Menghadapi Kematian di Depan Mata

Menghadapi Kematian di Depan Mata

last updateLast Updated : 2025-01-03
By:   Eriana  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
Not enough ratings
10Chapters
11views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Aku mengalami kram menstruasi dan memesan obat pereda nyeri. Di aplikasi, pengantarnya tertulis seorang pengendara wanita, tapi yang datang ternyata seorang pria mabuk. Kali ini, aku tidak menelepon dua kakakku untuk meminta bantuan. Langsung saja aku melapor ke polisi. Di kehidupan sebelumnya, kedua kakakku bukan hanya memanggil semua pengawal pribadi yang ada, tetapi mereka sendiri juga buru-buru kembali. Akibatnya, mereka melewatkan drama panggung yang dimainkan oleh adik angkat mereka. Adik angkat mereka begitu sedih hingga dia menusukkan tombak mainan ke dirinya sendiri di atas panggung dan membuat dirinya terluka parah. Kedua kakakku mencoba menghiburku, "Jangan merasa bersalah. Setidaknya kamu tetap selamat." Namun, di balik itu, mereka mengikatku dan menyerahkanku kepada sekelompok pria mabuk. "Cuma pria mabuk, 'kan? Kamu bisa mengusirnya sendiri. Kenapa harus manggil kami? Sekarang lihat akibatnya. Kalau Hilda meninggal, kamu juga jangan berharap bisa hidup!" Ketika aku membuka mata lagi, aku kembali ke hari di mana pria mabuk itu mengetuk pintuku. Kali ini, aku tidak menelepon mereka. Mereka akhirnya bisa menyaksikan drama panggung adik angkat mereka, memberi dukungan dan semangat. Namun, setelah drama itu selesai, mereka malah menyesal.

View More

Latest chapter

Free Preview

Bab 1

Tengah malam, pria mabuk di luar pintu mengetuk dengan suara yang menggema dan meruntuhkan suasana sepi malam itu.Aku segera mendorong sofa, meja, dan semua furnitur ke depan pintu untuk memblokirnya. Namun, bibiku mulai memindahkan satu per satu benda itu dengan ekspresi tak sabar. Dia melirikku dengan kesal. "Kamu ini berlebihan sekali!""Kakakmu sudah janji mau nonton drama panggung Hilda. Sekarang mereka pasti sibuk, mana mungkin ganggu mereka! Kita buka saja pintunya dan usir dia langsung, selesai perkara!"Melihat adegan ini, aku tiba-tiba menyadari satu hal. Aku telah mengalami hal ini sebelumnya. Aku telah kembali ke masa lalu. Di kehidupan sebelumnya, kejadiannya persis seperti ini.Saat itu, aku baru saja pindah dari rumah setelah bertengkar dengan kedua kakakku. Tidak lama setelahnya, seorang pria mabuk yang menyamar sebagai kurir datang mengetuk pintu.Kebetulan, kedua kakakku sedang menonton drama panggung adik angkat mereka, Hilda. Aku juga bertengkar dengan bibiku saat ...

