Share

3. Tidur Bersama

Liona semakin mengeratkan pelukannya. Dia sudah terbangun dari alam mimpinya, namun entah kenapa matanya masih berat untuk dibuka.

Tempat yang hangat, dan empuk membuatnya ingin kembali tertidur. Dia mencium aroma maskulin yang membuatnya begitu tenang dan nyaman, namun beberapa detik kemudian Liona tersadar.

Mata perempuan itu terbuka lebar, mendapati seorang laki-laki yang juga sedang terlelap di sampingnya. Yang lebih mengejutkannya lagi, ternyata sejak tadi Liona memeluk tubuh laki-laki tersebut.

Dia seketika terduduk. Berusaha mengingat kejadian tadi malam bersama Sehan. "Apa kami telah melakukannya?"

Dengan segera, Liona memeriksa keadaan sekujur tubuhnya yang masih berbalut selimut tebal. Pakaiannya masih terpasang lengkap, walau sudah sedikit berantakan.

Dia kemudian menoleh, kembali menatap Sehan yang masih tertidur pulas. Wajah laki-laki itu terlihat tenang, sedikitpun tak menunjukan rasa bersalah.

"Dia tidak mungkin melakukan itu pada ku kan?"

Liona masih penasaran, dan juga takut. Sayang sekali dia tidak bisa mengingat apapun. Setelah meneguk alkohol tadi malam, Liona langsung kehilangan kesadarannya.

Pandangannya mendadak terarah pada dua kancing kemeja Sehan yang terbuka. Seketika dia langsung memalingkan wajahnya, dan memukul kepalanya untuk menyadarkan diri.

"Sebaiknya aku segera pergi dari sini."

Liona mulai beranjak pergi. Namun sebelum itu dia meninggalkan sebuah catatan untuk memberitahu Sehan bahwa dirinya pulang lebih dulu, dan akan menghubungi Sehan kembali nantinya.

Sesampai di depan rumah. Liona langsung merapikan penampilannya kembali.

Dia menarik nafas dalam, dan mengukir senyum lebar sebelum akhirnya memasuki rumah keluarganya. Dia tak sabar untuk menyapa orang-orang di rumah itu.

"Liona!"

Langkah Liona terhenti tepat di ruang tengah. Di sana sudah ada Darwin, Gretta, dan juga Aoura. Sepertinya mereka telah menantikan kedatangan Liona.

Tentu saja, Aoura pasti sudah menceritakan semuanya pada Darwin dan Gretta tentang apa yang terjadi di hotel kemarin.

"Kau sudah keluar dari rumah sakit?" tanya Darwin, masih berusaha menahan amarahnya.

"Kalian pasti tidak pernah mengunjungi ku selama aku koma, sampai tidak mengetahui jika keadaanku sudah membaik."

Gretta memutar matanya malas. Tentu saja, mengunjungi Liona di rumah sakit hanya membuang waktunya. Dia kini berdiri dari duduknya. Tak mau basa-basi seperti Darwin. Gretta langsung membentak Liona, "berani sekali kau menemui Sehan tanpa sepengetahuan kami!"

Liona mengukur senyum sinis. Ini yang dia tunggu-tunggu. "Menemui siapapun yang ku mau, aku rasa itu adalah hakku dan tak perlu meminta persetujuan siapapun karena aku sudah dewasa -"

PLAK

Gretta menampar Liona cukup keras, hingga membuat Liona terhuyung ke belakang dan nyaris ambruk.

"Kau tau, Sehan adalah laki-laki yang dijodohkan dengan Aoura. Berani sekali kau mendekatinya!"

"Sehan saja tidak melarangku untuk mendekatinya, kenapa kau harus marah?"

Gretta mengernyit tak terima. Tidak seperti biasanya, Liona berani berbicara dengan lantang padanya. Membuat Gretta semakin geram dengan anak adopsinya itu.

"Liona, pernikahanmu dan Reno dibatalkan karena kau masuk rumah sakit. Jika sekarang keadaanmu sudah membaik, urus pernikahanmu kembali!"

Gretta mengukir senyum puas setelah mendengar ucapan sang suami. Sedangkan Liona hanya menggeleng tak habis pikir.

"Kenapa kalian terus bersikap seperti ini padaku? Apa aku tidak berhak memilih siapa yang harus aku nikahi?"

"Kak Liona!" Kini Aoura berdiri. Dia meneteskan air mata, menunjukan kesedihannya pada semua orang. "Bukankah dulu kau sendiri yang mengatakan sangat mencintai kak Reno? Dan tiba-tiba kau menuduhnya mencintaiku, setelah itu kau mendekati Sehan. Apa kau ingin menghancurkan ku?"

Benar. Bukan hanya Aoura yang ingin Liona hancurkan. Tapi juga ayah dan ibunya. Semua orang yang telah menyakitinya, Liona ingin mereka juga merasakan penderitaan yang sama dengan dirinya.

