Di sebuah tempat rekreasi! Suly sedang menggandeng tangan seorang laki-laki berkaca mata hitam, dan bertopi hitam juga. Mereka asik bersenda gurau. saling mencubit dan sesekali berpelukan. Mereka tampak sangat bahagia, seperti remaja yang tengah kasmaran."Sayang! aku bahagia sekali, bisa ke sini sama kamu!" Suly mendongak sebentar menatap wajah suaminya yang berkharisma.Ikbal tersenyum lebar, dia pun merasakan yang sama dengan Suly. Mungkin ini yang namanya puber yang kesekian kalinya, jatuh cinta yang kedua kalinya pada orang yang berbeda pula!"Aku juga Cinta. Teramat sangat bahagia bersamamu saat ini," Ikbal memeluk kepala Suly lalu di ciumnya.Suly baru kali ini benar-benar merasakan jatuh cinta yang seutuhnya. Mengalami bucin disaat usia kesekian! tapi sungguh di sayangkan sebab kebahagiannya di atas derita wanita lain, di atas derita ibu dari suami keponakannya sendiri. Citra."Aku gak menyangka kamu akan membawa ku ke sini? sebab kamu bilang kemarin! bahwa hari libur akan meng
Setelah orang itu tiada! mereka berdua melanjutkan kemesraannya yang tadi tertunda. "Sayang?" panggil Suly yang berada dalam pelukan Ikbal."Hem ..." sahut Ikbal sambil membelai rambut Suly."Seandainya saja ... satu waktu nanti aku hamil gimana?" tanya Suly."Gimana ... apanya?" Ikbal balik bertanya."Iya, kalau aku hamil nanti gimana?" mengulang pertanyaan semula."Ya ... gak gimana-gimana sayang! bagus lah, jadi Yusuf punya adik doong." Jawabnya Ikbal dengan ringannya."Tapi ... aku, kan cuma istri siri buka--""Shutttth ....emangnya kamu pikir! saya tidak akan bertanggung jawab gitu? tidak sayang. Aku akan bertanggung jawab." Ikbal meyakinkan.Suly mendongak. "Iya, kah?" mengernyitkan keningnya. Baginya dia hanyalah istri siri! yang tidak berhak akan suaminya."Kenapa nampak sedih sayang ... senyum dong! jangan di tekuk gitu mukanya," ujar Ikbal menjepit dagu Suly gemas, lalu menyatukan kembali bibir mereka mereguk mainannya bibir keduanya.Setelah beberapa saat, pagutan pun terlep
Karena merasa tidak tega melihat Rani memeluk kaki Yusuf dan menangis tersedu. Citra menatap Yusuf. "Abang? kasihan dong. Allah saja maha pemaaf, masa kita sebagai umatnya tidak mau memaafkan? apapun kesalahannya."Yusuf tertegun. Namun tetap dengan pendiriannya yang keras kepala, hatinya terlalu sakit dengan semua yang pernah dia lakukan terhadap dirinya.Rani yang mendengar suara Citra mendongak, tampak wajahnya basah dengan air mata. "Siapa wanita ini? kenapa bersama Yusuf," batinnya Rani bertanya-tanya.Citra berjongkok! membantu Rani berdiri. "Bangun Mbak! jangan gitu gak enak di lihat orang." Citra menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri.Rani berdiri dan mengusap air matanya yang terus berjatuhan. "Kamu siapa! dan apanya Yusuf?" Rani menatap wajah Citra penuh rasa penasaran.Sebelum menjawab. Terlebih dahulu Citra melirik Yusuf yang matanya entah kemana. "Aku ... istrinya! Abang."Betapa terkejutnya Rani, ternyata Yusuf sudah menikah. Punya istri yang kini ada dihadapannya,
Ketika sedang asyik mengobrol, datang bu Fatma dan Suly ke rumah Yusuf. Sungguh di luar dugaan, Suly gak tau kalau Ikbal ada di sana bersama istrinya.Citra sudah berdebar-debar jantungnya tak menentu, melihat tantenya. Bukan apa? secara Suly jadi selingkuhan Ikbal masalahnya."Assalamu'alaikum ... ada besan rupanya di sini?" ucap bu Fatma nyelonong menghampiri."Wa'alaikum salam," di jawab dengan serempak.Citra menyambut. "Nenek, kok gak bilang-bilang kalau mau ke sini?" memeluk tubuh neneknya.Suly yang sadari turun dari motor sudah merasa aneh. Hatinya sudah gusar ketika melihat mobil Ikbal nongkrong di halaman rumah, mau balik lagi gak mungkin juga. Sudahlah. Nanggung masuk saja pikirnya."Apa kabar Bu Fatma? lama kita tidak bertemu ya?" Habibah memeluk bu Fatma cium pipi kanan dan kiri."Baik. Alhamdulillah sehat, gimana kabar sebaliknya? tambah cantik saja," ungkap bu Fatma. Memperhatikan penampilan Habibah."Ah. Ibu bisa saja, gini-gini juga.Tidak ada yang beda," sahutnya Habib
