Citra semakin ketakutan, tangannya menggenggam pergelangan Yusuf sangat erat dan bergetar. Keringat dingin pun membasahi kedua telapak tangannya.Yusuf pun kaget mendengar omongan orang itu yang ia pikir ngelantur! tangan sebelah masih memegangi perutnya yang terasa sakit, perih dan mual."Jangan kurang ajar kamu," mata Yusuf melotot sempurna."Abang! gimana ini?" bisik Citra dari balik punggung Yusuf. "Aku takut.""Aku gak tau! dan tau siapa mereka, kok tiba-tiba menyerang Abang." Yusuf menggeleng dan tetap meringis."Terus gimana dong?" wajah Citra semakin pucat ketakutan."Ha ... ha ... ha ... boleh dong ... saya pinjam istrimu yang cantik ini?" orang yang berbaju hitam itu semakin mendekat jarinya berniat mencolek dagu Citra.Namun di tepis oleh tangan Yusuf. "Anda jangan macam-macam sama istri saya," menatap gak suka."Eeh ... berani juga dia? Hebat!" menepuk-nepuk tangannya."Mana jalan ini sepi banget, boro-boro ada yang nolong kita," rajuk Citra semakin cemas.Yusuf berpikir ke
Di sebuah tempat rekreasi! Suly sedang menggandeng tangan seorang laki-laki berkaca mata hitam, dan bertopi hitam juga. Mereka asik bersenda gurau. saling mencubit dan sesekali berpelukan. Mereka tampak sangat bahagia, seperti remaja yang tengah kasmaran."Sayang! aku bahagia sekali, bisa ke sini sama kamu!" Suly mendongak sebentar menatap wajah suaminya yang berkharisma.Ikbal tersenyum lebar, dia pun merasakan yang sama dengan Suly. Mungkin ini yang namanya puber yang kesekian kalinya, jatuh cinta yang kedua kalinya pada orang yang berbeda pula!"Aku juga Cinta. Teramat sangat bahagia bersamamu saat ini," Ikbal memeluk kepala Suly lalu di ciumnya.Suly baru kali ini benar-benar merasakan jatuh cinta yang seutuhnya. Mengalami bucin disaat usia kesekian! tapi sungguh di sayangkan sebab kebahagiannya di atas derita wanita lain, di atas derita ibu dari suami keponakannya sendiri. Citra."Aku gak menyangka kamu akan membawa ku ke sini? sebab kamu bilang kemarin! bahwa hari libur akan meng
Setelah orang itu tiada! mereka berdua melanjutkan kemesraannya yang tadi tertunda. "Sayang?" panggil Suly yang berada dalam pelukan Ikbal."Hem ..." sahut Ikbal sambil membelai rambut Suly."Seandainya saja ... satu waktu nanti aku hamil gimana?" tanya Suly."Gimana ... apanya?" Ikbal balik bertanya."Iya, kalau aku hamil nanti gimana?" mengulang pertanyaan semula."Ya ... gak gimana-gimana sayang! bagus lah, jadi Yusuf punya adik doong." Jawabnya Ikbal dengan ringannya."Tapi ... aku, kan cuma istri siri buka--""Shutttth ....emangnya kamu pikir! saya tidak akan bertanggung jawab gitu? tidak sayang. Aku akan bertanggung jawab." Ikbal meyakinkan.Suly mendongak. "Iya, kah?" mengernyitkan keningnya. Baginya dia hanyalah istri siri! yang tidak berhak akan suaminya."Kenapa nampak sedih sayang ... senyum dong! jangan di tekuk gitu mukanya," ujar Ikbal menjepit dagu Suly gemas, lalu menyatukan kembali bibir mereka mereguk mainannya bibir keduanya.Setelah beberapa saat, pagutan pun terlep
Karena merasa tidak tega melihat Rani memeluk kaki Yusuf dan menangis tersedu. Citra menatap Yusuf. "Abang? kasihan dong. Allah saja maha pemaaf, masa kita sebagai umatnya tidak mau memaafkan? apapun kesalahannya."Yusuf tertegun. Namun tetap dengan pendiriannya yang keras kepala, hatinya terlalu sakit dengan semua yang pernah dia lakukan terhadap dirinya.Rani yang mendengar suara Citra mendongak, tampak wajahnya basah dengan air mata. "Siapa wanita ini? kenapa bersama Yusuf," batinnya Rani bertanya-tanya.Citra berjongkok! membantu Rani berdiri. "Bangun Mbak! jangan gitu gak enak di lihat orang." Citra menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri.Rani berdiri dan mengusap air matanya yang terus berjatuhan. "Kamu siapa! dan apanya Yusuf?" Rani menatap wajah Citra penuh rasa penasaran.Sebelum menjawab. Terlebih dahulu Citra melirik Yusuf yang matanya entah kemana. "Aku ... istrinya! Abang."Betapa terkejutnya Rani, ternyata Yusuf sudah menikah. Punya istri yang kini ada dihadapannya,
