Beranda / Fantasi / Menghancurkan Dunia Demi Dia / Chapter 1: Menguasai Dunia

Share

Menghancurkan Dunia Demi Dia
Menghancurkan Dunia Demi Dia
Penulis: Zefreud

Chapter 1: Menguasai Dunia

Penulis: Zefreud
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Di sebuah tanah tandus yang membentang luas sejauh puluhan ribu kilometer, jutaan manusia sedang berperang. Suara gerincing pedang serta tombak diringi oleh teriakan semangat, rintihan rasa sakit, dan kematian. 

Armor mereka terlihat sangat kokoh, namun dengan setiap goresan dan tusukan, armor-armor itu rusak. Kulit yang tergores mengeluarkan darah, perut yang tertusuk mengeluarkan organ dalam, leher yang tertebas membuat kepala melayang.

Sekelompok manusia berkomat-kamit merapalkan mantra, terciptalah bola-bola api di udara hampa. Bola api itu turun seperti meteor dan berhasil meluluhlantakkan ribuan prajurit. Jika mereka tidak mati, maka hanya keputusasaan yang tersisa dalam diri mereka.

"Perang akan segera berakhir! Kemenangan adalah milik kita!" teriak seorang Pria dengan aura kepemimpinan yang tak tergoyahkan. 

Tubuh bagian atasnya telanjang, tanpa memakai armor mewah ataupun baju prajurit, menunjukkan kepercayaan dirinya yang begitu luar biasa. Tangan kanannya diangkat, mengacungkan pedang yang memiliki bilah berwarna emas. 

Dia menunggangi seekor kuda perang berkulit putih. Kuda itu sangat besar dan gagah, tingginya mencapai 2 meter, bulu dan ekornya yang berwarna kuning keemasan membuat orang yang menungganginya terlihat lebih berwibawa.

Saat ada musuh datang ke arahnya, Pria itu menebaskan pedangnya dengan sangat mudah.

*Slash!* 

Satu ayunan pedangnya membelah tubuh musuh dari bahu sampai pinggang. Hanya ada dua jenis prajurit yang menyerang Pria ini— prajurit bodoh yang tidak bisa mengukur kekuatan lawannya, dan prajurit aneh yang mendambakan kematian terhormat. 

Pria ini bernama Clasius Ordo Batekar, dijuluki sebagai 'Yang Terkuat', ribuan pertarungan tanpa mendapat luka, tidak ada satupun manusia yang pernah mengalahkannya dalam duel satu lawan satu. 

Namun selain 'Yang Terkuat', dia juga memiliki julukan lain. 'Raja Tanpa Ambisi', merasa puas hanya dengan memiliki kerajaan kecil yang berada di ujung benua. Tapi itu dulu, sebelum seseorang membujuknya untuk menguasai dunia.

"Anda berhasil Yang Mulia, setelah perang ini selesai, Anda akan menjadi 'The Great King'. Seluruh manusia akan tunduk dan patuh pada setiap perintah Anda. Jika Yang Mulia yang memimpin dunia, saya yakin perdamaian akan segera kita dapatkan." tutur seseorang dengan suara parau.

Clasius menoleh ke samping kanan sambil menyunggingkan senyum percaya diri. "Aku sangat ingin melihat perdamaian yang selalu kau ceritakan itu Firson, dan aku juga tidak mungkin bisa menang di setiap peperangan tanpa bantuanmu," ujarnya dengan suara yang tulus.

Firson menunggangi kuda berkulit coklat di sebelah Clasius, dibaluti oleh jubah hitam yang menutupi seluruh bagian tubuh, kecuali kepalanya. Rambut panjang dan wajah pucat, dia tidak terlihat seperti petarung. 

Tetapi Clasius tahu betul Pria ini ahli menggunakan pedang, dan juga dia memiliki kecerdasan di luar nalar para makhluk berakal. Hal paling menonjol dari Firson adalah mata ungu yang dia miliki, seolah dapat menyihir orang yang menatapnya.

"Yang Mulia Raja tidak hanya kuat, tetapi juga rendah hati. Anda bertarung dengan gagah di garis depan serta membuat taktik cerdas di belakang layar, sedangkan saya hanya sekedar memberikan informasi."