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
10 Chapters
Bab 1
Tengah malam, pria mabuk di luar pintu mengetuk dengan suara yang menggema dan meruntuhkan suasana sepi malam itu.Aku segera mendorong sofa, meja, dan semua furnitur ke depan pintu untuk memblokirnya. Namun, bibiku mulai memindahkan satu per satu benda itu dengan ekspresi tak sabar. Dia melirikku dengan kesal. "Kamu ini berlebihan sekali!""Kakakmu sudah janji mau nonton drama panggung Hilda. Sekarang mereka pasti sibuk, mana mungkin ganggu mereka! Kita buka saja pintunya dan usir dia langsung, selesai perkara!"Melihat adegan ini, aku tiba-tiba menyadari satu hal. Aku telah mengalami hal ini sebelumnya. Aku telah kembali ke masa lalu. Di kehidupan sebelumnya, kejadiannya persis seperti ini.Saat itu, aku baru saja pindah dari rumah setelah bertengkar dengan kedua kakakku. Tidak lama setelahnya, seorang pria mabuk yang menyamar sebagai kurir datang mengetuk pintu.Kebetulan, kedua kakakku sedang menonton drama panggung adik angkat mereka, Hilda. Aku juga bertengkar dengan bibiku saat
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more
Bab 2
Aku berusaha menenangkan bibiku. Namun, dia menarikku dengan kuat ke depan seperti kerasukan. Seketika aku sadar, kemungkinan besar pemabuk itu adalah perbuatannya.Dia tidak menyukaiku karena aku adalah anak angkat, dan kini dia rela berbuat sejauh ini, menggunakan tangan gelandangan untuk mencelakaiku. Aku merasa sangat putus asa. Apakah meskipun memulai kembali, aku tetap tidak bisa menghindari takdir disiksa hingga mati oleh pemabuk?Di kehidupan sebelumnya, meskipun aku lolos dari tangan pemabuk, aku akhirnya tetap mati di tangan mereka. Aku diam-diam menelepon kakakku tanpa sepengetahuan bibi. Kakak yang mendengar permohonanku, membawa orang-orang dan menangkap pemabuk itu tepat waktu, sehingga aku berhasil selamat.Namun, adik angkatku, Hilda, merasa ditinggalkan karena tidak melihat kakak kami hingga pertunjukan selesai. Merasa diabaikan, dia memilih menusuk tubuhnya sendiri dengan alat peraga di panggung.Dia meninggal seketika.Di pemakamannya, aku sangat sedih, tetapi kedua
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more
Bab 3
Bibiku ternyata memiliki kunci kamar tidurku!Begitu pintu dibuka, dia langsung menamparku dengan keras. Kemudian, dia menarik rambutku dan menyeretku keluar. Tepat saat itu, telepon rumah di dekat kakiku tiba-tiba berdering. Aku buru-buru menggunakan kakiku untuk mengangkat gagangnya dan menekan tombol pengeras suara.Suara tetangga, Bibi Deslin, terdengar dari seberang dengan nada sedikit kesal. "Winona, tengah malam begini kenapa masih ribut? Ada apa di rumahmu? Siapa pria di luar itu? Suruh dia berhenti mengetuk pintu!"Aku segera berteriak, "Bibi Deslin, tolong lapor polisi! Di dalam rumah ada orang yang mencoba membunuhku!""Pria mabuk di luar itu aku nggak kenal, kemungkinan dia komplotan penjahat! Kalau dia berhasil mendobrak masuk ke rumahku, berikutnya mungkin giliran rumahmu!"Tuduhan penjahat itu hanyalah karanganku, tapi manusia cenderung baru peduli saat kepentingannya sendiri terancam. Benar saja, setelah mendengarnya, suara Deslin langsung meninggi. "Penjahat? Tunggu, a
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more
Bab 4
