Beranda / Fantasi / Menghancurkan Dunia Demi Dia / Chapter 3: Menghancurkan Dunia

Share

Chapter 3: Menghancurkan Dunia

Penulis: Zefreud
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Saat berusia 20 tahun, aku pernah mencintai seorang gadis. Rambut hitamnya diikat, wajahnya seolah dipahat dipadukan dengan senyumnya yang memikat. Belum lagi sifatnya yang periang dan suka membantu orang, aku sangat menyukai segala hal tentangnya. Tapi, sepertinya dia tidak memiliki perasaan yang sama terhadapku. Yah, aku tidak terlalu memikirkannya, lagipula cinta memang perlu perjuangan.

Saat itu aku sudah mendapatkan kekuatan untuk melihat masa depan, kekuatan ini aktif saat aku melihat seseorang, tapi tidak ada yang benar-benar penting tentang masa depan warga desa, hanya ada satu orang yang masa depannya bisa dianggap genting… si gadis.

Aku melihat bagaimana dua orang bandit memperkosa dia bersama-sama dengan cara brutal. Untungnya itu hanya mimpi buruk yang diperlihatkan mata ini, jadi aku bisa mencegahnya, ya… aku sangat yakin bisa mencegah itu dengan satu dan dua cara. Aku memperingatkan si gadis untuk berhati-hati, tapi sepertinya itu tidak mengubah apapun. Aku mengajaknya untuk pergi ke suatu tempat, dia menganggap ajakanku sebagai kencan, dan dia tidak mau. Aku mengajaknya tidur di rumahku, dia malah menamparku.

Akhirnya, aku memberitahu dia kekuatan yang kumiliki, aku menceritakan bagaimana nasib malang yang akan menimpanya. Gadis itu malah menganggapku gila, dia bilang aku lelaki bodoh pencari perhatian.

Kata-kata menyakitkan itu tidak membuatku menyerah untuk menolongnya, aku memantapkan diri untuk bertarung dengan bandit itu, jadi aku langsung datang ke rumah si gadis pada malam hari. Berdiri di halaman luarnya seperti penjaga sambil menunggu dua bandit itu datang. Akhirnya mereka berdua terlihat, sedang mengendap-endap di semak belukar, dan waktu itu… aku melihat masa depan yang lain.

Gadis itu disetubuhi oleh dua bandit dengan cara yang sama, di atas mayat tanpa kepala, niatku untuk bertarung akhirnya batal. Sekarang hanya tersisa 2 pilihan, pertama; memaksa si gadis untuk pergi keluar dari rumahnya, kedua; berteriak meminta bantuan warga desa. Aku tidak mungkin memakai pilihan pertama, itu sama saja seperti penculikan, tidak mungkin berakhir dengan baik.

Pikirku saat itu, pilihan ke-2 adalah satu-satunya cara, aku berteriak sekeras-kerasnya meminta bantuan warga desa. Si gadis keluar dari rumahnya dengan wajah kesal, lalu memukul kepalaku, dia memaki-maki sambil terus memukuliku.

Dia tidak mendengar satu pun perkataan dariku, hingga beberapa saat kemudian, 6 orang warga desa datang, mereka menanyakan situasinya. Tapi si gadis malah menuduhku sebagai orang yang mengganggunya. Akhirnya mereka kembali ke rumah mereka dengan kesal karena merasa ditipu.

Keesokan harinya, berita itu tersebar ke seluruh warga desa. Mereka seperti memusuhiku, tapi tidak dengan orangtuaku, mereka memberiku semangat, dan menasihatiku untuk tidak mendekati gadis itu lagi. Aku merasa senang, karena bandit itu tidak berhasil menyentuh gadis itu, dia sudah aman… harusnya.

Aku tidak mengindahkan nasihat orangtuaku, dan pergi ke rumah si gadis, untuk memohon maaf karena telah membuat keributan malam itu. Tapi, saat aku tiba di sana, pintunya dikunci, aku mengintip lewat jendela kamarnya. Sakit hati, sedih, marah, semua perasaan bercampur aduk membuat aku kebingungan tentang perasaan apa yang kurasakan saat itu.