"Memberikan informasi… maksudmu meramal masa depan?" Clasius tersenyum menyindir. "Aku tidak tahu bagaimana cara kau mendapatkan seluruh informasi itu tanpa satu pun kesalahan. Apa mungkin kau seorang Pertapa Agung? Aku bahkan tidak akan terkejut jika kau mengaku sebagai Saint utusan Permaisuri Surga," ucapan Clasius dipenuhi pujian yang dilebih-lebihkan.

"Yang Mulia terlalu menyanjung, saya hanya seorang pengembara yang sering bepergian ke tempat asing," dia berhenti berbicara sejenak, lalu melanjutkan. "Lagipula… Permaisuri Surga itu tidak ada, dia sudah mati di tangan saya."

Clasius menepuk paha berkali-kali sambil tertawa lepas. "Ternyata selain ahli mendapatkan informasi, kau juga ahli melawak."

"..." Firson hanya diam tanpa tersenyum ataupun ikut tertawa bersama.

'Sepertinya sudah waktunya,' pikir Firson sambil melihat ke atas. 

Tiba-tiba… langit berubah menjadi abu kelam, datang badai angin disertai petir yang bergemuruh seolah menandakan sebuah bencana besar. Perubahan mendadak ini tidak membuat para prajurit berhenti bertarung, mereka terus mengayunkan pedang dan merapalkan sihir. 

Mereka tidak peduli dengan cuaca atau badai, yang mereka pedulikan saat ini adalah hidup mereka, jika mereka berhenti bertarung sedetik saja untuk menatap langit… maka rasa sakit ditebas, ditusuk, dan dibakar akan menggerogoti tubuh mereka hingga mereka mati.

"Ada apa ini?" Clasius mempertanyakan peristiwa aneh ini, entah pada dirinya sendiri atau Firson yang menunggangi kuda di sampingnya.

"Sepertinya seseorang sedang merapalkan sebuah mantra tingkat 'ilahi', Yang Mulia." 

Hanya Clasius dan Firson yang cukup senggang untuk melihat fenomena itu, karena mereka sedang berada dalam posisi mendominasi musuh.

Clasius mengerutkan keningnya. "Sihir tingkat ilahi… apa kau yakin, Firson? Bukankah itu berarti seekor Naga ikut campur dalam peperangan ini?" Kekhawatiran nampak jelas di wajahnya.

"Saya yakin ini adalah sihir ilahi, tapi tidak mungkin seekor Naga merapalkan sihir ini tanpa memperlihatkan sosoknya. Kemungkinan ada seseorang di medan perang ini yang bisa merapalkan mantra tingkat ilahi."

Clasius mengangkat satu alisnya. "Firson, ini bukan saatnya untuk bercanda, meskipun aku tidak terlalu pintar, tapi aku tahu sihir ilahi hanya bisa dirapalkan oleh Naga atau Dewa. Kau ingin mengatakan bahwa seorang Dewa ada di— apa itu…?"

Cahaya ungu yang begitu besar terbentuk di langit hitam, petir yang tadinya berwarna putih kini berubah menjadi ungu. Cahaya, petir, dan angin bersatu membentuk sebuah pusaran besar di langit.

Clasius menyipitkan matanya, berusaha fokus pada sebuah benda yang keluar dari pusaran itu. "Pintu…?" tanyanya tidak yakin.

"Gerbang Neraka, Yang Mulia." Firson menjawab tanpa ragu.

"Apa katamu?!" bentaknya sambil menoleh ke arah Firson. "Jangan asal bicara, Firson!"

Firson menatap mata Clasius seolah melihat sangat jauh ke dalam jiwanya. Nada bicaranya mendadak berubah, tidak ada rasa hormat sedikit pun dalam setiap kata yang diucapkannya. 

"Aku tidak asal bicara, itulah kenyataannya." Firson memejamkan matanya. "1999 tahun. Itu waktu yang sangat lama, tetapi akhirnya aku berhasil juga. " 

Clasius mengernyit, dia sangat bingung mendengar perkataan Firson. "Apa maksudmu?"

Firson menghela napas, lalu berkata dengan nada sedingin es. "Manusia akan segera musnah."