Suly kaget melihat Habibah, tiba-tiba berdiri depan pintu.Habibah menatap heran ke arah mereka. "Kalian belum tidur?" sapa Habibah dan menghampiri keduanya."Oh. Belum Mbak." Suly senyum samar dan tampak tegang.Mata Habibah mengitari setiap sudut ruang kamar tersebut. Dan dia mencium sesuatu yang aneh, kok ada bau-bau parfum suaminya. "Em ... ya sudah, saya mau cari suami saya dulu. Tadi pergi entah ke mana. Oya apa Suly melihat suami saya?""Lho, kan saya dari tadi di sini Mbak. Tadi suami Mbak bersama Mbak di meja makan. Kok nanya saya sih?" ketus Suly."Maksud saya ... kali saja, melihat dari jendela mungkin? itu jendela terbuka gordennya." Habibah lirih."Tidak Mbak!" Suly dengan cepat sambil menoleh ke arah jendela yang memang terbuka."Mungkin di teras mencari angin?" timpal bu Fatma, Menengahi keduanya."Iya, mungkin juga Bu. Ya, sudah saya permisi dulu, mari?" tangan Habibah mengusap pundak Suly."Silakan," bu Fatma dan Suly saling pandang. Kemudian keduanya berbaring di temp
"Apa ini?" telunjuk Habibah menunjuk leher Ikbal yang ada warna merahnya.Ikbal sangat terkejut. "Apa emang?" pura-pura gak tahu. "Oh ... ini? iya tadi saya merasa masuk angin dan di kerok sendiri di kamar mandi," elak Ikbal sambil memegangi lehernya.Habibah mengernyitkan keningnya. "Kenapa gak suruh Ibu untuk mengerok Ayah?""Ah, sudah sembuh kok, jangan khawatir!" mencoba menyembunyikan kegugupannya. "Ayo, masuk," merangkul pinggang Habibah diajaknya masuk.Citra dan Yusuf sedang asyik berdua menyiapkan makan malam. Namun dalam hati Citra tetap bergejolak. Gimana kalau ibu mertua tahu? perselingkuhan suaminya. Alangkah hancurnya hati beliau nanti.Sementara dalam pikiran Yusuf tiba-tiba terlintas nama Rani yang kini diberitakan mencoba bunuh diri. "Ah, buat apa aku mengingatnya, biar saja! itu hukuman yang harus dia terima." Yusuf menggelengkan kepalanya."Abang kanapa?" tanya Citra selintas melihat Yusuf menggeleng."Ha ... tidak ke napa-napa!" jawabnya dengan nada dingin."Oh, kal
Lek lek lek, suara air yang Ikbal minum. Terdengar jelas dari tenggorokan nya. "Buat apa beli motor?" tanya Ikbal."Ya ... untuk keluar, belanja. Atau main ke sini Yah, aku kesepian terus di rumah.""Banyak kendaraan online lebih aman, gak harus cape bawa. Tinggal duduk! beres," Ikbal berdalih dengan bermacam alasan."Tapi, Yah ... motor itu impian Ibu sejak lama. Masa Ayah tidak mau belikan?" rajuk Habibah lagi dengan wajah yang merengut."Bu-bukan tidak mau belikan Ibu sayang ... tapi kegunaannya itu buat apa ... kan ibu jarang keluar juga, hanya untuk koleksi saja gitu?" ujar Ikbal."Ya pasti berguna dong, aku pakai belanja dan aku pake ke pengajian yang agak jauh pake motor juga, mau ketemu Citra? bawa motor. Berguna, kan Yah?" Bu habibah terus merajuk."Kenapa tidak dibelikan aja, Yah? kasian Ibu, nanti gak bisa tidur gimana!" timpal Yusuf pada sang ayah yang begitu malas untuk membelikan sesuatu yang menjadi impian ibunya itu."Bukan gak mau belikan! tabungan saya tipis habis bel
"Jujur! saya tidak habis pikir, bukannya dia sudah bahagia hidup bersama suaminya itu? terus kenapa jadi begitu!" sambung Yusuf."Iya, mulanya memang bahagia. Tapi ... lama ke lamaan, keluar sipat aslinya--" sesaat pak Andi menggantung ucapannya.Yusuf senyum sinis. "hem.""Rani, sering kena pukul, mengalami KDRT. Sehingga mengalami kontraksi yang cukup hebat dan akhirnya dia keguguran," lanjut pak Andi."Tidak sampai situ saja, sipat buruk suaminya semakin menjadi! sampai akhirnya Rani menggugat cerai." Risna meneruskan ucapan suaminya."Kami tahu. Rani sudah menyia-nyiakan Abang, makanya kami mohon ... dengan sangat. maafkan Rani?" ujar pak Andi lagi."Sesungguhnya kami sadar, tak sepantasnya kami datang ke sini untuk memohon maaf. Kami tahu kesalahan putri kami yang begitu besar terhadap Abang," tambah bu Risna masih dengan terisak.Yusuf menghela napas panjang. kemudian di hembuskan pelan-pelan. "Huuh ... saya."Semua mata tertuju pada Yusuf, penasaran ingin tahu jawabannya.Mata Y