Si gadis sedang 'diperkosa' oleh dua bandit dengan cara yang kasar, tapi… ekspresi si gadis tidak terlihat sedih ataupun putus asa. Itu… seperti seekor anjing betina yang disetubuhi oleh para anjing liar. Wajahnya terlihat sangat kegirangan, air liur menetes dari mulutnya, desahan kenikmatan tak kunjung berhenti. Dua lelaki itu sepertinya membicarakanku, dan si gadis setuju dengan mereka berdua, dia bilang aku pengganggu, dia bilang aku bodoh, dia bilang aku dungu.

Karena tidak kuat melihatnya, aku berniat pergi dari tempat terkutuk ini, tapi sialnya gadis itu malah melihatku dari balik jendela. Dia menikmati tatapanku sebentar, lalu keluar dari pintu rumahnya dalam keadaan telanjang, kemudian berteriak sangat keras, 'ada seorang pemerkosa di sini!' katanya.

Aku heran, kenapa baru sekarang? Tapi saat warga desa datang, mereka menatapku dengan hawa permusuhan. Aku menjelaskan bahwa aku tidak melakukan hal itu, dan menjelaskan bahwa dua orang bandit ada di dalam rumah gadis itu. Para warga masuk ke dalam rumahnya, namun tidak melihat satu orang pun di sana.

Si gadis menangis tersedu-sedu, sambil menunjukku. 'Orang ini melihat tubuh telanjangku, kemudian menyerangku,' ucapnya sambil memperlihatkan selangkangan yang penuh dengan air lengket berwarna putih. Dari situ aku mengerti, gadis ini… bukan manusia, dia binatang, binatang paling najis yang pernah aku temui.

Para warga memukuliku tanpa ampun, seluruh bagian tubuhku terluka parah, untungnya kepala desa segera datang melerai para warga. Aku harap masalah ini segera selesai, mungkin aku akan mendapat hukuman, tapi tidak apa-apa, aku akan menjauhi wanita jalang ini, pikirku saat itu.

Sayangnya aku terlalu naif, tak terpikirkan olehku hukuman berat semacam itu, aku disuruh memilih antara dikebiri atau dihukum mati. Tentu saja aku tidak mau keduanya, aku berusaha menjelaskan bahwa gadis ini telah bersetubuh dengan 2 orang pria, namun masih tidak ada yang percaya.

Aku berniat memperlihatkan kemaluanku pada semua orang, untuk menunjukkan bahwa air mani itu bukan berasal dariku, tapi si gadis berpura-pura ketakutan, dia bilang sudah trauma melihatnya. Amarahku memuncak, aku membentaknya dengan kata-kata kasar yang selama ini hanya ada dalam pikiranku. Kebodohan… adalah kata yang cocok untuk menggambarkan diriku saat itu.

Aku masih ingat siksaan yang mereka berikan kala itu, kemaluanku dipotong sepenuhnya, kemudian badanku dikubur hidup-hidup, hanya menyisakan kepala di atas permukaan tanah. Seluruh warga desa melempari kepalaku dengan batu. Sakit, tapi lebih sakit lagi melihat kedua orangtuaku, ayahku berusaha menghalangi batu sambil menatapku dengan rasa bersalah, dia meminta maaf karena tidak bisa melakukan apapun untukku. Ibuku menangis sejadi-jadinya, dia bersujud pada warga, memohon pengampunan untuk anaknya.

"Akhirnya aku mati… diliputi rasa penyesalan dan dendam yang mendalam, harusnya aku menjadi anak yang berbakti dan mendengarkan perkataan mereka. Tapi yah… itu sudah berlalu sangat lama, jauh sebelum kau lahir, Clasius."

Firson menatap Clasius yang kini sedang berbaring di atas tanah dengan mata yang tertutup tapat. Di sekelilingnya ada jutaan mayat berserakan yang tengah dimakan oleh para monster.

"Maaf… sepertinya aku bercerita sangat lama, padahal peristiwa yang kuceritakan tadi tidak terlalu penting. Harusnya aku menceritakan alasan mengapa aku tega membunuh semua makhluk hidup demi mengulang ke masa lalu."