Meskipun aku tidak tahu dengan pasti situasi di luar pintu, kenyataan bahwa orang di luar sudah menunjukkan senjata tajam membuatku semakin yakin ... aku tidak boleh keluar!Aku berusaha merangkak menuju jendela, tapi bibiku segera menyadari niatku. Dengan cepat, dia menangkapku dan menarikku kembali. Aku tidak punya pilihan selain kembali meminta bantuan dari Bibi Deslin."Bibi Deslin, dengar itu! Pemabuk di luar sudah mengeluarkan senjata tajam dan mencoba mendobrak pintu rumahku!""Di sini penghuninya sangat sedikit. Kalau penjahat itu selesai merusak rumahku dan pindah ke rumahmu, lalu kamu baru melapor, itu sudah terlambat!""Dasar kamu ini, jangan maksa orang lain untuk buat laporan palsu!" Bibiku buru-buru memotong perkataanku dan melotot tajam dengan wajah penuh senyum jahat."Senjata tajam apa? Itu karena dia terlalu lama menunggu di depan pintu! Pengantar barangnya hampir kena penalti karena telat. Makanya dia jadi mengetuk pintu dengan panik.""Kamu ini nggak tahu ya, kurir
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more
Bab 5
Bibiku masih mencoba berdalih. Dia segera berkata dengan nada tergesa-gesa, "Nggak apa-apa, cuma nggak sengaja jatuh dan menabrak pintu. Jangan sampai Hilda kelaparan, kalian cepat pergi saja, aku tutup telepon ini ya!"Namun, saat bibiku berbicara, suara pukulan keras di pintu terus berlanjut tanpa henti."Bibi, kamu lagi bohong ya?" Suara dingin kakakku terdengar. Meskipun dalam bentuk pertanyaan, nadanya penuh keyakinan. "Seberapa sering orang bisa jatuh sampai begitu?"Bibiku tergagap. Dia tidak bisa memberikan alasan yang masuk akal, lalu langsung merebut telepon dan hendak menutupnya."Kalian lihat rekaman kamera di depan pintu Winona, periksa apa yang sedang terjadi." Sebelum telepon terputus, suara kakakku terdengar jelas di telinga kami.Wajah bibiku seketika memucat, dia langsung terkulai di lantai. Aku menghela napas lega, tubuhku terasa ringan. Aku berbaring di lantai dan merasa aman. Aku tahu, aku telah diselamatkan.Namun, belum sempat aku benar-benar merasa lega, mataku
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more
Bab 6
"Jangan bergerak!"Dalam sekejap, pintu utama didobrak, dan polisi muncul. Pemabuk itu segera dilumpuhkan, sementara aku terkulai lemas di lantai, seperti habis melewati ratusan pertempuran.Polisi membawa pemabuk dan bibiku pergi. Aku juga ikut ke kantor polisi untuk memberikan keterangan.Karena bibiku sangat tidak kooperatif, aku terus-menerus diinterogasi dan diminta mengingat dan menceritakan ulang pengalaman yang nyaris membunuhku. Aku hampir menghabiskan semalaman di kantor polisi. Ketika akhirnya keluar, langit sudah mulai terang.Selama itu, kedua kakak yang tahu apa yang terjadi padaku, tidak datang menjengukku sekali pun dan bahkan tidak menanyakan kabar. Saat aku membuka ponsel, hanya ada satu pesan singkat dan dingin.[ Perayaan untuk Hilda nggak bisa ditinggalkan. Aku sudah panggil orang untuk membantu. Jaga dirimu. ]Pesan itu menusuk hatiku berkali-kali.Saat aku kembali ke kompleks dengan keadaan lusuh, aku menemukan kedua kakakku sudah berada di sana. Hilda duduk deng
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more
Bab 7
Aku merasa muak dengan semua ini. Baik yang bagus maupun yang buruk, aku membersihkan seluruh isi rumah tanpa sisa.Sejak tahun kedua Hilda tinggal di rumah, uang sakuku sudah dihentikan. Selama bertahun-tahun, aku mengandalkan usahaku sendiri untuk bertahan hidup dan menghidupi diriku sendiri.Rumah ini kubeli beberapa tahun lalu, awalnya memang harus berhemat dan hidup seadanya. Namun sekarang, perusahaan yang kudirikan sudah berjalan stabil, dengan nilai pasar yang berlipat kali dari awal, bahkan jauh melampaui perusahaan milik kakakku.Meski begitu, aku tidak pernah melupakan masa-masa sulit dulu, itulah sebabnya aku tetap mempertahankan rumah ini. Namun alasan utamaku adalah karena aku masih sayang pada kedua kakakku, rumah ini dekat dengan kompleks vila mereka. Namun sekarang, semua itu tidak berarti lagi.Aku langsung memasang iklan penjualan rumah ini secara online dengan harga murah. Sebagai tanda terima kasih atas "perawatan" mereka selama bertahun-tahun, aku juga mengirimkan
