Share

6. Restu

"Bawa Sehan kembali ke keluarga Wiratama, dan juga buat dia kembali bergabung dengan Wiratama company."

Liona cukup terkejut dengan persyaratan yang diminta Sandra barusan. Apakah selama ini hubungan Sehan dan keluarganya juga tidak baik, sampai laki-laki itu meninggalkan keluarganya dan memilih hidup sendiri?

Liona menoleh, menatap Sehan yang kini mengemudikan mobil di sampingnya. Saat ini mereka dalam perjalanan menuju ke kediaman keluarga Wiratama.

Seperti apa yang Sehan katakan, laki-laki itu akan memperkenalkan Liona pada keluarganya.

Liona sendiri tidak mengatakan apa pun pada Sehan bahwa Sandra datang ke rumahnya pagi tadi. Itu juga atas permintaan Sandra yang melarang Liona memberitahu laki-laki itu.

Setelah mereka sampai, kedatangan Liona dan Sehan di sambut oleh para pelayan di rumah itu. Sepanjang jalan menuju ruang keluarga, Liona terus memperhatikan sekitarnya dengan takjub. Ini pertama kali Liona merasa dirinya seakan memasuki istana di negeri dongeng.

Dia semakin bingung dengan Sehan. Kenapa Sehan memilih membangun rumah sendiri, bukannya ikut tinggal di istana Wiratama tersebut?

Hingga sampai di ruang keluarga. Di sana sudah ada Joana, Sandra, dan juga Bram. Mereka sudah sejak tadi menunggu kedatangan Sehan.

Liona memilih duduk di samping Sehan, sambil mengukir senyum kepada keluarga Wiratama yang menyambutnya dengan hangat.

"Nenek, mama, dan papa. Ini adalah Liona, perempuan yang pernah aku ceritakan pada kalian sebelumnya," ucap Sehan memperkenalkan Liona kepada keluarganya.

Liona tersenyum menyapa. Dia bisa melihat Joana dan Bram membalas senyumannya. Tapi Liona bingung, wajah Sandra masih saja begitu datar saat menatapnya. Padahal mereka tadi pagi saling berbicara, tapi kini seakan tak pernah bertemu saja.

"Kakak!"

Semua serempak menoleh ke asal suara. Perempuan berpenampilan modis menyelonong masuk begitu saja, dan langsung bergabung dengan mereka. Dia duduk di sofa samping Liona yang kosong, membuat Liona menatapnya bingung.

"Dia Tante Berlin, adik ayah," ucap Sehan memperkenalkan sang Tante pada Liona.

Kini Berlin yang menatap Liona dengan takjub. "Siapa ini? Perempuan yang akan dinikahi Sehan?"

Berlin mulai mengeluarkan sifat hebohnya, membuat Sehan menghela nafas kasar.

"Sehan, kau memang pandai dalam memilih perempuan. Lihatlah kak Sandra anakmu bisa mendapatkan perempuan yang sangat cantik seperti ini!"

Wajah Liona panas, dia menahan malu saat Berlin memujinya dengan berlebihan.

"Kapan pernikahan Sehan dilaksanakan?" tanya Berlin semakin penasaran.

Hening sesaat. Membuat Liona kembali gugup.

"Sebelum menentukan tanggalnya. Aku bertanya, apa semua keluarga di sini merestui pernikahan ini?"

Bram tertawa, memecah suasana yang mendadak canggung di ruang keluarga itu. Dia lalu berucap, "papa selalu mendukungmu Sehan."

"Nenek juga mendukung apa pilihanmu. Nenek percaya, kau bisa menentukan pilihanmu sendiri dengan tepat," imbuh Joana mendukung.

Kini semua perhatian tertuju pada Sandra. Hanya dia yang belum memberikan tanggapan.

"Ma," panggil Sehan mengunggu jawaban Sandra.

Kini pandangan Sandra mengarah pada Liona, membuat jantung Liona semakin berdegup kencang. Beberapa detik kemudian Sandra mengangguk. "Mama ikuti pilihanmu."

"Kalau begitu, kapan tanggal pernikahannya?" Berlin kembali bertanya penasaran.

Namun belum sempat ada yang menjawab, sebuah suara langkah kaki membuat semua orang yang berkumpul di ruangan itu mendadak diam.

"Aku tidak tau jika semuanya berkumpul di sini."

Liona menoleh ke asal suara. Seorang laki-laki berparas tampan tersenyum tulus. Laki-laki itu menggunakan tongkat untuk membantunya berdiri, kaki kirinya diangkat. Membuat Liona prihatin melihatnya.

"Kau kekasihnya Sehan? Perkenalkan aku Galen, kakaknya Sehan."

Liona cukup terkejut. Ini pertama kalinya dia melihat wajah Galen.