Firson berdiri perlahan. "Kita mungkin tidak akan bertemu lagi, tapi aku yakin… kehidupanmu yang ke-dua, tidak akan seburuk kehidupanmu saat ini." Firson melepas jubah hitamnya, lalu meletakkannya di atas mayat Clasius.

Baju berwarna hitam yang dikenakan Firson memiliki sebuah corak mahkota menyatu dengan tanduk abu. Dia menatap ke gerbang Neraka yang masih terbuka lebar di langit gelap dilapisi cahaya ungu.

"Vagrant! Tutup gerbang dan kemarilah!"

Sesosok makhluk yang teramat besar keluar, bukan dari gerbang, melainkan dari langit di belakangnya.

*Rrawg*

Gerbang Neraka dilahap habis oleh rahangnya yang terbuka lebar. Tubuhnya terlihat sangat besar, bahkan dari kejauhan. Ekornya yang panjang memiliki duri-duri tajam. Kepala naga yang mengerikan disertai 4 sayap, setiap kepakan sayapnya menghancurkan alam di sekitarnya. Makhluk itu– Vagrant –adalah sumber bencana yang seharusnya tidak pernah ada di dunia ini.

Vagrant terbang di bawah langit, sangat jauh dari tanah. Tapi Firson berjongkok, seolah bersiap-siap untuk melompat….

*Brugh!!*

Lompatan Firson sangat jauh, akan lebih tepat untuk menganggapnya sebagai terbang daripada melompat. Makhluk itu pun mempersiapkan kepalanya sebagai pijakan. Firson mendarat dengan tepat ke kepala Vagrant.

Dia menutup mata sejenak, suara manis seorang wanita terus terngiang-ngiang di kepalanya…. Firson menghembuskan nafas berat, lalu membuka mata, tatapan tajam dan dipenuhi tekad yang tak tergoyahkan dia arahkan pada dunia ini.

"Waktunya menghancurkan."

Bab terkait

  • Menghancurkan Dunia Demi Dia   Chapter 4: Kembali

    Danau… ya, sebuah danau. Aku melihat pantulan seorang pria dari air danau. Dia terlihat sangat berantakan, tak ada ekspresi apapun di wajahnya, mata ungunya sangat redup, sepertinya dia tidak memiliki motivasi apapun untuk hidup. Tapi… selain pria, aku melihat hal lainnya, sebuah harapan yang berawal dari keputusasaan.—————Seorang Kakek duduk di sebuah tahta cahaya, dia sedang melihat telapak tangan kanannya. "Umur 19 menemukan permata 'Omithyst' sekaligus mendapatkan kekuatannya, umur 20 mati dan masuk ke dalam Neraka." Kakek itu menaikkan alisnya. "Setelah mendapat kekuatan, kau malah mati. Kau pasti orang paling tolol sedunia.""..." aku tidak menanggapi ejekannya."Umur 21 terbunuh sebanyak 3 kali oleh iblis, air sungai, dan buah mangga…" dia berhenti berbicara lalu menatapku dengan jijik. "Air sungai? Dan juga mangga? Kau mati oleh buah mangga? Bagaimana mungkin?""Yah, kau tahu… Hutan Siksaan. Aku memakan buah mangga karena merasa lapar. Tapi setelah itu, isi perutku mala

  • Menghancurkan Dunia Demi Dia   Chapter 5: Yuna dan Edna

    'Firson, maukah kamu tinggal di sini bersamaku selamanya…?'Suaranya sangat jernih dan memikat.'Benarkah?! Yeeey!'Dia sangat bersemangat, ekornya bergerak ke sana kemari, dan… pelukannya terasa begitu hangat.'Aku akan mengajakmu berkeliling, Neraka sebenarnya punya banyak tempat bagus yang bisa kita kunjungi.'Dia mengacungkan jari telunjuknya sambil memasang wajah sok tahu.'Lihat! Itu adalah Pohon Iblis, pohon itu tidak bisa ditebang, dan tidak mungkin mati.'Tapi aku berhasil menebangnya. Itu adalah sebuah pohon yang sangat besar, tingginya melebihi 3000 meter, dengan diameter mencapai 1200 meter.'Pohon itu menghasilkan buah berwarna warni, seorang iblis akan lahir saat buah itu jatuh ke tanah.'Ya, aku telah memutus rantai kehidupan di Neraka.'Eh?! Iblis melahirkan?! T-tentu saja bisa, t-t-tapi… kurasa i-itu masih terlalu dini…'Wajah tersipunya sangat imut, sayang aku tidak menyadarinya waktu itu."B-baiklah! Kita lanjut berkeliling ya.'Sebenarnya tidak perlu, karena aku ju

