Alexa tidak banyak rewelnya seperti yang di katakan Clara atau mungkin Clara yang terlalu khawatir dengan putrinya yang baru pertama kalinya William ajak keluar melihat dunia luar.Entahlah.William tak banyak mengerti dan sedang mengenal Alexa dengan pendekatan seperti ini.“Mau lagi pienya?” William pesankan camilan kesukaan Alexa—pie apel—yang sama persis seperti dirinya. Fix! Alexa adalah William dalam versi perempuan berparas cantik. “Seenak itu?”“Enak sekali. Aku tak bisa berhenti mengunyah karena ini terlalu lembut di mulutku. Milik Stella tiada tandingannya.”Ya. Walaupun membelikan camilan sekelas pie apel pun, William tidak asal dalam memesannya. Pasti dari orang terdekat atau yang memang sudah dirinya percayai untuk bisa menjadi asupan anak-anaknya.“Papa belum selesai?” Alexa minum susu yang di bawakan Clara. “Aku takkan mengganggu.”Anggukan kepala William sudah cukup menjadi penjelas untuk Alexa mengerti.“Kau masih ingin duduk di sini atau di ruangan papa?”“Tidak. Aku
“Kau bisa memakan cokelatmu sekarang sebelum akhirnya akan dilarang.” Adam berdiri dan meninggalkan Alexa dengan cokelat serta isi kepalanya yang sedang penuh. “Tuan Bruke mencarimu. Kupikir, masalahmu dengan Bradley belum usai.”“Tentang apa?”“Kau tahu apa maksudku. Harta memang sesuatu yang mengguncang. Bandingmu yang kau lakukan di pengadilan beberapa tahun lalu tak membuahkan hasil. Bukankah itu sudah sesuai dengan yang tertera?”Adam adalah sahabat dekat William tapi masih tak pernah mengerti dengan keluarga Anderson yang berantakan. Uang bagi mereka bukanlah yang menjadi masalah. Tapi saat sang pemimpin pergi untuk selamanya, ada hak lain yang ingin memiliki.“Saham Lucas dan saham milik Jazzy, tak bisa ada di tangan Bradley sampai kapan pun sekali pun mereka adalah ibu dan anak. Perwalian Lucas dan Jazzy, sepenuhnya jatuh ke tanganku dan Austin. Bradley tetap menjadi orang asing walaupun menikah secara sah oleh Anderson.” William menjelaskan.Soal harta, William akan menjadi s
“Apa kau masih sering menemuinya di penjara?” William tidak menawarkan minum atau sekadar mengajak Tuan Bruke untuk duduk di sofa ruangannya. “Aku rasa, urusan pembagian harta serta saham sudah jelas tertera dan pengadilan memutuskan berdasarkan banyaknya pertimbangan. Apa itu merugikan Bradley?”Tuan Bruke membenarkan letak kaca matanya dan tersenyum. Pria paruh baya itu sudah lama menjadi orang kepercayaan keluarga Anderson bahkan di saat Anderson masih ada. Dan akan tetap seperti itu alurnya selama keluarga Anderson masih ingin mempergunakan dirinya.“Bradley ingin sebagian saham milik Lucas dan Jazzy. Dia tak mengatakan banyak padaku hanya saja saat keluar dari penjara nanti, Bradley ingin kembali ke kampong halamannya. Dia ingin menjauh dari segala hiruk pikuk dan mencari ketenangan. Aku hanya menemuinya dua kali selama Bradley di penjara. Dan ini pertama kalinya dia meminta.”William diam. Jari-jarinya mengusap dagunya dan berpikir. Pernah di khianati membuat William tahu dan sa
Introvert adalah tipikal orang yang lebih senang menghabiskan waktu sendirian atau dengan satu atau dua orang teman yang mereka rasa dekat. Introvert sering membutuhkan waktu menyendiri untuk memulihkan energy setelah berada dalam lingkungan sosial.Introvert adalah jenis kepribadian yang cenderung lebih fokus kepada perasaan dan pikiran yang berasal dari dalam diri. Orang introvert cenderung memproses sesuatu secara internal dan berpikir dahulu sebelum bicara, dan juga lebih memilih apa yang perlu diungkapkan pada orang lain atau tdak.Jazzy mematikan layar ponselnya begitu usai membaca beberapa artikel tentang kepribadian seseorang. Dan mendapati yang terakhir, Jazzy mulai bertanya-tanya tentang dirinya sendiri.Apakah dirinya masuk ke dalam kategori introvert?Apakah dirinya sering merasa kelelahan setelah beraktivitas di luar rumah?Apakah dirinya tipe yang pemikir saat hendak melakukan sesuatu?Atau … yang mana?Jazzy bingung menentukan tentang dirinya sendiri. Apa hanya karena s