Sebenarnya anak pertama Bram Wiratama itu juga cukup terkenal karena dia yang memimpin perusahaan Wiratama company saat ini. Tapi sangat jarang terekspos di sosial media. Wajar jika banyak yang tak mengenalnya, tidak seperti Sehan.

Dan, Liona juga baru mengetahui jika kaki Galen mengalami cidera.

"Aku Lio -"

Nyaris berdiri untuk memperkenalkan diri kepada Galen, tiba-tiba tangan Liona justru ditarik Sehan. Membuatnya kembali terduduk.

Liona menatap Sehan dengan sorot bingung.

"Aku ingin pernikahan ini dilaksanakan secepatnya," jawab Sehan menyambung pembicaraan keluarga mereka yang terputus.

Pandangan Liona kembali mengarah pada Galen. Senyum di wajah laki-laki itu mulai pudar, dia mulai berjalan menjauh menggunakan tongkat.

Liona tak tega. Kenapa keberadaan Galen seakan tak dianggap?

"Kenapa cepat sekali? Apa kalian sudah pacaran sejak lama?" Berlin kembali bertanya penasaran.

Sehan dan Liona terdiam.

"Sehan, lebih baik saat menentukan tanggal pernikahannya, orang tua Liona juga ikut mendiskusikannya. Bagaimana jika kita mengatur pertemuan dengan keluarga Atharya?" ucap Joana memberi saran.

Setelah pembicaraan selesai, mereka melanjutkan makan siang bersama. Setelah selesai, Liona dan Sehan memutuskan untuk pulang.

"Liona!"

Langkah Liona dan Sehan terhenti di teras rumah. Dari dalam rumah itu tampak Berlin berlari tergesa-gesa menyusul mereka.

"Liona, bisakah kita berteman dekat?"

Liona tersenyum. Dia semakin gugup saat Berlin ingin menjadi teman akrabnya. Belum sempat Liona menyetujui, Berlin memberikan secarik kertas bertuliskan nomor teleponnya.

"Hubungi aku lebih dulu, aku akan menyimpan nomor teleponmu nanti."

Liona menerimanya, lalu mengangguk setuju.

"Oh iya, apa kau mau jika nantinya aku mengajakmu jalan-jalan keluar. Aku sangat senang berbelanja di mall, tapi selalu sendirian karena tidak mempunyai teman. Kau mau kan menemaniku nantinya?"

Liona mengangguk dengan senang hati. "Jika ada perlu hubungi saja aku."

"Ah, kau memang sangat baik. Pasti kita nanti bukan hanya sekedar seperti keponakan dan Tante, tapi akan terlihat seperti teman sebaya."

Liona tersenyum senang. Walau masih sedikit canggung, tapi dia yakin nantinya bisa lebih akrab dengan keluarga Wiratama.

Hanya satu yang membuat Liona kurang yakin, yaitu Sandra. Perempuan itu terlihat cuek padanya.

Namun Liona tak menyerah. Dia akan mencari cara untuk bisa dekat dan mendapatkan hati Sandra.

***

"Jadi maksudmu, keluarga Wiratama ingin mengajak kita bertemu untuk membicarakan pernikahan?" tanya Darwin memastikan.

Liona mengangguk membenarkan. Dia baru saja memberitahu keluarganya bahwa Sehan baru saja memperkenalkan Liona pada keluarganya Wiratama.

"Apa mereka sudah memberimu restu?" kini Gretta yang bertanya.

Dengan percaya diri Liona kembali mengangguk, mengiyakan pertanyaan sang ibu.

"Padahal mereka menjodohkan Sehan denganku, tapi sepertinya sekarang mereka lupa denganku." Tangan Aoura mengepal erat, dia geram. Kenapa tak ada tanda kegagalan pada pernikahan sang kakak?

Tak mau mendengar kelanjutan kabar ini, Aoura memutuskan untuk beranjak pergi dari sana. Gretta sedih melihat Aoura yang tampak kecewa. Kini pandangan Gretta menatap Liona tajam.

"Tidak ada waktu. Ibu dan ayah sedang sibuk akhir-akhir ini. Kenapa tak kau urus sendiri pernikahanmu?"

Senyum Liona luntur, dia kasihan pada dirinya sendiri. Seharusnya sejak awal dia tak perlu berharap lebih pada keluarganya ini.

"Apa maksudmu Gretta?" Darwin tampak murka mendengar ucapan istrinya barusan. "Suatu kehormatan untuk kita bisa berbesanan dengan keluarga Wiratama. Aku akan menunda semua pekerjaan kita, asalkan bisa bertemu dengan keluarga Wiratama. Liona katakan tanggal berapa, dan di mana? Ayah pasti akan datang menemui mereka."

Senyum bahagia Liona seketika kembali terukir. Sedangkan Gretta hanya semakin mengepalkan tangannya kesal.

'Dia sekarang ada di pihak anak ini?'

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status