  • Menghancurkan Dunia Demi Dia   Chapter 6: Portal

    "Terimakasih."*Buk!*Edna menutup pintu tanpa menjawab pertanyaan Yuna. Dia menatapku dengan heran. "Apa kain itu sangat spesial sampai Bi Edna merahasiakannya?" tanyanya.Aku berbalik, lalu berjalan, Yuna mengikuti di sampingku. "Tidak usah dipikirkan. Kain itu tidak terlalu spesial, hanya kain sutra yang sangat nyaman, dan memang harganya lumayan mahal."Tampaknya dia masih belum paham. "Benarkah? Kok kamu bisa tahu, Firson?""Ya, itu kan barang jualan ayahku.""Ooh, benar juga," dia seperti tercerahkan. "Ayahmu seorang pedagang ya…""Iya," sahutku pendek.Jari telunjuk Yuna menyentuh bibirnya. "Apa ayahmu menjual gaun tuan putri?" tanyanya."Gaun tuan putri? Apa itu?""Itu gaun paling mewah yang pernah aku lihat, kamu tahu… nah… bentuknya… terus…."Entah kenapa, percakapan ini terasa familiar. Apakah dulu aku pernah membicarakan hal serupa dengan Yuna?Tidak… aku rasa bukan dengannya….———'Lihat Firson! Aku jadi semakin cantik, kan? Hehe… aku mencurinya dari ruang harta Keraja

  • Menghancurkan Dunia Demi Dia   Chapter 7: Moraka dan Gerbang Neraka

    Langit yang gelap gulita tanpa adanya bulan dan bintang, tidak ada yang namanya siang ataupun malam di tempat ini, yang ada hanya kegelapan. Di bawah langit itu, berjajar banyak bukit yang mengelilingi sebuah gerbang besar. Gerbang berwarna abu yang ditutupi oleh rantai-rantai yang sangat kokoh.Ada sesosok makhluk yang menyeramkan di depan gerbang itu. Tinggi dia mencapai 18 meter, tubuhnya berwarna hitam legam dipenuhi oleh otot yang gagah, di kepalanya ada tanduk besar mirip seperti domba jantan, mata merah tuanya melambangkan darah para musuh yang telah dihabisi olehnya.Moraka adalah namanya, Neraka menciptakan dia untuk menjaga Gerbang Neraka. Seringkali Moraka merenung dengan tugas yang diberikan kepadanya, 'menjaga dari siapa?' Tidak ada Malaikat yang cukup gila untuk masuk ke kawasan Gerbang Neraka. Hanya Iblis pencari informasi yang keluar masuk melalui gerbang ini, dan memang seharusnya selalu seperti itu.Tapi saat ini dia sangat waspada, sebuah portal hitam tiba-tiba munc

  • Menghancurkan Dunia Demi Dia   Chapter 8: Gurun Pasir

    Di tengah gurun pasir yang luas terpancarlah pemandangan yang tak berujung. Langit cerah membiru tanpa awan, menyinari padang pasir yang membakar di bawahnya. Angin gurun berhembus dengan keras, mengangkat butiran pasir halus ke udara dan membentuk gumpalan-gumpalan yang berputar-putar. Tiba-tiba sebuah tangan muncul dari gundukan pasir, seperti mayat hidup yang baru saja keluar dari kuburnya. Tangan itu mendorong tanah di bawahnya supaya tubuhnya yang terjebak dalam pasir bisa segera keluar. Beberapa saat kemudian, seorang pria yang telanjang bulat keluar dari sana dengan wajah penuh keringat dan napas yang berat. Dia kemudian memasukkan kedua tangannya pada pasir yang dia injak, dia menarik keluar dua sosok wanita dengan mata kedua wanita itu tertutup rapat, sepertinya mereka berdua telah pingsan.Yang satu adalah wanita dewasa berambut hitam panjang, wajahnya masih terlihat cantik meski terkotori oleh debu pasir. Satunya lagi seorang gadis kecil dengan rambut krem dan mata emas.