Clasius membelalakkan mata, tercengang dengan kata-kata yang keluar dari mulut Tangan Kanannya itu. "Apa kau–"

"Vagrant! Buka gerbang!" sergah Firson memberikan sebuah perintah.

Tiba-tiba gerbang besar itu terbuka…

*AAARRGGGHHH!*

Raungan monster disertai jeritan-jeritan yang terdengar sangat menyakitkan membuat semua orang di medan perang menutupi telinga mereka serapat mungkin, termasuk Clasius, tapi tidak dengan Firson. Dia berdiri dengan gagah menatap Gerbang Neraka.

Setelah gerbang terbuka sepenuhnya, suara itu berhenti, terlihat ribuan— jutaan mata mengerikan yang menatap dunia dengan hasrat menghancurkan.

"Bunuh semua manusia yang ada di sini, jangan sisakan satu pun." ucap Firson dengan ekspresi datar.

Monster-monster Neraka turun dari langit, ada beberapa yang bisa terbang, namun kebanyakan hanya terjun bebas tanpa mempedulikan keselamatan mereka, monster yang pertama jatuh akan menjadi pijakan monster di atasnya. Bentuk tubuh mereka tidak lazim, terlalu mengerikan jika dipandang oleh manusia. Taring dan cakar mereka lebih tajam dari pedang baja. Rasa lapar, haus, serta nafsu birahi yang tidak mungkin bisa diredakan adalah sifat alami mereka.

Para prajurit yang tengah berperang memiliki satu pikiran sama persis; menjadi sekutu untuk bertahan dari gempuran para monster. Mereka membuat pertahanan yang kokoh menggunakan perisai-perisai yang terbuat dari mineral paling kuat di kerajaan mereka. Saat serangan taring dan cakar datang, mereka berhasil menahannya. 

Para penyihir berusaha menyerang di balik pertahanan yang dibuat oleh para kesatria. Namun, meski mereka terus menyerang, monster-monster itu tidak pernah habis. Jumlah mereka terlalu tidak masuk akal, bahkan jutaan pasukan sekalipun tidak mungkin bisa mengalahkan mereka. 

Monster yang bisa terbang dengan cerdasnya melesat ke balik pertahanan, mengubrak-abrik para penyihir dan para kesatria yang tengah bersembunyi di belakang perisai. Pertahanan akhirnya ambruk, monster-monster haus darah menyerang, mengoyak, membunuh, lalu memakan semua prajurit itu.

Bab terkait

  • Menghancurkan Dunia Demi Dia   Chapter 2: Pengkhianatan

    "FIRSON! Apa artinya semua ini?!" Clasius membentaknya dengan amarah yang menggebu-gebu.Firson masih tetap dengan wajah datarnya. "Artinya kau akan mati, bodoh.""Ap-apa?! Jangan panggil aku bodoh!""Malah itu yang kau permasalahkan? Lihat prajuritmu yang kesulitan itu, dan itu juga, sepertinya dia ingin memakanmu." Firson menunjuk ke salah satu monster di medan perang.Clasius melihat ke arah yang ditunjukkan oleh Firson dengan ekspresi kengerian. "Itu…""Cerberus," tukas Firson. "Yah… akhirnya kau akan mati juga, sungguh melelahkan menjadi tangan kanan seorang Raja yang sangat tolol."Clasius jelas sangat marah mendengar perkataan Firson, tapi dia tidak punya waktu untuk mengurus hal itu sekarang. Monster besar setinggi 12 meter dengan tiga kepala anjing yang memiliki tanduk, sedang berlari cepat menuju tempat Clasius dan Firson berada. Kuda yang ditumpangi Clasius mengeluarkan suara yang memekikkan telinga, bergerak tak karuan hingga membuat Clasius terjatuh.Kuda itu ingin berlari

