Share

Menikahi CEO Tampan Untuk Balas Dendam
Menikahi CEO Tampan Untuk Balas Dendam
Penulis: Niniluv

1. Awal Semuanya

'Aku terpaksa menerima perjodohan ini agar bisa dekat dengan keluargamu dan terus berada di sisi Aoura, bukan karena aku mencintaimu. Tolong bantu aku Liona.'

Satu tetes air mata akhirnya lolos menyusuri pipi Liona saat ucapan Reno kembali terngiang di telinganya. Laki-laki yang sangat dia cintai ternyata mencintai adiknya.

Hati Liona hancur. Padahal hari ini adalah hari pernikahannya, tapi Liona tak sanggup untuk melaksanakannya.

Dia sudah berusaha menjelaskan pada kedua orang tuanya, tapi mereka seakan tak peduli dan memaksanya tetap melanjutkan pernikahan itu. Bahkan Aoura yang juga mengetahui jika Reno memiliki perasaan terhadapnya, sama sekali tak mau membantunya menjelaskan pada ayah dan ibu.

Apakah Aoura sengaja ingin membuatnya menderita?

"Liona, kau sudah siap?"

Gretta mulai memasuki kamar sang anak. Baru saja Liona selesai di rias.

"Wah cantik sekali," ucap Gretta memuji sang putri yang sudah siap dengan gaun pengantin berwarna putih yang tampak sederhana. Tanpa mempedulikan bekas air mata yang membasahi pipi Liona.

Liona adalah putri sulung keluarga Atharya. Salah satu keluarga yang juga lumayan berpengaruh di negara itu. Tapi pernikahannya tak dirayakan dengan mewah. Tentu karena Gretta tak mau banyak mengeluarkan uang untuk anak adopsinya itu.

"Asisten ku yang akan mengantarkanmu ke aula. Sini biar ibu yang menemanimu sampai mobil."

Liora berdiri, mengikuti tanpa protes saat Gretta menuntunnya keluar rumah. Tak ada kebahagiaan, sejak tadi hanya raut wajah suram yang Liona tunjukan.

Setelah Liona duduk di jok mobil, Gretta tak langsung menutup pintunya. Dia menatap Liona dengan senyum lebar.

"Saat di hadapan banyak orang nanti, tersenyumlah seperti ibu. Kau cantik, kau berhak mendapatkan ini."

'Berhak mendapatkan ini?' Liona tersenyum miris. Dia kasihan dengan dirinya sendiri. Bahkan ibunya tutup mata pada penderitaannya.

"Jika aku mengacaukan pernikahannya, kenapa?"

Senyum Gretta luntur. Kini sorot matanya berubah tajam penuh peringatan. "Kau tega membuat keluarga yang telah mengadopsimu menahan malu karena ulahmu?"

Liona terdiam. Entah kenapa, sejak dulu Gretta selalu mengatakan hal yang seolah-olah membuat Liona merasa bersalah dan harus balas Budi. Padahal dia hanya diadopsi tapi tidak diberi kebahagiaan.

"Liona jangan membuat ibu khawatir, dan lakukan yang terbaik demi keluarga!"

Gretta mengambil sebuah botol berisi tablet di saku bajunya, lalu dia berikan pada Liona.

"Ini adalah vitamin kesehatan, minumlah ini agar tubuhmu terlihat lebih sehat. Kau terlihat banyak pikiran membuat ibu tidak bisa tenang." Gretta memasang wajah khawatir, dia lalu mengusap pucuk kepala sang anak sebelum akhirnya menutup pintu mobil. Mobil yang ditumpangi Liona akhirnya menjauh dari halaman rumah keluarga Atharya.

Liona mengambil empat tablet vitamin, dan langsung dia minum.

Tak ada pilihan lain, dia harus tetap melaksanakan ini walau begitu semakin menyakitkan.

Liona kembali menatap botol vitamin yang diberikan oleh Gretta. Hanya botol putih polos, tak ada nama kandungan vitamin dan sebagainya.

Mendadak dada Liona terasa sesak, dia lalu memukulnya pelan. Sepertinya Liona melupakan sesuatu. Dia tau Gretta selalu berpura-pura baik padanya, dan anehnya Liona selalu percaya, bahkan Liona tidak curiga jika tablet yang diberikan padanya bukan vitamin. Melainkan ... racun.

"P-pak ..." panggil Liora sekuat tenaga. Dia semakin tak bisa bernafas, bahkan sulit untuk bicara. Tangannya berusaha meraih bahu asisten Gretta yang mengemudikan mobil itu. Tapi ...

BRAK

Mobil yang ditumpangi Liona terpental dua meter saat sebuah mobil lain menabraknya dari samping dengan keras.

Pandangan Liona semakin buram. Dia bisa merasakan sekujur tubuhnya remuk.

'Apa aku akan mati?'

