Share

4. Kerja Sama

Di sudut ruang sempit dan gelap itu, Liona terus meringkuk sambil terisak. Tubuhnya sejak tadi gemetar hebat. Tak ada yang peduli dengan keadaannya saat ini.

Apa kesalahan yang dia lakukan sampai semua orang di rumah itu tega melakukan ini padanya?

"Liona."

Pintu terbuka, membuat cahaya dari luar masuk ke ruangan itu. Air mata Liona terhenti, dia mendongak dan mendapati laki-laki bertubuh jangkung itu berdiri di hadapannya.

Liona sempat bertanya-tanya, benarkah itu ... "Sehan?"

Laki-laki itu berjongkok di hadapan Liona. Menatap kondisi Liona yang begitu memprihatinkan. Tangannya kemudian terulur, menghapus air mata yang membasahi pipi perempuan tersebut.

"Ayo kita keluar dari sini."

Sehan nyaris memegang pergelangan tangan Liona, untuk membantunya berdiri. Namun perempuan itu justru langsung memeluknya. Membuat Sehan seketika tertegun.

"Aku takut." Liona kembali terisak. Kini Sehan bisa merasakan tubuh Liona yang gemetar menahan takut.

"Tenanglah," bisik Sehan sambil membalas pelukan Liona. Berharap bisa sedikit memberikan ketenangan untuk perempuan itu.

Sedangkan di ambang pintu, Aoura dan Gretta mulai geram melihat kedekatan Sehan dan Liona. Mereka terpaksa menunjukan di mana keberadaan Liona kepada Sehan, karena laki-laki itu datang ke rumahnya langsung memaksa mereka untuk mempertemukannya dengan Liona.

Kini mereka berpindah berkumpul di ruang tamu, menghadap Darwin.

"Maaf saya tidak mengabari anda lebih dulu jika ingin datang kemari."

Darwin tersenyum ramah pada tamunya. Dia lalu mengangguk, tak mempermasalahkan hal itu. "Saya senang melihatmu di sini, Sehan. Pasti ada tujuan khusus yang membuatmu harus menemui kami."

Sehan mengangguk membenarkan. "Saya ingin meminta restu dari anda. Karena anda adalah ayahnya, saya meminta ijin untuk mengajak putri anda ke jenjang yang lebih serius."

Gretta dan Aoura cukup takjub. Tadi malam setelah Aoura menceritakan pada orang tuanya bahwa Liona menemui Sehan di hotel, Gretta langsung menghubungi keluarga Wiratama untuk mempercepat pernikahan Aoura dan Sehan.

"Apa dia ke sini untuk melamarku?" bisik Aoura pada sang ibu.

Gretta mengukir senyum meyakinkan, lalu mengangguk membenarkan pertanyaan sang anak.

"Jadi kamu ke sini untuk meminta persetujuan dari kami?" Darwin mengukir senyum senang. "Sebagai orang tua, kami selalu memberikan restu asalkan kamu dan Aoura bahagia."

"Sepertinya anda salah paham." Sehan mengukir senyum tipis. Dia lalu menoleh, menatap Liona yang sejak tadi hanya diam duduk di sampingnya. "Saya ingin meminta restu anda untuk menikahi Liona."

Serempak semua orang di sana tertegun, termasuk Liona.

Dia menoleh menatap Sehan, nyaris tak percaya. Bahkan Liona ingat, tadi malam sepertinya Sehan belum mengatakan setuju dengan permintaannya tersebut.

"Sehan, kau telah dijodohkan dengan Aoura. Kau tidak bisa menikahi Liona!" bentak Gretta tak terima.

"Gretta, bisakah kau pelankan suaramu pada tamu kita!" kini Darwin yang balik membentak sang istri, membuat Gretta seketika terdiam.

"Saya sudah menolak perjodohan itu. Mungkin keluarga saya belum mempunyai waktu untuk mengatakan semua itu."

Pandangan Darwin kembali mengarah pada Sehan. "Jadi, kau ingin menikahi Liona?"

Sehan mengangguk, membenarkan. Kini semua perhatian tertuju pada Darwin, keputusan ada ditangannya sebagai kepala keluarga.

"Jika kau dan Liona saling mencintai, saya rasa tak ada alasan untuk tidak memberikan restu pada kalian."

"Ayah!"

"Sayang!"

Darwin menatap Gretta dan Aoura memberi peringatan, saat istri dan anak bungsunya itu nyaris protes padanya.

"Terimakasih, saya akan menyampaikan kabar gembira ini pada keluarga saya."