  • Menghancurkan Dunia Demi Dia   Chapter 3: Menghancurkan Dunia

    Saat berusia 20 tahun, aku pernah mencintai seorang gadis. Rambut hitamnya diikat, wajahnya seolah dipahat dipadukan dengan senyumnya yang memikat. Belum lagi sifatnya yang periang dan suka membantu orang, aku sangat menyukai segala hal tentangnya. Tapi, sepertinya dia tidak memiliki perasaan yang sama terhadapku. Yah, aku tidak terlalu memikirkannya, lagipula cinta memang perlu perjuangan.Saat itu aku sudah mendapatkan kekuatan untuk melihat masa depan, kekuatan ini aktif saat aku melihat seseorang, tapi tidak ada yang benar-benar penting tentang masa depan warga desa, hanya ada satu orang yang masa depannya bisa dianggap genting… si gadis.Aku melihat bagaimana dua orang bandit memperkosa dia bersama-sama dengan cara brutal. Untungnya itu hanya mimpi buruk yang diperlihatkan mata ini, jadi aku bisa mencegahnya, ya… aku sangat yakin bisa mencegah itu dengan satu dan dua cara. Aku memperingatkan si gadis untuk berhati-hati, tapi sepertinya itu tidak mengubah apapun. Aku mengajaknya u

  • Menghancurkan Dunia Demi Dia   Chapter 4: Kembali

    Danau… ya, sebuah danau. Aku melihat pantulan seorang pria dari air danau. Dia terlihat sangat berantakan, tak ada ekspresi apapun di wajahnya, mata ungunya sangat redup, sepertinya dia tidak memiliki motivasi apapun untuk hidup. Tapi… selain pria, aku melihat hal lainnya, sebuah harapan yang berawal dari keputusasaan.—————Seorang Kakek duduk di sebuah tahta cahaya, dia sedang melihat telapak tangan kanannya. "Umur 19 menemukan permata 'Omithyst' sekaligus mendapatkan kekuatannya, umur 20 mati dan masuk ke dalam Neraka." Kakek itu menaikkan alisnya. "Setelah mendapat kekuatan, kau malah mati. Kau pasti orang paling tolol sedunia.""..." aku tidak menanggapi ejekannya."Umur 21 terbunuh sebanyak 3 kali oleh iblis, air sungai, dan buah mangga…" dia berhenti berbicara lalu menatapku dengan jijik. "Air sungai? Dan juga mangga? Kau mati oleh buah mangga? Bagaimana mungkin?""Yah, kau tahu… Hutan Siksaan. Aku memakan buah mangga karena merasa lapar. Tapi setelah itu, isi perutku mala

  • Menghancurkan Dunia Demi Dia   Chapter 5: Yuna dan Edna

    'Firson, maukah kamu tinggal di sini bersamaku selamanya…?'Suaranya sangat jernih dan memikat.'Benarkah?! Yeeey!'Dia sangat bersemangat, ekornya bergerak ke sana kemari, dan… pelukannya terasa begitu hangat.'Aku akan mengajakmu berkeliling, Neraka sebenarnya punya banyak tempat bagus yang bisa kita kunjungi.'Dia mengacungkan jari telunjuknya sambil memasang wajah sok tahu.'Lihat! Itu adalah Pohon Iblis, pohon itu tidak bisa ditebang, dan tidak mungkin mati.'Tapi aku berhasil menebangnya. Itu adalah sebuah pohon yang sangat besar, tingginya melebihi 3000 meter, dengan diameter mencapai 1200 meter.'Pohon itu menghasilkan buah berwarna warni, seorang iblis akan lahir saat buah itu jatuh ke tanah.'Ya, aku telah memutus rantai kehidupan di Neraka.'Eh?! Iblis melahirkan?! T-tentu saja bisa, t-t-tapi… kurasa i-itu masih terlalu dini…'Wajah tersipunya sangat imut, sayang aku tidak menyadarinya waktu itu."B-baiklah! Kita lanjut berkeliling ya.'Sebenarnya tidak perlu, karena aku ju

