Citra melanjutkan langkahnya ke kamar mandi! meski merasakan sakit. Di dalam kamar mandi. Citra membersihkan dirinya, kebetulan masih tersedia perlengkapan mandi dari mulai sabun. Shampo dan aroma terapi."Aduh ... gimana ini! aku gak bawa baju ganti? orang niatnya cuma sebentar," gumam Citra kebingungan, untungnya baju yang tadi tidak di basahi.Citra mengenakan dulu jubah mandi yang ada di tempatnya. Membungkus rambutnya dengan handuk kecil. Citra keluar membawa gamis dan kerudungnya.Yusuf yang sudah bangun, duduk di tepi tempat tidur, masih bertelanjang dada. Menatap kemunculan Citra dari kamar mandi. Kakinya yang putih mulus kelihatan sebab handuknya hanya menutupi setengahnya.Leher yang jenjang yang biasa tertutup kerudung kini nampak jelas. Membuat Yusuf menelan saliva nya sendiri. Teringat kegiatannya semalam, semakin menelan saliva yang tertahan di tenggorokan.Merasa diperhatikan. Citra menoleh, kemudian menunduk malu. "Sebaiknya Abang cepat bersih-bersih.""Oh. Iya!" sahut
Jantungnya Citra langsung berdebar-debar ikut cemas gimana kalau ketauan? hati Citra jadi semakin gusar. Lalu berdiri membereskan bekas makan, dibersihkan nya."Huuh ... jantung ku, berhenti dong berdebarnya! jangan biarkan aku gugup gini, tenang ... harus tenang!" berkali-kali menarik nafas dalam-dalam kemudian dihembuskan dengan panjang."Maaf bu! Citra menutupi kesalahan keluarga Citra," gumamnya dalam hati.Kemudian Citra menghampiri Yusuf yang duduk bersama orang tuanya. "Maaf Abang. Bisa pulang sekarang?"Yusuf menoleh Citra. "Boleh, kita pulang sekarang. Bu. Ayah, kamu pulang dulu?""Kenapa harus buru-buru sih, Bang? Ibu masih kangen juga, kenapa gak nanti siang pulangnya!" Habibah sedikit kecewa."Lain kali Citra akan main ke sini lagi. Bu!" memeluk bu Habibah."Besok-besok Ibu mau main ke tempat kalian ya, boleh ya?" rajuk Habibah."Boleh lah. Bu ... main saja. Citra juga gak ke mana-mana, cuma! aku larang bekerja biar fokus ngurus rumah dan aku juga," sahut Yusuf. Citra menat
Citra semakin ketakutan, tangannya menggenggam pergelangan Yusuf sangat erat dan bergetar. Keringat dingin pun membasahi kedua telapak tangannya.Yusuf pun kaget mendengar omongan orang itu yang ia pikir ngelantur! tangan sebelah masih memegangi perutnya yang terasa sakit, perih dan mual."Jangan kurang ajar kamu," mata Yusuf melotot sempurna."Abang! gimana ini?" bisik Citra dari balik punggung Yusuf. "Aku takut.""Aku gak tau! dan tau siapa mereka, kok tiba-tiba menyerang Abang." Yusuf menggeleng dan tetap meringis."Terus gimana dong?" wajah Citra semakin pucat ketakutan."Ha ... ha ... ha ... boleh dong ... saya pinjam istrimu yang cantik ini?" orang yang berbaju hitam itu semakin mendekat jarinya berniat mencolek dagu Citra.Namun di tepis oleh tangan Yusuf. "Anda jangan macam-macam sama istri saya," menatap gak suka."Eeh ... berani juga dia? Hebat!" menepuk-nepuk tangannya."Mana jalan ini sepi banget, boro-boro ada yang nolong kita," rajuk Citra semakin cemas.Yusuf berpikir ke
Di sebuah tempat rekreasi! Suly sedang menggandeng tangan seorang laki-laki berkaca mata hitam, dan bertopi hitam juga. Mereka asik bersenda gurau. saling mencubit dan sesekali berpelukan. Mereka tampak sangat bahagia, seperti remaja yang tengah kasmaran."Sayang! aku bahagia sekali, bisa ke sini sama kamu!" Suly mendongak sebentar menatap wajah suaminya yang berkharisma.Ikbal tersenyum lebar, dia pun merasakan yang sama dengan Suly. Mungkin ini yang namanya puber yang kesekian kalinya, jatuh cinta yang kedua kalinya pada orang yang berbeda pula!"Aku juga Cinta. Teramat sangat bahagia bersamamu saat ini," Ikbal memeluk kepala Suly lalu di ciumnya.Suly baru kali ini benar-benar merasakan jatuh cinta yang seutuhnya. Mengalami bucin disaat usia kesekian! tapi sungguh di sayangkan sebab kebahagiannya di atas derita wanita lain, di atas derita ibu dari suami keponakannya sendiri. Citra."Aku gak menyangka kamu akan membawa ku ke sini? sebab kamu bilang kemarin! bahwa hari libur akan meng