  • Menghancurkan Dunia Demi Dia   Chapter 9: Aesr

    Kadal-kadal besar itu panjangnya mencapai 2 meter— 3 meter jika dihitung dengan ekor mereka. Tingginya tiga per empat manusia dewasa. Sisiknya yang kasar berwarna merah jingga. Masing-masing kakinya memiliki 4 jari dengan kuku yang sudah dipotong rapi oleh pemiliknya. Sepertinya kadal ini dikhususkan untuk menarik kereta, bukan untuk bertarung."Kami butuh tumpangan untuk sampai ke kota Lenad, dan beberapa pakaian," ujar Firson."Ya, itu bisa diatur asalkan bayarannya cukup." Tatapan kusir itu menelusuri tubuh Firson dari atas sampai bawah. "Tapi… sepertinya kau tidak memiliki bayaran yang cukup."Firson melipat lengan di dadanya. "Aku bisa menjadi pengawalmu, cukup berikan aku pedang dan kau tidak perlu takut pada Aesr.""Hoo…?" Kusir itu menaikkan satu alisnya meragukan. "Kau sendiri bisa membunuhnya?""Ya," tegasnya."Yah… itu kebohongan yang cukup meyakinkan kawan, sayangnya aku sudah memiliki pengawal di sana," ucapnya sambil mengarahkan jempol ke belakang.Di kursi penumpang ter

  • Menghancurkan Dunia Demi Dia   Chapter 10: Clerk, Renos, Zahen

    *Waaahhh*Kemunculan Aesr yang jauh lebih besar membuat semua orang panik. Ukurannya mencapai dua kali lipat dari yang tadi telah dibunuh oleh Manusia Kapak dan Malaikat Pemalas."Bos!" Manusia Kapak berteriak sambil berlari menuju Pak Tua yang terlempar ke arah mereka berdua, Malaikat Pemalas terbang menggunakan kedua sayapnya dan berhasil menangkap Pak Tua itu di udara. Sungguh keberuntungan bahwa dia tidak terluka sedikit pun.Di sisi lain, Firson melepaskan lengannya yang tengah memegang Felisha sehingga dia jatuh ke atas pasir. "Aduh…! Kenapa kau tiba-tiba melepaskan aku?!" Firson tidak menjawabnya, dia menoleh pada Yuna. "Yuna, kamu bisa berdiri sendiri?""I-iya, aku bisa…" sahutnya agak gugup."Hey! Jawab—""Baiklah." Firson menurunkan gadis itu dengan hati-hati.Melihat senjata-senjata rusak yang bertebaran di atas pasir, Firson mengambil satu pedang baja berwarna abu. Pedang hiasan yang kondisinya cukup baik, dengan ketajamannya tidak lebih dari pisau dapur, tapi ini sudah c

  • Menghancurkan Dunia Demi Dia   Chapter 1: Menguasai Dunia

    Di sebuah tanah tandus yang membentang luas sejauh puluhan ribu kilometer, jutaan manusia sedang berperang. Suara gerincing pedang serta tombak diringi oleh teriakan semangat, rintihan rasa sakit, dan kematian. Armor mereka terlihat sangat kokoh, namun dengan setiap goresan dan tusukan, armor-armor itu rusak. Kulit yang tergores mengeluarkan darah, perut yang tertusuk mengeluarkan organ dalam, leher yang tertebas membuat kepala melayang.Sekelompok manusia berkomat-kamit merapalkan mantra, terciptalah bola-bola api di udara hampa. Bola api itu turun seperti meteor dan berhasil meluluhlantakkan ribuan prajurit. Jika mereka tidak mati, maka hanya keputusasaan yang tersisa dalam diri mereka."Perang akan segera berakhir! Kemenangan adalah milik kita!" teriak seorang Pria dengan aura kepemimpinan yang tak tergoyahkan. Tubuh bagian atasnya telanjang, tanpa memakai armor mewah ataupun baju prajurit, menunjukkan kepercayaan dirinya yang begitu luar biasa. Tangan kanannya diangkat, mengacung