  • Menghancurkan Dunia Demi Dia   Chapter 6: Portal

    "Terimakasih."*Buk!*Edna menutup pintu tanpa menjawab pertanyaan Yuna. Dia menatapku dengan heran. "Apa kain itu sangat spesial sampai Bi Edna merahasiakannya?" tanyanya.Aku berbalik, lalu berjalan, Yuna mengikuti di sampingku. "Tidak usah dipikirkan. Kain itu tidak terlalu spesial, hanya kain sutra yang sangat nyaman, dan memang harganya lumayan mahal."Tampaknya dia masih belum paham. "Benarkah? Kok kamu bisa tahu, Firson?""Ya, itu kan barang jualan ayahku.""Ooh, benar juga," dia seperti tercerahkan. "Ayahmu seorang pedagang ya…""Iya," sahutku pendek.Jari telunjuk Yuna menyentuh bibirnya. "Apa ayahmu menjual gaun tuan putri?" tanyanya."Gaun tuan putri? Apa itu?""Itu gaun paling mewah yang pernah aku lihat, kamu tahu… nah… bentuknya… terus…."Entah kenapa, percakapan ini terasa familiar. Apakah dulu aku pernah membicarakan hal serupa dengan Yuna?Tidak… aku rasa bukan dengannya….———'Lihat Firson! Aku jadi semakin cantik, kan? Hehe… aku mencurinya dari ruang harta Keraja

  • Menghancurkan Dunia Demi Dia   Chapter 7: Moraka dan Gerbang Neraka

    Langit yang gelap gulita tanpa adanya bulan dan bintang, tidak ada yang namanya siang ataupun malam di tempat ini, yang ada hanya kegelapan. Di bawah langit itu, berjajar banyak bukit yang mengelilingi sebuah gerbang besar. Gerbang berwarna abu yang ditutupi oleh rantai-rantai yang sangat kokoh.Ada sesosok makhluk yang menyeramkan di depan gerbang itu. Tinggi dia mencapai 18 meter, tubuhnya berwarna hitam legam dipenuhi oleh otot yang gagah, di kepalanya ada tanduk besar mirip seperti domba jantan, mata merah tuanya melambangkan darah para musuh yang telah dihabisi olehnya.Moraka adalah namanya, Neraka menciptakan dia untuk menjaga Gerbang Neraka. Seringkali Moraka merenung dengan tugas yang diberikan kepadanya, 'menjaga dari siapa?' Tidak ada Malaikat yang cukup gila untuk masuk ke kawasan Gerbang Neraka. Hanya Iblis pencari informasi yang keluar masuk melalui gerbang ini, dan memang seharusnya selalu seperti itu.Tapi saat ini dia sangat waspada, sebuah portal hitam tiba-tiba munc

  • Menghancurkan Dunia Demi Dia   Chapter 8: Gurun Pasir

    Di tengah gurun pasir yang luas terpancarlah pemandangan yang tak berujung. Langit cerah membiru tanpa awan, menyinari padang pasir yang membakar di bawahnya. Angin gurun berhembus dengan keras, mengangkat butiran pasir halus ke udara dan membentuk gumpalan-gumpalan yang berputar-putar. Tiba-tiba sebuah tangan muncul dari gundukan pasir, seperti mayat hidup yang baru saja keluar dari kuburnya. Tangan itu mendorong tanah di bawahnya supaya tubuhnya yang terjebak dalam pasir bisa segera keluar. Beberapa saat kemudian, seorang pria yang telanjang bulat keluar dari sana dengan wajah penuh keringat dan napas yang berat. Dia kemudian memasukkan kedua tangannya pada pasir yang dia injak, dia menarik keluar dua sosok wanita dengan mata kedua wanita itu tertutup rapat, sepertinya mereka berdua telah pingsan.Yang satu adalah wanita dewasa berambut hitam panjang, wajahnya masih terlihat cantik meski terkotori oleh debu pasir. Satunya lagi seorang gadis kecil dengan rambut krem dan mata emas.

  • Menghancurkan Dunia Demi Dia   Chapter 9: Aesr

    Kadal-kadal besar itu panjangnya mencapai 2 meter— 3 meter jika dihitung dengan ekor mereka. Tingginya tiga per empat manusia dewasa. Sisiknya yang kasar berwarna merah jingga. Masing-masing kakinya memiliki 4 jari dengan kuku yang sudah dipotong rapi oleh pemiliknya. Sepertinya kadal ini dikhususkan untuk menarik kereta, bukan untuk bertarung."Kami butuh tumpangan untuk sampai ke kota Lenad, dan beberapa pakaian," ujar Firson."Ya, itu bisa diatur asalkan bayarannya cukup." Tatapan kusir itu menelusuri tubuh Firson dari atas sampai bawah. "Tapi… sepertinya kau tidak memiliki bayaran yang cukup."Firson melipat lengan di dadanya. "Aku bisa menjadi pengawalmu, cukup berikan aku pedang dan kau tidak perlu takut pada Aesr.""Hoo…?" Kusir itu menaikkan satu alisnya meragukan. "Kau sendiri bisa membunuhnya?""Ya," tegasnya."Yah… itu kebohongan yang cukup meyakinkan kawan, sayangnya aku sudah memiliki pengawal di sana," ucapnya sambil mengarahkan jempol ke belakang.Di kursi penumpang ter