Setelah orang itu tiada! mereka berdua melanjutkan kemesraannya yang tadi tertunda. "Sayang?" panggil Suly yang berada dalam pelukan Ikbal."Hem ..." sahut Ikbal sambil membelai rambut Suly."Seandainya saja ... satu waktu nanti aku hamil gimana?" tanya Suly."Gimana ... apanya?" Ikbal balik bertanya."Iya, kalau aku hamil nanti gimana?" mengulang pertanyaan semula."Ya ... gak gimana-gimana sayang! bagus lah, jadi Yusuf punya adik doong." Jawabnya Ikbal dengan ringannya."Tapi ... aku, kan cuma istri siri buka--""Shutttth ....emangnya kamu pikir! saya tidak akan bertanggung jawab gitu? tidak sayang. Aku akan bertanggung jawab." Ikbal meyakinkan.Suly mendongak. "Iya, kah?" mengernyitkan keningnya. Baginya dia hanyalah istri siri! yang tidak berhak akan suaminya."Kenapa nampak sedih sayang ... senyum dong! jangan di tekuk gitu mukanya," ujar Ikbal menjepit dagu Suly gemas, lalu menyatukan kembali bibir mereka mereguk mainannya bibir keduanya.Setelah beberapa saat, pagutan pun terlep
Karena merasa tidak tega melihat Rani memeluk kaki Yusuf dan menangis tersedu. Citra menatap Yusuf. "Abang? kasihan dong. Allah saja maha pemaaf, masa kita sebagai umatnya tidak mau memaafkan? apapun kesalahannya."Yusuf tertegun. Namun tetap dengan pendiriannya yang keras kepala, hatinya terlalu sakit dengan semua yang pernah dia lakukan terhadap dirinya.Rani yang mendengar suara Citra mendongak, tampak wajahnya basah dengan air mata. "Siapa wanita ini? kenapa bersama Yusuf," batinnya Rani bertanya-tanya.Citra berjongkok! membantu Rani berdiri. "Bangun Mbak! jangan gitu gak enak di lihat orang." Citra menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri.Rani berdiri dan mengusap air matanya yang terus berjatuhan. "Kamu siapa! dan apanya Yusuf?" Rani menatap wajah Citra penuh rasa penasaran.Sebelum menjawab. Terlebih dahulu Citra melirik Yusuf yang matanya entah kemana. "Aku ... istrinya! Abang."Betapa terkejutnya Rani, ternyata Yusuf sudah menikah. Punya istri yang kini ada dihadapannya,
Ketika sedang asyik mengobrol, datang bu Fatma dan Suly ke rumah Yusuf. Sungguh di luar dugaan, Suly gak tau kalau Ikbal ada di sana bersama istrinya.Citra sudah berdebar-debar jantungnya tak menentu, melihat tantenya. Bukan apa? secara Suly jadi selingkuhan Ikbal masalahnya."Assalamu'alaikum ... ada besan rupanya di sini?" ucap bu Fatma nyelonong menghampiri."Wa'alaikum salam," di jawab dengan serempak.Citra menyambut. "Nenek, kok gak bilang-bilang kalau mau ke sini?" memeluk tubuh neneknya.Suly yang sadari turun dari motor sudah merasa aneh. Hatinya sudah gusar ketika melihat mobil Ikbal nongkrong di halaman rumah, mau balik lagi gak mungkin juga. Sudahlah. Nanggung masuk saja pikirnya."Apa kabar Bu Fatma? lama kita tidak bertemu ya?" Habibah memeluk bu Fatma cium pipi kanan dan kiri."Baik. Alhamdulillah sehat, gimana kabar sebaliknya? tambah cantik saja," ungkap bu Fatma. Memperhatikan penampilan Habibah."Ah. Ibu bisa saja, gini-gini juga.Tidak ada yang beda," sahutnya Habib
Suly kaget melihat Habibah, tiba-tiba berdiri depan pintu.Habibah menatap heran ke arah mereka. "Kalian belum tidur?" sapa Habibah dan menghampiri keduanya."Oh. Belum Mbak." Suly senyum samar dan tampak tegang.Mata Habibah mengitari setiap sudut ruang kamar tersebut. Dan dia mencium sesuatu yang aneh, kok ada bau-bau parfum suaminya. "Em ... ya sudah, saya mau cari suami saya dulu. Tadi pergi entah ke mana. Oya apa Suly melihat suami saya?""Lho, kan saya dari tadi di sini Mbak. Tadi suami Mbak bersama Mbak di meja makan. Kok nanya saya sih?" ketus Suly."Maksud saya ... kali saja, melihat dari jendela mungkin? itu jendela terbuka gordennya." Habibah lirih."Tidak Mbak!" Suly dengan cepat sambil menoleh ke arah jendela yang memang terbuka."Mungkin di teras mencari angin?" timpal bu Fatma, Menengahi keduanya."Iya, mungkin juga Bu. Ya, sudah saya permisi dulu, mari?" tangan Habibah mengusap pundak Suly."Silakan," bu Fatma dan Suly saling pandang. Kemudian keduanya berbaring di temp