Jazzy terdiam dan kembali mengambil camilannya. Sejenak mengabaikan apa yang Clara tanyakan. Mencoba memikirkan apa yang seharusnya Jazzy jadikan sebuah jawaban. Tapi sungguh, Jazzy tak menemukan satu pun dari semua yang dirinya rasakan selama ini. Itu terlalu sulit untuk diungkapkan.“Oke, kau tak perlu memberikan aku jawaban apa yang kau rasakan. Datang dan cukup kaatakan padaku di saat kau sudah siap. Sekarang, aku coba akan membantumu dengan sedikit membacakan tentang apa itu kepribadian ekstrovert.”Jazzy mengangguk sekali lagi dan Clara mengelusi rambut halus Jazzy sebelum memfokuskan pada deretan kalimat di layar ponsel.“Jadi Carl Gustav Jung atau yang lebih akrab dengan Carl Jung mendefiniskan kepribadian adalah keseluruhan akan perasaan, pemikiran dan tingkah laku baik sadar maupun tidak. Di sini, Carl Jung membagi dua kepribadian yaitu introvert yang sudah kau baca tadi dan ekstrovert yang artinya kepribadian yang lebih cenderung menikmati ruang bebas yang aktif dengan cara
“Soal saham?” ulang Austin dengan bingung. “Untuk apa?”William datang berkunjung di malam hari selepas dari kantornya. Hari ini jadwalnya cukup padat sehingga harus terlambat pulang. Belum lagi dengan urusan saham yang di sampaikan oleh Tuan Bruke pagi tadi.“Aku heran dengan Bradley. Bukankah sudah jelas tertera dan pengadilan memutuskan bahwa hak asuk Lucas dan Jazzy jatuh kepada kita. Artinya, dia sudah bukan lagi bagian dari keluarga Anderson. Lalu untuk apa?”Kedua bahu William terangkat. Sikap tak pedulinya mulai mencuat di tambah dengan kondisi moodnya yang memburuk lantaran kelelahan. Pasti sangat merepotkan—batin Austin sembari menyesap kopi hitam pahitnya.“Aku akan mencoba menemui Tuan Bruke dan membicarakan ini dengan Bradley. Terkadang, aku hanya sedikit trauma dengan apa yang pernah Bradley lakukan kepada Clara.”Dengan jelas Austin melihat darah bercecer di lantai dan Clara yang hampir kehilangan denyut nadinya. Hidup dan mati Clara ada di tangannya kala itu. Terlambat
“Mama bilang apa soal es krim?”William hanya bersandar pada pintu masuk menuju dapur rumahnya. Ada Clara yang sedang mengaduk sesuatu di atas penggorengan dan Axel yang di sisinya dengan sekotak es krim.“Aku akan gosok gigi setelah ini.” Negosiasi Axel bersama Clara—di mata William—selalu gagal. Putra pertamanya itu, Clara mendidilnya sedikit keras. “Mama, ayolah.” Axel masih terus merayu dan Clara mengembuskan napasnya dengan pelan.Tatapan mata Clara selalu lembut sekeras apa pun ketiga anaknya selalu meminta. Dan William bangga dengan sifat Clara; sabar dan penuh cinta.“Axel, mama tak ingin mengambil risiko soal kau yang akan sakit gigi di kemudian hari atau papa yang akan memergokinya setelah ini. Kau tahu bagaimana papa?”Dan Axel selalu diam jika sudah nama William yang disebutkan.“Terkadang, papa memang memberimu kesempatan tapi bukan untuk selalu kau lakukan. Sekarang, keputusan ada di tanganmu.”“Baiklah.” Axel menunduk lesu dan pergi dari sana. Berjalan dengan enggan dan
Karena yang namanya waktu terus berlalu, bergulir dan bahkan berganti. Maka manusianya juga meng-upgrade dirinya sendiri ke arah yang lebih baik atau yang lebih buruk sekali pun. Itu tergantung dari manusianya sendiri. Toh hidupnya ada di tangannya sendiri. Dan setiap apa pun yang ingin dilakukan adalah atas dasar keputusannya. Bukan orang lain yang mengatur dan ikut-ikut berkomentar.Sama halnya yang terjadi pada Jazzy. Mikaela juga termasuk dalam kategori merubah dirinya. Dua gadis remaja itu benar-benar melakukan perubahan besar terutama pada rambutnya. Yang membuat Alaina melihatnya geleng-geleng.“Serius?” katanya berteriak. “Kaela, kau punya mama—masih punya mama—dan Jazzy kau masih punya aku sebagai kakakmu, Clara seperti mamamu dan juga Austin serta William! Kalian serius melakukan ini? Astaga!”Yang kebakaran jenggot hanya Alaina seorang. Sedang Clara tampak tersenyum girang. Sesekali memegang ujung rambut Jazzy dan Kaela secara bergantian. Jika boleh jujur, Clara suka dengan