Bab terbaru

  • Menghancurkan Dunia Demi Dia   Chapter 10: Clerk, Renos, Zahen

    *Waaahhh*Kemunculan Aesr yang jauh lebih besar membuat semua orang panik. Ukurannya mencapai dua kali lipat dari yang tadi telah dibunuh oleh Manusia Kapak dan Malaikat Pemalas."Bos!" Manusia Kapak berteriak sambil berlari menuju Pak Tua yang terlempar ke arah mereka berdua, Malaikat Pemalas terbang menggunakan kedua sayapnya dan berhasil menangkap Pak Tua itu di udara. Sungguh keberuntungan bahwa dia tidak terluka sedikit pun.Di sisi lain, Firson melepaskan lengannya yang tengah memegang Felisha sehingga dia jatuh ke atas pasir. "Aduh…! Kenapa kau tiba-tiba melepaskan aku?!" Firson tidak menjawabnya, dia menoleh pada Yuna. "Yuna, kamu bisa berdiri sendiri?""I-iya, aku bisa…" sahutnya agak gugup."Hey! Jawab—""Baiklah." Firson menurunkan gadis itu dengan hati-hati.Melihat senjata-senjata rusak yang bertebaran di atas pasir, Firson mengambil satu pedang baja berwarna abu. Pedang hiasan yang kondisinya cukup baik, dengan ketajamannya tidak lebih dari pisau dapur, tapi ini sudah c

  • Menghancurkan Dunia Demi Dia   Chapter 9: Aesr

    Kadal-kadal besar itu panjangnya mencapai 2 meter— 3 meter jika dihitung dengan ekor mereka. Tingginya tiga per empat manusia dewasa. Sisiknya yang kasar berwarna merah jingga. Masing-masing kakinya memiliki 4 jari dengan kuku yang sudah dipotong rapi oleh pemiliknya. Sepertinya kadal ini dikhususkan untuk menarik kereta, bukan untuk bertarung."Kami butuh tumpangan untuk sampai ke kota Lenad, dan beberapa pakaian," ujar Firson."Ya, itu bisa diatur asalkan bayarannya cukup." Tatapan kusir itu menelusuri tubuh Firson dari atas sampai bawah. "Tapi… sepertinya kau tidak memiliki bayaran yang cukup."Firson melipat lengan di dadanya. "Aku bisa menjadi pengawalmu, cukup berikan aku pedang dan kau tidak perlu takut pada Aesr.""Hoo…?" Kusir itu menaikkan satu alisnya meragukan. "Kau sendiri bisa membunuhnya?""Ya," tegasnya."Yah… itu kebohongan yang cukup meyakinkan kawan, sayangnya aku sudah memiliki pengawal di sana," ucapnya sambil mengarahkan jempol ke belakang.Di kursi penumpang ter

  • Menghancurkan Dunia Demi Dia   Chapter 8: Gurun Pasir

    Di tengah gurun pasir yang luas terpancarlah pemandangan yang tak berujung. Langit cerah membiru tanpa awan, menyinari padang pasir yang membakar di bawahnya. Angin gurun berhembus dengan keras, mengangkat butiran pasir halus ke udara dan membentuk gumpalan-gumpalan yang berputar-putar. Tiba-tiba sebuah tangan muncul dari gundukan pasir, seperti mayat hidup yang baru saja keluar dari kuburnya. Tangan itu mendorong tanah di bawahnya supaya tubuhnya yang terjebak dalam pasir bisa segera keluar. Beberapa saat kemudian, seorang pria yang telanjang bulat keluar dari sana dengan wajah penuh keringat dan napas yang berat. Dia kemudian memasukkan kedua tangannya pada pasir yang dia injak, dia menarik keluar dua sosok wanita dengan mata kedua wanita itu tertutup rapat, sepertinya mereka berdua telah pingsan.Yang satu adalah wanita dewasa berambut hitam panjang, wajahnya masih terlihat cantik meski terkotori oleh debu pasir. Satunya lagi seorang gadis kecil dengan rambut krem dan mata emas.