Ketika sedang asyik mengobrol, datang bu Fatma dan Suly ke rumah Yusuf. Sungguh di luar dugaan, Suly gak tau kalau Ikbal ada di sana bersama istrinya.Citra sudah berdebar-debar jantungnya tak menentu, melihat tantenya. Bukan apa? secara Suly jadi selingkuhan Ikbal masalahnya."Assalamu'alaikum ... ada besan rupanya di sini?" ucap bu Fatma nyelonong menghampiri."Wa'alaikum salam," di jawab dengan serempak.Citra menyambut. "Nenek, kok gak bilang-bilang kalau mau ke sini?" memeluk tubuh neneknya.Suly yang sadari turun dari motor sudah merasa aneh. Hatinya sudah gusar ketika melihat mobil Ikbal nongkrong di halaman rumah, mau balik lagi gak mungkin juga. Sudahlah. Nanggung masuk saja pikirnya."Apa kabar Bu Fatma? lama kita tidak bertemu ya?" Habibah memeluk bu Fatma cium pipi kanan dan kiri."Baik. Alhamdulillah sehat, gimana kabar sebaliknya? tambah cantik saja," ungkap bu Fatma. Memperhatikan penampilan Habibah."Ah. Ibu bisa saja, gini-gini juga.Tidak ada yang beda," sahutnya Habib
Suly kaget melihat Habibah, tiba-tiba berdiri depan pintu.Habibah menatap heran ke arah mereka. "Kalian belum tidur?" sapa Habibah dan menghampiri keduanya."Oh. Belum Mbak." Suly senyum samar dan tampak tegang.Mata Habibah mengitari setiap sudut ruang kamar tersebut. Dan dia mencium sesuatu yang aneh, kok ada bau-bau parfum suaminya. "Em ... ya sudah, saya mau cari suami saya dulu. Tadi pergi entah ke mana. Oya apa Suly melihat suami saya?""Lho, kan saya dari tadi di sini Mbak. Tadi suami Mbak bersama Mbak di meja makan. Kok nanya saya sih?" ketus Suly."Maksud saya ... kali saja, melihat dari jendela mungkin? itu jendela terbuka gordennya." Habibah lirih."Tidak Mbak!" Suly dengan cepat sambil menoleh ke arah jendela yang memang terbuka."Mungkin di teras mencari angin?" timpal bu Fatma, Menengahi keduanya."Iya, mungkin juga Bu. Ya, sudah saya permisi dulu, mari?" tangan Habibah mengusap pundak Suly."Silakan," bu Fatma dan Suly saling pandang. Kemudian keduanya berbaring di temp
"Apa ini?" telunjuk Habibah menunjuk leher Ikbal yang ada warna merahnya.Ikbal sangat terkejut. "Apa emang?" pura-pura gak tahu. "Oh ... ini? iya tadi saya merasa masuk angin dan di kerok sendiri di kamar mandi," elak Ikbal sambil memegangi lehernya.Habibah mengernyitkan keningnya. "Kenapa gak suruh Ibu untuk mengerok Ayah?""Ah, sudah sembuh kok, jangan khawatir!" mencoba menyembunyikan kegugupannya. "Ayo, masuk," merangkul pinggang Habibah diajaknya masuk.Citra dan Yusuf sedang asyik berdua menyiapkan makan malam. Namun dalam hati Citra tetap bergejolak. Gimana kalau ibu mertua tahu? perselingkuhan suaminya. Alangkah hancurnya hati beliau nanti.Sementara dalam pikiran Yusuf tiba-tiba terlintas nama Rani yang kini diberitakan mencoba bunuh diri. "Ah, buat apa aku mengingatnya, biar saja! itu hukuman yang harus dia terima." Yusuf menggelengkan kepalanya."Abang kanapa?" tanya Citra selintas melihat Yusuf menggeleng."Ha ... tidak ke napa-napa!" jawabnya dengan nada dingin."Oh, kal