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more
Bab 8
Aku langsung mendorong kakak kedua menjauh dan kembali duduk di sofa dengan santai. Sepertinya dia tidak menyangka aku akan melawan. Dia terhuyung mundur dengan mata terbelalak dan terkejut di tempatnya.Melihat tidak ada yang benar-benar berani berbuat apa-apa padaku, Hilda mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan sambil mengerutkan alis."Kakak, sejak kecil aku sudah menjadi yatim piatu. Kakak-kakak kita sibuk dan di malam-malam ketika aku nggak bisa tidur, cuma Bibi yang selalu menemaniku."Hilda tiba-tiba berlutut di hadapanku. Bahkan, dia sengaja bergeser sedikit agar tidak berlutut di atas pecahan piring."Kakak, kumohon, Bibi sangat penting bagiku. Dia sudah menganggapku seperti putrinya dan aku juga menganggapnya sebagai ibu yang harus kuhormati. Tolong, bicaralah dengan polisi dan bebaskan dia. Kalau ada hukuman yang harus diterima, aku bersedia menanggungnya!"Kain putih di lututnya perlahan menjadi merah karena darah, sangat mencolok."Cukup!" Kakak pertama tiba-tiba b
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more
Bab 9
Bukti nyata terpampang di depan mata.Kedua kakakku tampak terpukul. Selama bertahun-tahun, mereka menghormati Bibi yang ternyata adalah pembunuh orang tua mereka. Mereka memanjakan Hilda seperti harta paling berharga yang ternyata dia adalah anak dari pembunuh itu.Sementara aku, satu-satunya adik yang tulus mencintai mereka, justru menjadi sasaran penderitaan mereka selama ini.Di saat itu, aku merasa puas, bahkan tertawa hingga meneteskan air mata. "Jadi, jadi selama ini kedua kakakku hanyalah orang bodoh yang dimanipulasi seperti mainan di tangan orang lain!"Wajah kedua kakakku menjadi semakin muram. Kakak pertama berdiri kaku di tempatnya, matanya terpaku pada sosok Bibi di kejauhan.Kakak kedua, dengan emosi yang meledak-ledak, langsung melompat dan mencengkeram kerah Bibi sambil berteriak marah, "Dasar wanita busuk! Kenapa? Kenapa kamu lakukan ini?!""Ayah dan Ibu selalu baik sama kamu dan Paman, juga selalu membantu kalian. Kenapa kamu membalas kebaikan dengan pengkhianatan?!"
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more
Bab 10
Bibi kehilangan banyak darah dan meninggal sebelum sempat dibawa ke rumah sakit. Kakak pertama yang kini didakwa dengan tuduhan penganiayaan berat, langsung ditahan dan dikirim ke penjara.Kakak kedua berdiri di sana dengan wajah penuh rasa bersalah. Dia perlahan menoleh ke arahku, mencoba berbicara, "Winona, aku ...."Namun, sebelum dia bisa melanjutkan, Hilda langsung melangkah di depanku, memotong pembicaraan. Dengan air mata berlinang, dia melompat ke pelukan kakak kedua sambil gemetar ketakutan."Kak, maafkan aku, sungguh maafkan aku .... Tapi aku benar-benar nggak tahu apa-apa soal semua ini. Aku nggak bersalah, kamu harus percaya sama aku! Kak, aku takut sekali. Kamu nggak akan meninggalkanku, 'kan?"Kakak kedua terlihat bingung dan tidak bisa bergerak, seperti terikat oleh tangisan dan rengekan Hilda. Melihat wajahnya yang penuh dilema, aku hanya memutar mata dan pergi begitu saja.Kemudian, aku kembali ke kompleks untuk menunjukkan rumahku kepada calon pembeli. Pembeli tersebu
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more
DMCA.com Protection Status