Bab terbaru

  • Menghancurkan Dunia Demi Dia   Chapter 10: Clerk, Renos, Zahen

    *Waaahhh*Kemunculan Aesr yang jauh lebih besar membuat semua orang panik. Ukurannya mencapai dua kali lipat dari yang tadi telah dibunuh oleh Manusia Kapak dan Malaikat Pemalas."Bos!" Manusia Kapak berteriak sambil berlari menuju Pak Tua yang terlempar ke arah mereka berdua, Malaikat Pemalas terbang menggunakan kedua sayapnya dan berhasil menangkap Pak Tua itu di udara. Sungguh keberuntungan bahwa dia tidak terluka sedikit pun.Di sisi lain, Firson melepaskan lengannya yang tengah memegang Felisha sehingga dia jatuh ke atas pasir. "Aduh…! Kenapa kau tiba-tiba melepaskan aku?!" Firson tidak menjawabnya, dia menoleh pada Yuna. "Yuna, kamu bisa berdiri sendiri?""I-iya, aku bisa…" sahutnya agak gugup."Hey! Jawab—""Baiklah." Firson menurunkan gadis itu dengan hati-hati.Melihat senjata-senjata rusak yang bertebaran di atas pasir, Firson mengambil satu pedang baja berwarna abu. Pedang hiasan yang kondisinya cukup baik, dengan ketajamannya tidak lebih dari pisau dapur, tapi ini sudah c

  • Menghancurkan Dunia Demi Dia   Chapter 9: Aesr

    Kadal-kadal besar itu panjangnya mencapai 2 meter— 3 meter jika dihitung dengan ekor mereka. Tingginya tiga per empat manusia dewasa. Sisiknya yang kasar berwarna merah jingga. Masing-masing kakinya memiliki 4 jari dengan kuku yang sudah dipotong rapi oleh pemiliknya. Sepertinya kadal ini dikhususkan untuk menarik kereta, bukan untuk bertarung."Kami butuh tumpangan untuk sampai ke kota Lenad, dan beberapa pakaian," ujar Firson."Ya, itu bisa diatur asalkan bayarannya cukup." Tatapan kusir itu menelusuri tubuh Firson dari atas sampai bawah. "Tapi… sepertinya kau tidak memiliki bayaran yang cukup."Firson melipat lengan di dadanya. "Aku bisa menjadi pengawalmu, cukup berikan aku pedang dan kau tidak perlu takut pada Aesr.""Hoo…?" Kusir itu menaikkan satu alisnya meragukan. "Kau sendiri bisa membunuhnya?""Ya," tegasnya."Yah… itu kebohongan yang cukup meyakinkan kawan, sayangnya aku sudah memiliki pengawal di sana," ucapnya sambil mengarahkan jempol ke belakang.Di kursi penumpang ter

  • Menghancurkan Dunia Demi Dia   Chapter 8: Gurun Pasir

    Di tengah gurun pasir yang luas terpancarlah pemandangan yang tak berujung. Langit cerah membiru tanpa awan, menyinari padang pasir yang membakar di bawahnya. Angin gurun berhembus dengan keras, mengangkat butiran pasir halus ke udara dan membentuk gumpalan-gumpalan yang berputar-putar. Tiba-tiba sebuah tangan muncul dari gundukan pasir, seperti mayat hidup yang baru saja keluar dari kuburnya. Tangan itu mendorong tanah di bawahnya supaya tubuhnya yang terjebak dalam pasir bisa segera keluar. Beberapa saat kemudian, seorang pria yang telanjang bulat keluar dari sana dengan wajah penuh keringat dan napas yang berat. Dia kemudian memasukkan kedua tangannya pada pasir yang dia injak, dia menarik keluar dua sosok wanita dengan mata kedua wanita itu tertutup rapat, sepertinya mereka berdua telah pingsan.Yang satu adalah wanita dewasa berambut hitam panjang, wajahnya masih terlihat cantik meski terkotori oleh debu pasir. Satunya lagi seorang gadis kecil dengan rambut krem dan mata emas.