Mungkin itu jauh lebih baik. Bahkan Gretta sudah memberinya racun, tapi Tuhan semakin mempercepatnya dengan kecelakaan ini.

Pandangannya semakin gelap. Di tengah rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya, dua sudut bibir Liona justru berusaha terangkat. Dia ingin terlihat tersenyum seperti apa yang Gretta minta tadi.

'Ayah, Ibu, dan ... Aoura. Kalian juga pasti akan bahagia mendengar berita kematian ku nanti.'

Entah sampai saat ini Liona bingung. Dia masih bertanya-tanya, kenapa keluarga itu harus mengadopsinya jika hanya untuk memberi luka? Apa salah Liona? Kenapa dia haru merasakan penderitaan itu?

"Jika mereka melukaimu, seharusnya kau balas sakiti mereka. Jangan biarkan mereka tertawa puas melihat kau terinjak."

Mata Liona seketika terbuka lebar. Siapa yang berbicara barusan? Dia berkedip beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk pada pandangannya.

"Syukurlah anda sudah sadar."

Liona mengernyit bingung. Dimana dirinya saat ini? Kepalanya mendadak berdenyut sakit saat berusaha mengingat kejadian yang baru saja menimpanya.

"Untunglah anda segera dilarikan ke rumah sakit setelah mengalami kecelakaan dan meminum racun, jika terlambat sedetik saja mungkin kami tidak bisa menyelamatkan nyawa anda," ucap laki-laki memakai jas dokter yang berdiri di samping tempat Liona terbaring.

Benar, Liona mengingatnya. Kecelakaan dan Gretta yang memberinya racun.

"Tolong jangan lakukan bunuh diri lagi ya dengan meminum racun. Anda sudah melewati koma satu bulan karena kejadian itu."

Mata Liona membulat, jadi dia dituduh bunuh diri? Padahal yang memberinya racun adalah Gretta. Dan yang lebih membuat Liona tak bisa berpikir lagi adalah ... dia telah melewati koma satu bulan?

***

"Ayah ibu, aku ingin pernikahanku dengan Sehan dipercepat!"

Langkah Liona terhenti tepat saat dia nyaris menghampiri keluarganya yang tengah berkumpul di ruang tengah.

Tak ada yang tau bahwa Liona sudah keluar dari rumah sakit. Dia sengaja mencegah pihak rumah sakit memberitahu walinya, Liona hanya ingin memberi kejutan untuk keluarganya bahwa dia sudah sembuh.

Liona hanya mengukir senyum tipis mendengar permintaan Aoura. Benarkah adiknya akan menikah?

"Sabarlah dulu sayang, kita harus bertemu keluarga Wiratama lebih dulu untuk membahas hal ini," ucap Gretta menenangkan Aoura.

Liona yang melihatnya tentu iri. Sejak dulu dia memang iri dengan Aoura, tapi Liona berusaha menahan diri untuk tak cemburu. Aoura selalu diberi kasih sayang dan cinta, tapi tidak untuk Liona.

"Jika kau bertemu dengan Sehan, katakan padanya jika ayah dan ibu ingin menemui keluarganya."

Aoura mengerutkan bibirnya kesal. "Sehan sangat sibuk, dia beberapa kali menolakku untuk bertemu. Dan dia sering tak menghiraukan pesan yang ku kirim."

"Sepertinya ibu bisa membantumu bertemu dengan Sehan besok," ucap Gretta yang pasti selalu mempunyai cara agar Aoura bahagia.

Liona terdiam sesaat.

'Jika mereka melukaimu, seharusnya kau balas sakiti mereka.'

Ucapan itu kembali terngiang di telinganya. Walau Liona tidak melihatnya langsung, tapi dia yakin jika yang mengatakan itu adalah dokter yang menanganinya tadi.

"Sepertinya aku akan membatalkan menyapa mereka hari ini. Akan lebih mengejutkan jika aku muncul di waktu yang tepat."

***

Langkah Liona terhenti saat pandangannya menatap laki-laki memakai setelah jas berwarna hitam tengah duduk di salah satu kursi pengunjung, tak jauh darinya.

Dia sengaja datang ke hotel Wiratama hanya untuk mencari keberadaan laki-laki itu. Liona kembali menatap foto laki-laki bernama Sehan yang dia dapat di internet barusan. Dia harap, tak akan salah orang. Dengan langkah mantap, Liona akhirnya menghampiri.

"Selamat pagi Tuan Sehan Wiratama, bolehkan aku duduk di sini untuk mengobrol denganmu?"

Sorot dingin milik laki-laki itu kini mengarah pada Liona. Liona mengukir senyum menyapa.

"Liona?"

Senyum di bibir Liona seketika luntur. Dia cukup terkejut saat laki-laki di depannya menyebut namanya.

'Ini pertama kalinya aku bertemu dengan dia, tapi kenapa dia terlihat seperti sudah mengenalku?'

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status