  • Menghancurkan Dunia Demi Dia   Chapter 7: Moraka dan Gerbang Neraka

    Langit yang gelap gulita tanpa adanya bulan dan bintang, tidak ada yang namanya siang ataupun malam di tempat ini, yang ada hanya kegelapan. Di bawah langit itu, berjajar banyak bukit yang mengelilingi sebuah gerbang besar. Gerbang berwarna abu yang ditutupi oleh rantai-rantai yang sangat kokoh.Ada sesosok makhluk yang menyeramkan di depan gerbang itu. Tinggi dia mencapai 18 meter, tubuhnya berwarna hitam legam dipenuhi oleh otot yang gagah, di kepalanya ada tanduk besar mirip seperti domba jantan, mata merah tuanya melambangkan darah para musuh yang telah dihabisi olehnya.Moraka adalah namanya, Neraka menciptakan dia untuk menjaga Gerbang Neraka. Seringkali Moraka merenung dengan tugas yang diberikan kepadanya, 'menjaga dari siapa?' Tidak ada Malaikat yang cukup gila untuk masuk ke kawasan Gerbang Neraka. Hanya Iblis pencari informasi yang keluar masuk melalui gerbang ini, dan memang seharusnya selalu seperti itu.Tapi saat ini dia sangat waspada, sebuah portal hitam tiba-tiba munc

  • Menghancurkan Dunia Demi Dia   Chapter 6: Portal

    "Terimakasih."*Buk!*Edna menutup pintu tanpa menjawab pertanyaan Yuna. Dia menatapku dengan heran. "Apa kain itu sangat spesial sampai Bi Edna merahasiakannya?" tanyanya.Aku berbalik, lalu berjalan, Yuna mengikuti di sampingku. "Tidak usah dipikirkan. Kain itu tidak terlalu spesial, hanya kain sutra yang sangat nyaman, dan memang harganya lumayan mahal."Tampaknya dia masih belum paham. "Benarkah? Kok kamu bisa tahu, Firson?""Ya, itu kan barang jualan ayahku.""Ooh, benar juga," dia seperti tercerahkan. "Ayahmu seorang pedagang ya…""Iya," sahutku pendek.Jari telunjuk Yuna menyentuh bibirnya. "Apa ayahmu menjual gaun tuan putri?" tanyanya."Gaun tuan putri? Apa itu?""Itu gaun paling mewah yang pernah aku lihat, kamu tahu… nah… bentuknya… terus…."Entah kenapa, percakapan ini terasa familiar. Apakah dulu aku pernah membicarakan hal serupa dengan Yuna?Tidak… aku rasa bukan dengannya….———'Lihat Firson! Aku jadi semakin cantik, kan? Hehe… aku mencurinya dari ruang harta Keraja

  • Menghancurkan Dunia Demi Dia   Chapter 5: Yuna dan Edna

    'Firson, maukah kamu tinggal di sini bersamaku selamanya…?'Suaranya sangat jernih dan memikat.'Benarkah?! Yeeey!'Dia sangat bersemangat, ekornya bergerak ke sana kemari, dan… pelukannya terasa begitu hangat.'Aku akan mengajakmu berkeliling, Neraka sebenarnya punya banyak tempat bagus yang bisa kita kunjungi.'Dia mengacungkan jari telunjuknya sambil memasang wajah sok tahu.'Lihat! Itu adalah Pohon Iblis, pohon itu tidak bisa ditebang, dan tidak mungkin mati.'Tapi aku berhasil menebangnya. Itu adalah sebuah pohon yang sangat besar, tingginya melebihi 3000 meter, dengan diameter mencapai 1200 meter.'Pohon itu menghasilkan buah berwarna warni, seorang iblis akan lahir saat buah itu jatuh ke tanah.'Ya, aku telah memutus rantai kehidupan di Neraka.'Eh?! Iblis melahirkan?! T-tentu saja bisa, t-t-tapi… kurasa i-itu masih terlalu dini…'Wajah tersipunya sangat imut, sayang aku tidak menyadarinya waktu itu."B-baiklah! Kita lanjut berkeliling ya.'Sebenarnya tidak perlu, karena aku ju