"Sehan, sejak kapan kau mengenal kak Liona?" kini Aoura mengajukan pertanyaan pada laki-laki itu. Tentu saja dia tak terima jika Sehan lebih memilih Liona dibandingkan dirinya. "Bukankah baru kemarin kalian bertemu? Apa hanya karena kak Liona telah memberikan tubuhnya secara gratis padamu, kau langsung mau menikahinya? Kenapa kau tidak berpikir, betapa murahnya kak Liona melakukan semua itu untuk mendapatkanmu?"

"Aoura, jika kau menemukan seseorang yang tepat untukmu, apa kau akan melepasnya begitu saja?" Sehan kembali menatap Liona yang masih diam di sampingnya. Dia lalu menggenggam tangan Liona, membuat mata Aoura yang melihatnya seketika panas karena cemburu. Sehan kembali berucap, "itu juga yang sedang ku lakukan saat ini. Aku harap kau memahaminya, Aoura."

Aoura kini tak bisa berkutik lagi. Dia hanya bisa menahan sesak di dadanya.

"Karena anda sudah memberikan restu, saya rasa anda juga tidak akan keberatan jika saya membawa Liona untuk jalan-jalan ke luar sebentar."

Darwin mengangguk, mengijinkan. "Silakan Sehan, saya juga berharap kamu sesering mungkin berkunjung ke rumah ini."

Sehan berdiri, masih menggenggam tangan Liona. Laki-laki itu berpamitan, dan membawa Liona keluar dari rumah itu.

Hingga kini mereka berada di sebuah rumah makan. Pelayan mulai menghidangkan makanan di hadapan Liona.

"Makanlah, kau terlihat sangat pucat seperti mayat. Membuatku takut melihat wajahmu," ucap Sehan bercanda namun masih dengan wajah datar.

Dengan tangan yang masih bergetar, Liona mulai memegang sendok makan di hadapannya. Dia mulai menyuapkan setengah sendok nasi ke mulutnya. Namun pikirannya justru kembali teringat pada kejadian di masa lalu yang lagi-lagi membuatnya trauma.

'Racunnya sudah dicampurkan ke makanan ini, Liona akan mati!'

Sendok yang Liona pegang seketika terjatuh ke lantai. Sehan tersentak melihat hal itu.

"Kenapa Liona?"

Satu tetes air mata kembali jatuh, menyusuri pipi perempuan itu. Liona mulai terisak.

Sehan memutuskan untuk menghampiri, lalu duduk di samping perempuan itu. Dia menarik bahu Liona agar perempuan itu berhadapan dengannya.

"Jawab pertanyaanku Liona."

"Ibu ... selalu memasukkan racun di makananku setelah aku membuat kesalahan. Aku tidak bisa memakan semua makanan yang dimasak."

Sehan bisa menebak. Liona begitu tampak kurus, pasti karena jarang makan. Ternyata Gretta yang membuatnya trauma dengan makanan.

"Liona, apa benar kau selalu diperlakukan tidak pantas oleh mereka?"

Liona semakin terisak. Dia mengangguk, membenarkan pertanyaan Sehan barusan. Sebenarnya Liona tak ingin menunjukan keburukan keluarganya pada Sehan, tapi mereka sendiri yang membuat Sehan menyadari hal itu.

"Sekarang katakan jujur padaku, apa kamu ingin menikah denganku untuk balas dendam pada mereka?"

Tangisan Liona terhenti seketika. Tebakan Sehan memang tepat. Tapi Liona ragu untuk mengatakannya.

"Jawab jujur Liona!"

Liona meneguk ludahnya dengan susah payah, sebelum akhirnya dia mengangguk membenarkan.

"Aoura sangat menyukaimu. Dia pasti akan sangat kacau jika melihatmu menikah denganku. Ayah dan ibu juga pasti akan menderita melihat Aoura yang selalu mereka sayangi akan terluka, begitupun juga dengan Reno. Reno pasti akan menjadi sasaran kemarahan Aoura karena hal ini. Itu artinya ... aku bisa melihat mereka semua menderita juga hanya dengan menyakiti Aoura. Aku hanya ingin membuat mereka sadar, orang yang selalu mereka injak juga bisa membuat mereka merasakan sakit."

Bukannya marah setelah mendengar alasan Liona ingin menikah dengannya. Sehan justru mengukir senyum puas.

"Ini yang ingin ku dengar darimu Liona."

Sehan kemudian menggenggam tangan Liona. Membuat perempuan itu justru menatapnya bingung.

"Aku akan membantumu. Kau bisa membantu bisnisku sebagai imbalannya. Jadi, anggap saja kita adalah partner kerja. Bagaimana?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status