  • Menghancurkan Dunia Demi Dia   Chapter 7: Moraka dan Gerbang Neraka

    Langit yang gelap gulita tanpa adanya bulan dan bintang, tidak ada yang namanya siang ataupun malam di tempat ini, yang ada hanya kegelapan. Di bawah langit itu, berjajar banyak bukit yang mengelilingi sebuah gerbang besar. Gerbang berwarna abu yang ditutupi oleh rantai-rantai yang sangat kokoh.Ada sesosok makhluk yang menyeramkan di depan gerbang itu. Tinggi dia mencapai 18 meter, tubuhnya berwarna hitam legam dipenuhi oleh otot yang gagah, di kepalanya ada tanduk besar mirip seperti domba jantan, mata merah tuanya melambangkan darah para musuh yang telah dihabisi olehnya.Moraka adalah namanya, Neraka menciptakan dia untuk menjaga Gerbang Neraka. Seringkali Moraka merenung dengan tugas yang diberikan kepadanya, 'menjaga dari siapa?' Tidak ada Malaikat yang cukup gila untuk masuk ke kawasan Gerbang Neraka. Hanya Iblis pencari informasi yang keluar masuk melalui gerbang ini, dan memang seharusnya selalu seperti itu.Tapi saat ini dia sangat waspada, sebuah portal hitam tiba-tiba munc

  • Menghancurkan Dunia Demi Dia   Chapter 6: Portal

    "Terimakasih."*Buk!*Edna menutup pintu tanpa menjawab pertanyaan Yuna. Dia menatapku dengan heran. "Apa kain itu sangat spesial sampai Bi Edna merahasiakannya?" tanyanya.Aku berbalik, lalu berjalan, Yuna mengikuti di sampingku. "Tidak usah dipikirkan. Kain itu tidak terlalu spesial, hanya kain sutra yang sangat nyaman, dan memang harganya lumayan mahal."Tampaknya dia masih belum paham. "Benarkah? Kok kamu bisa tahu, Firson?""Ya, itu kan barang jualan ayahku.""Ooh, benar juga," dia seperti tercerahkan. "Ayahmu seorang pedagang ya…""Iya," sahutku pendek.Jari telunjuk Yuna menyentuh bibirnya. "Apa ayahmu menjual gaun tuan putri?" tanyanya."Gaun tuan putri? Apa itu?""Itu gaun paling mewah yang pernah aku lihat, kamu tahu… nah… bentuknya… terus…."Entah kenapa, percakapan ini terasa familiar. Apakah dulu aku pernah membicarakan hal serupa dengan Yuna?Tidak… aku rasa bukan dengannya….———'Lihat Firson! Aku jadi semakin cantik, kan? Hehe… aku mencurinya dari ruang harta Keraja

  • Menghancurkan Dunia Demi Dia   Chapter 5: Yuna dan Edna

    'Firson, maukah kamu tinggal di sini bersamaku selamanya…?'Suaranya sangat jernih dan memikat.'Benarkah?! Yeeey!'Dia sangat bersemangat, ekornya bergerak ke sana kemari, dan… pelukannya terasa begitu hangat.'Aku akan mengajakmu berkeliling, Neraka sebenarnya punya banyak tempat bagus yang bisa kita kunjungi.'Dia mengacungkan jari telunjuknya sambil memasang wajah sok tahu.'Lihat! Itu adalah Pohon Iblis, pohon itu tidak bisa ditebang, dan tidak mungkin mati.'Tapi aku berhasil menebangnya. Itu adalah sebuah pohon yang sangat besar, tingginya melebihi 3000 meter, dengan diameter mencapai 1200 meter.'Pohon itu menghasilkan buah berwarna warni, seorang iblis akan lahir saat buah itu jatuh ke tanah.'Ya, aku telah memutus rantai kehidupan di Neraka.'Eh?! Iblis melahirkan?! T-tentu saja bisa, t-t-tapi… kurasa i-itu masih terlalu dini…'Wajah tersipunya sangat imut, sayang aku tidak menyadarinya waktu itu."B-baiklah! Kita lanjut berkeliling ya.'Sebenarnya tidak perlu, karena aku ju