Lek lek lek, suara air yang Ikbal minum. Terdengar jelas dari tenggorokan nya. "Buat apa beli motor?" tanya Ikbal."Ya ... untuk keluar, belanja. Atau main ke sini Yah, aku kesepian terus di rumah.""Banyak kendaraan online lebih aman, gak harus cape bawa. Tinggal duduk! beres," Ikbal berdalih dengan bermacam alasan."Tapi, Yah ... motor itu impian Ibu sejak lama. Masa Ayah tidak mau belikan?" rajuk Habibah lagi dengan wajah yang merengut."Bu-bukan tidak mau belikan Ibu sayang ... tapi kegunaannya itu buat apa ... kan ibu jarang keluar juga, hanya untuk koleksi saja gitu?" ujar Ikbal."Ya pasti berguna dong, aku pakai belanja dan aku pake ke pengajian yang agak jauh pake motor juga, mau ketemu Citra? bawa motor. Berguna, kan Yah?" Bu habibah terus merajuk."Kenapa tidak dibelikan aja, Yah? kasian Ibu, nanti gak bisa tidur gimana!" timpal Yusuf pada sang ayah yang begitu malas untuk membelikan sesuatu yang menjadi impian ibunya itu."Bukan gak mau belikan! tabungan saya tipis habis bel
"Assalamualaikum Ibu apa kabar? Ucap Citra pada bu Habibah. Lantas memeluk dan mencium nya."Wa'alaikumus salam ... sendiri aja Neng?" Bu Habibah balik bertanya sembari memeluk mantunya tersebut.Rahadi hanya menatap kedua wanita yang berada di hadapannya itu dengan hati yang bertanya-tanya siapa kah gadis ini. Putrinya kah?Kemudian pelukan mereka berdua pun memudar seraya sama-sama melirik ke arah pria yang sudah sedari tadi bengong melihat mereka berdua.Citra ingin bertanya siapakah pria tersebut? yang dari tadi bersama ibu mertuanya.Namun sebelum Citra bertanya Ibu Habibah lebih dulu mengenalkan teman pria nya pada sang mantu."Neng kenalkan, ini teman lama ibu namanya om Rahadi. Setelah 10 tahun kami tidak bertemu baru kali ini kami bertemu lagi," ucap Bu Habibah yang mengenalkan citra sama Rahadi.Rahadi pun berdiri mengeluarkan tangannya kepada Citra seraya berkata dengan ramah. "Kenalkan nama saya Rahadi teman lamanya Habibah, kami sudah puluhan tahun tidak bertemu!"Citra m
Pagi-pagi Citra seperti biasa, menyiapkan sarapan buat sang suami yang mau ke kantor."Bang, ini sarapannya sudah siap." Citra menyajikan sarapan di hadapan Yusuf yang tampak sibuk dengan gawai nya."Iya sayang, makasih ..." Yusuf sejenak mengangkat wajahnya dan mengulas senyuman pada istri nya tersebut.Selesai sarapan, Yusuf langsung berpamitan untuk ke kantor. "Aku pergi dulu, mau bareng gak?""Nggak, aku kan siang masa kerjanya. Masa jam segini sudah pergi ... Mau nyubuh Pak ..." Citra menggeleng sembari menarik piring bekas sang suami.Yusuf beranjak dari duduknya sambil memasukan gawai ke dalam saku nya dan meraih tas tangan, berjalan menuju keluar rumah.Citra pun mengantar sampai teras, wanita cantik dan berkerudung tersebut mencium tangan sang suami penuh hormat."Hati-hati ya bawa mobilnya. Dan nanti malam mau di masakin apa?" Citra menatap suaminya penuh tanya."Nggak tahu soalnya kalau sibuk berarti nggak makan di rumah, gimana nanti aja lah dikasih informasi! ya udah seka
Di sebuah sekolah kanak-kanak, Citra sedang mengajar anak-anak membaca doa-doa pendek.Dengan mengajar, hatinya tidak terlalu kesepian dengan belum adanya seorang anak dari rahimnya. Lagian pernikahan Citra baru genap satu tahun."Sekarang, Ibu mau bertanya sama kalian semua. Siapa yang tahu doa mau makan?" tanya Citra."Saya, Bu." Jawab anak-anak serempak."Siapa yang bisa doa sesudah makan?" tanya lagi Citra."Saya, Bu ..." jawab mereka kembali dengan riuhnya."Nah siapa yang tidak pernah lupa membacanya?" tanya Citra lagi menatap ke arah semuanya."Saya, Bu ... selalu baca," Ada juga yang menjawab. "Saya suka lupa, Bu ..." jawabannya menjadi beragam.Bibir Citra tersenyum lebar. "Oke, untuk hari ini cukup di sini dulu belajarnya ya? sampai ketemu lagi hari esok. Yu kita tutup dengan bacaan hamdalah." Citra menuntun dengan membaca hamdalah yang diikuti oleh anak-anak.Mereka sangat serempak membaca doa. Dan sangat senang dengan berakhirnya jam pelajaran.Setelah semua murid pulang.
