Bibiku masih mencoba berdalih. Dia segera berkata dengan nada tergesa-gesa, "Nggak apa-apa, cuma nggak sengaja jatuh dan menabrak pintu. Jangan sampai Hilda kelaparan, kalian cepat pergi saja, aku tutup telepon ini ya!"Namun, saat bibiku berbicara, suara pukulan keras di pintu terus berlanjut tanpa henti."Bibi, kamu lagi bohong ya?" Suara dingin kakakku terdengar. Meskipun dalam bentuk pertanyaan, nadanya penuh keyakinan. "Seberapa sering orang bisa jatuh sampai begitu?"Bibiku tergagap. Dia tidak bisa memberikan alasan yang masuk akal, lalu langsung merebut telepon dan hendak menutupnya."Kalian lihat rekaman kamera di depan pintu Winona, periksa apa yang sedang terjadi." Sebelum telepon terputus, suara kakakku terdengar jelas di telinga kami.Wajah bibiku seketika memucat, dia langsung terkulai di lantai. Aku menghela napas lega, tubuhku terasa ringan. Aku berbaring di lantai dan merasa aman. Aku tahu, aku telah diselamatkan.Namun, belum sempat aku benar-benar merasa lega, mataku
Last Updated : 2025-01-03 Read more