluar kota karena pekerjaanmu yang tidak bisa kamu tinggalkan sebenarnya ada satu hal yang ingin aku sampaikan agar kamu tahu dan tidak berprasangka buruk terhadap seseorang.Dia adalah ayah kita ...Saat membaca nama ayahnya yang tertera di dalam surat itu membuat marah dan kesal, tidak ingin melanjutkan membacanya, te
“Maaf Bu Tari, mau ke mana?” “Sudah kamu jangan takut, saya mau memergoki mereka!”Tari menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya kasar. Dia pun melangkah masuk ke ruangan Fajar dengan anggun dan berpura-pura tidak tahu.“Mas Fajar?” panggil Tari seketika membuat Fajar dan Clara terkejut dengan kehadiran dirinya.“Ta-Tari?” panggil Fajar dengan posisi memeluk Clara dengan kepalanya tenggelam di dalam dadanya yang bidang.Begitu juga dengan Tari yang melihat sangat terkejut dengan posisi mereka barusan.Fajar lalu melepaskan pelukan Clara yang begitu kuat. “Mas Fajar siapa dia dan kenapa kalian berpelukan di ruangan ini?” selidiknya sembari menaruh tempat makan itu di meja kerja Fajar.“Kamu jangan salah paham dulu, tadi aku hanya menghiburnya sebentar,” kilahnya.“Dengan memeluknya?” Tari melotot kearah Fajar.“Maaf bukan begitu, Mas Fajar tidak salah kok, aku yang salah, aku datang ke sini hanya ingin bertemu dan mengucapkan selamat atas pernikahan kalian itu saja tidak lebih.”