  • Menghancurkan Dunia Demi Dia   Chapter 4: Kembali

    Danau… ya, sebuah danau. Aku melihat pantulan seorang pria dari air danau. Dia terlihat sangat berantakan, tak ada ekspresi apapun di wajahnya, mata ungunya sangat redup, sepertinya dia tidak memiliki motivasi apapun untuk hidup. Tapi… selain pria, aku melihat hal lainnya, sebuah harapan yang berawal dari keputusasaan.—————Seorang Kakek duduk di sebuah tahta cahaya, dia sedang melihat telapak tangan kanannya. "Umur 19 menemukan permata 'Omithyst' sekaligus mendapatkan kekuatannya, umur 20 mati dan masuk ke dalam Neraka." Kakek itu menaikkan alisnya. "Setelah mendapat kekuatan, kau malah mati. Kau pasti orang paling tolol sedunia.""..." aku tidak menanggapi ejekannya."Umur 21 terbunuh sebanyak 3 kali oleh iblis, air sungai, dan buah mangga…" dia berhenti berbicara lalu menatapku dengan jijik. "Air sungai? Dan juga mangga? Kau mati oleh buah mangga? Bagaimana mungkin?""Yah, kau tahu… Hutan Siksaan. Aku memakan buah mangga karena merasa lapar. Tapi setelah itu, isi perutku mala

  • Menghancurkan Dunia Demi Dia   Chapter 3: Menghancurkan Dunia

    Saat berusia 20 tahun, aku pernah mencintai seorang gadis. Rambut hitamnya diikat, wajahnya seolah dipahat dipadukan dengan senyumnya yang memikat. Belum lagi sifatnya yang periang dan suka membantu orang, aku sangat menyukai segala hal tentangnya. Tapi, sepertinya dia tidak memiliki perasaan yang sama terhadapku. Yah, aku tidak terlalu memikirkannya, lagipula cinta memang perlu perjuangan.Saat itu aku sudah mendapatkan kekuatan untuk melihat masa depan, kekuatan ini aktif saat aku melihat seseorang, tapi tidak ada yang benar-benar penting tentang masa depan warga desa, hanya ada satu orang yang masa depannya bisa dianggap genting… si gadis.Aku melihat bagaimana dua orang bandit memperkosa dia bersama-sama dengan cara brutal. Untungnya itu hanya mimpi buruk yang diperlihatkan mata ini, jadi aku bisa mencegahnya, ya… aku sangat yakin bisa mencegah itu dengan satu dan dua cara. Aku memperingatkan si gadis untuk berhati-hati, tapi sepertinya itu tidak mengubah apapun. Aku mengajaknya u

  • Menghancurkan Dunia Demi Dia   Chapter 2: Pengkhianatan

    "FIRSON! Apa artinya semua ini?!" Clasius membentaknya dengan amarah yang menggebu-gebu.Firson masih tetap dengan wajah datarnya. "Artinya kau akan mati, bodoh.""Ap-apa?! Jangan panggil aku bodoh!""Malah itu yang kau permasalahkan? Lihat prajuritmu yang kesulitan itu, dan itu juga, sepertinya dia ingin memakanmu." Firson menunjuk ke salah satu monster di medan perang.Clasius melihat ke arah yang ditunjukkan oleh Firson dengan ekspresi kengerian. "Itu…""Cerberus," tukas Firson. "Yah… akhirnya kau akan mati juga, sungguh melelahkan menjadi tangan kanan seorang Raja yang sangat tolol."Clasius jelas sangat marah mendengar perkataan Firson, tapi dia tidak punya waktu untuk mengurus hal itu sekarang. Monster besar setinggi 12 meter dengan tiga kepala anjing yang memiliki tanduk, sedang berlari cepat menuju tempat Clasius dan Firson berada. Kuda yang ditumpangi Clasius mengeluarkan suara yang memekikkan telinga, bergerak tak karuan hingga membuat Clasius terjatuh.Kuda itu ingin berlari

DMCA.com Protection Status