Syila uring-uringan. Setibanya di kamar, yang tadinya mau menggoda malah di cuekin dan orangnya menghilang begitu saja."Kemana sih? bego amat jadi orang mau di suguhi yang barang berkualitas aja gak mau." Gerutu Shila sambil meremas piyamanya.Sementara Yusuf. Kini sudah berada di dalam kamarnya, sengaja tingkahnya sedikit mengendap takut kedengaran oleh telinga Syila yang berada di kamarnya."Enak saja mau membohongi ku, dengan alasan air tidak nyala Segala! aku khawatir nantinya akan menjadi fitnah."Kemudian Yusuf membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Memejamkan kedua matanya tuk merehatkan segala lelah dan penat dari seharian beraktivitas. Namun sebelumnya mengirim pesan buat sang istri walau hanya sekedar mengucapkan met istirahat.Di hari ke sekian, pagi-pagi pintu kamar Yusuf sudah di ketuk dari luar ketika Yusuf buka, Syila sudah berdiri masih memakai piyama, belum mandi. Alis Yusuf bertaut menatap ke arah Syila dan jarum jam bergantian."Kenapa belum mandi?" selidik Yusuf.
Saat ini Yusuf sudah berada di kota Bandung dalam urusan kerjaan, dan di dampingi oleh Syila sebagai asisten dan sekaligus sahabat lama nya Yusuf.Setalah mengadakan meeting, Yusuf dan Syila berada di sebuah restoran, Tengah makan siang."Kalau boleh tahu sudah lama? kamu menikah dengan Citra?" tanya Syila menatap lekat ke arah Yusuf yang anteng dengan makannya."Hem, sekitar ... ya kurang lebih satu tahunan lah." Jawabnya Yusuf terbilang singkat."Ooh," membulatkan bibirnya."Kamu sendiri sudah menikah belum? orang mana suami mu?" balik tanya Yusuf sekilas menatap Syila. Kemudian menundukkan kepala melanjutkan kembali makannya."Apa gak kamu lihat aku masih singel begini? masih bersegel lah." Jawab Syila sedikit malu-malu.Seusai makan siang keduanya meninggalkan resto dan kembali ke kantor untuk melanjutkan tugas-tugas yang masih menumpuk tentunya.Syila yang satu ruangan dengan Yusuf, sering mencuri pandang ke arah bos nya itu. Lama-lama dilihat Yusuf semakin tampan dan bersahaja,
Citra masuk ke dalam kamar, dan mendapati sang suami sudah duduk bersandar di bahu tempat tidur. Menatap ke arahnya, Citra berjalan menghampiri."Lama sih sayang?" ucap Yusuf menatap lekat sang istri,"Apa yang lama? bentar kok nyuci dulu, gimana kalau semalaman? Aneh deh." Citra tak mau kalah."Sini, duduk bersama ku?" kata Yusup sambil menepuk-nepuk tempat di sebelahnya.Citra yang masih berdiri di tepi tempat tidur, pada akhirnya menuruti permintaan sang suami. Ia merangkak naik dan duduk di sebelah Yusuf.Yusuf mendekat dan merapatkan tubuhnya dangan sang istri. Tangannya langsung mendekap penuh kehangatan. "Gimana cerita hari ini hem?" tanya Yusuf sambil jarinya mengelus pipi sang istri."Cerita hari ini, tidak ada yang menarik. Lagian seharian ini aku berada di rumah, jadi gak ada yang harus di ceritakan." Balas Citra sambil membuka kerudung. Mengurai rambut indahnya."Besok aku harus ke luar kota, ada urusan kantor," ungkap Yusuf tangan terus bergerak mengelus pipi sang istri d