"Ayah tidak ingin berita ini sampai terdengar di luar sana, adik dan kakak merebutkan satu laki-laki yang sama. Itu hanya membuat ayah malu!" Darwin berdiri. Dia kembali menatap Liona dengan tegas. "Liona, pernikahanmu dan Reno harus dilaksanakan!"

"Kenapa semuanya menutup mata? Aku sudah tidur dengan Sehan, apa aku tetap tidak boleh menikahinya?"

Hening.

Aoura terduduk kembali di sofa. Tubuhnya lemas seketika setelah mendengar ucapan Liona barusan.

"Tidak mungkin!" Aoura terisak keras.

"Aoura!" Gretta langsung menghampiri putri bungsunya karena khawatir. Dia segera menenangkan. "Aoura, Sehan tetap akan menikah denganmu. Jangan menangis ya."

Namun bukannya berhenti, Aoura justru semakin terisak.

"Satpam!" panggil Gretta. Para satpam di rumah itu menghadap. Gretta kembali memerintah, "kurung dia di gudang bawah tanah!"

Mata Liona membulat. Ingatannya seketika kembali pada beberapa tahun lalu. Saat dia masih kecil dan selalu mendapat tuduhan dari Aoura. Gretta juga sering mengurungnya di gudang bawah tanah.

Liona nyaris ambruk, namun dua satpam langsung memegang tangannya. Dia menggeleng, memberontak saat satpam itu mulai menyeretnya menuju tempat yang sangat menakutkan bagi Liona.

Namun Liona tak berhasil. Dada Liona seketika sesak, bayangan menakutkan dari masa lalunya kembali terlintas di kepalanya setelah memasuki ruang sempit dan gelap itu.

"Ibu lepaskan!"

Liona terjatuh. Dia memegang dadanya yang semakin sesak.

"Aku takut."

Tempat itu ... adalah luka yang paling menyakitkan bagi Liona.

***

Sehan duduk di sofa, menghadap kedua orang tua dan neneknya. Setelah sekian lama, akhirnya dia pulang juga ke kediaman keluarga Wiratama. Itu pun juga karena terpaksa, jika bukan telepon penting dari sang nenek yang memintanya untuk datang.

"Aku sedang sibuk," ucapnya sebelum para orang tua di sana memulai pembicaraan.

Joana menghela nafas pelan melihat sifat cucunya yang masih saja sama.

"Keluarga Atharya ingin mempercepat pernikahanmu dengan Aoura," ucap Bram langsung pada intinya. Dia tau anak bungsunya itu tidak suka berbasa-basi.

Sehan berpikir sejenak. Sepertinya itu kesempatan yang bagus untuk membicarakan semuanya. "Kenapa Aoura tidak membatalkan perjodohan ini setelah melihat aku bersama perempuan lain?"

"Apa maksudmu Sehan?" tanya Sandra mewakili sang suami dan ibu mertuanya yang tampak terkejut karena perkataan Sehan.

"Aoura tau jika aku sudah tidur dengan kakak perempuannya."

Bram, Sandra, dan juga Joana serempak tersentak kaget dengan pernyataan Sehan barusan. Tampa rasa bersalah, Sehan mengatakannya dengan begitu santai.

"Maaf pa, ma, nek. Aku ingin menikahi Liona, bukan Aoura," imbuhnya dengan tegas.

"Mama tidak suka!"

Sorot dingin Sehan kini menatap Sandra.

"Kamu tau, kakak perempuan Aoura adalah -"

"Anak adopsi," potong Sehan. Dia kemudian menghela nafas kasar. "Apa itu salah?"

"Apa kamu yakin?" kini Joana yang bertanya untuk memastikan pada sang cucu.

Namun belum sempat Sehan menjawab, ponselnya mendadak berdering. Sebuah nomor tak dikenal menelponnya, Sehan sempat berpikir sesaat. Dia ingat, Liona mengatakan akan menghubunginya kembali.

Semua orang di sana diam, memperhatikan Sehan yang mulai menjawab panggilannya.

"Halo, dengan Sehan Wiratama di sini."

'Sehan, ini Liona. Tolong aku ...'

Sehan terdiam.

'Tolong ...'

Suara Liona di seberang sana semakin melemah. Sehan langsung berdiri, tanpa mengatakan sepatah kata apa pun pada tiga orang di depannya laki-laki itu melangkah pergi begitu saja.

Joana kembali menghela nafas pelan. "Anak itu dilahirkan dan dibesarkan di rumah ini, tapi setelah dewasa ... belum sampai satu jam berada di sini saja sudah kembali pergi."

Sandra tak menghiraukan ucapan ibu mertuanya barusan. Sorot matanya masih menatap kepergian sang anak, dia masih bertanya-tanya. 'Kenapa Sehan memilih kakaknya Aoura?'

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status