  • Menghancurkan Dunia Demi Dia   Chapter 4: Kembali

    Danau… ya, sebuah danau. Aku melihat pantulan seorang pria dari air danau. Dia terlihat sangat berantakan, tak ada ekspresi apapun di wajahnya, mata ungunya sangat redup, sepertinya dia tidak memiliki motivasi apapun untuk hidup. Tapi… selain pria, aku melihat hal lainnya, sebuah harapan yang berawal dari keputusasaan.—————Seorang Kakek duduk di sebuah tahta cahaya, dia sedang melihat telapak tangan kanannya. "Umur 19 menemukan permata 'Omithyst' sekaligus mendapatkan kekuatannya, umur 20 mati dan masuk ke dalam Neraka." Kakek itu menaikkan alisnya. "Setelah mendapat kekuatan, kau malah mati. Kau pasti orang paling tolol sedunia.""..." aku tidak menanggapi ejekannya."Umur 21 terbunuh sebanyak 3 kali oleh iblis, air sungai, dan buah mangga…" dia berhenti berbicara lalu menatapku dengan jijik. "Air sungai? Dan juga mangga? Kau mati oleh buah mangga? Bagaimana mungkin?""Yah, kau tahu… Hutan Siksaan. Aku memakan buah mangga karena merasa lapar. Tapi setelah itu, isi perutku mala

  • Menghancurkan Dunia Demi Dia   Chapter 3: Menghancurkan Dunia

    Saat berusia 20 tahun, aku pernah mencintai seorang gadis. Rambut hitamnya diikat, wajahnya seolah dipahat dipadukan dengan senyumnya yang memikat. Belum lagi sifatnya yang periang dan suka membantu orang, aku sangat menyukai segala hal tentangnya. Tapi, sepertinya dia tidak memiliki perasaan yang sama terhadapku. Yah, aku tidak terlalu memikirkannya, lagipula cinta memang perlu perjuangan.Saat itu aku sudah mendapatkan kekuatan untuk melihat masa depan, kekuatan ini aktif saat aku melihat seseorang, tapi tidak ada yang benar-benar penting tentang masa depan warga desa, hanya ada satu orang yang masa depannya bisa dianggap genting… si gadis.Aku melihat bagaimana dua orang bandit memperkosa dia bersama-sama dengan cara brutal. Untungnya itu hanya mimpi buruk yang diperlihatkan mata ini, jadi aku bisa mencegahnya, ya… aku sangat yakin bisa mencegah itu dengan satu dan dua cara. Aku memperingatkan si gadis untuk berhati-hati, tapi sepertinya itu tidak mengubah apapun. Aku mengajaknya u

  • Menghancurkan Dunia Demi Dia   Chapter 2: Pengkhianatan

    "FIRSON! Apa artinya semua ini?!" Clasius membentaknya dengan amarah yang menggebu-gebu.Firson masih tetap dengan wajah datarnya. "Artinya kau akan mati, bodoh.""Ap-apa?! Jangan panggil aku bodoh!""Malah itu yang kau permasalahkan? Lihat prajuritmu yang kesulitan itu, dan itu juga, sepertinya dia ingin memakanmu." Firson menunjuk ke salah satu monster di medan perang.Clasius melihat ke arah yang ditunjukkan oleh Firson dengan ekspresi kengerian. "Itu…""Cerberus," tukas Firson. "Yah… akhirnya kau akan mati juga, sungguh melelahkan menjadi tangan kanan seorang Raja yang sangat tolol."Clasius jelas sangat marah mendengar perkataan Firson, tapi dia tidak punya waktu untuk mengurus hal itu sekarang. Monster besar setinggi 12 meter dengan tiga kepala anjing yang memiliki tanduk, sedang berlari cepat menuju tempat Clasius dan Firson berada. Kuda yang ditumpangi Clasius mengeluarkan suara yang memekikkan telinga, bergerak tak karuan hingga membuat Clasius terjatuh.Kuda itu ingin berlari

DMCA.com Protection Status