"Oh, iya Nek ... makasih ya Nek?" balas Citra dan menempelkan kepala di bahu sang nenek."Oya, Tante mau minum apa? Nenek juga, aku akan buatkan." Citra menoleh tante dan neneknya bergantian.Suly mendongak. "Nggak usah Citra, Tante gak haus. Lagian gak akan lama kok.""Ya, udah. Aku ambil buat Nenek saja." Citra ngeloyor ke belakang."Kenapa, buru-buru? ke sini juga jarang-jarang, oya berapa bulan kehamilannya? sepertinya gak lama juga lahiran deh," ujar Habibah dengan senyuman ramahnya."Menginjak 8 bulan." Suly makin tegang. Ia merasa gak nyaman di hadapan bekas madunya itu."Wah ... bentar lagi juga lahiran ya, apa jenis kelaminnya?" tanya lagi bu Habibah.Suly tidak merespon. Ia malah sibuk dengan ponselnya, sibuk membalas chat dari seseorang.Bu Fatma yang melihat itu langsung menjawab pertanyaan Habibah. "Kalau hasil USG sih perempuan, tapi gak tau kalau nanti lahirnya. Siapa tahu Allah kasih keajaiban, kan kita gak tau.""Oh, iya bener Bu ... benar sekali. wah ... Citra, benta
Beberapa bulan kemudian, Habibah sudah resmi bercerai dengan Ikbal. Soal harta gono gini tentu Habibah menang banyak, pertama ... emang ada dari awal mulanya. Kedua Ikbal yang membuat kesalahan, menikah tanpa sepengatahuan istri tua.Citra yang merasa sepi, kini memilih mengajar anak-anak di TK yang letaknya tak jauh dari kompleks. Citra sangat menikmati perannya sebagai guru TK mengajar dan banyak bermain dengan anak-anak. Kadang juga Citra diajak Yusuf bila ada pertemuan urusan kerjaan di kantor sebagai istri CEO.Habibah pun sering berada di rumah sang putra, Yusuf, dan ikut ke TK bersama Citra. Bila mengajar, bermain dengan anak-anak. Dengan cepat Habibah bangkit dari keterpurukkan hati yang luka, kini dalam hidupnya hanya ada putra semata wayang dan mantu kesayangannya. Tanpa ada kata suami yang mendampingi hidupnya lagi.Setelah bercerai, Ikbal keluar dari kantor yang selama ini membesarkan namanya. Meskipun saham terbagi tiga, Habibah, darinya dan sang putra. Namun ia merasa mal
"Sudah dong jangan marah, kalau kamu marah, aku tidak tahu harus pulang kemana?" ucap Ikbal dengan pelan."Pulang saja ke istri tua mu, bingung amat." Ketus Suly sambil menurunkan selimutnya sedikit.Hati Ikbal jadi mencelos mendengar ucapan Suly barusan. "Gimana aku mau pulang? kalau istriku sudah menolak ku dan sebentar lagi akan menggugat cerai." Pelan dan menghembuskan nafasnya kasar dari hidung.Suly terperangah, sangat terkejut mendengar kata-kata dari Ikbal. "Apa? apa yang kau bilang barusan." Suly mendudukkan dirinya.Wajah Ikbal nampak masih lesu. "Iya, dia sudah tahu kita menikah. Dia marah dan langsung ingin menggugat cerai."Suly termangu, dalam pikirannya berjubel kemarahan Habibah dan terbesit di pikirannya. Kalau dirinyalah yang jadi pemicu kehancuran rumah tangga Ikbal dan Habibah.Hening!Keduanya terdiam membisu seribu bahasa, namun tangan Suly mendekap tubuh Ikbal. Memeluknya sangat erat.Begitupun Ikbal membalas pelukan Suly sangat erat. Sementara waktu yang terdeng