Bastian mendadak terdiam mendengar ucapan Tere. Tere pun melangkah mendekati Bastian sambil tersenyum penuh kemenangan. "Aku tahu, Bastian! Aku tahu semuanya tentang affair kalian. Anak tiri dan ibu tirinya. Kau tahu kalau hal itu sangat menjijikkan, Bastian! Apa tidak ada wanita lain? Dia itu istri muda dari ayahmu, Bastian!""Dan jangan mencoba menyangkalnya, Bastian! Jangan mencoba menyembunyikannya dariku karena aku tidak bisa dibohongi!" bisik Tere di dekat Bastian. Tere sudah membayangkan kalau Bastian pasti akan ketakutan kalau affair mereka terungkap lalu Tere akan menawarkan kesepakatan, merahasiakan ini dengan syarat Bastian harus bersamanya. Tere pun begitu percaya diri kalau dengan caranya ini bisa membuat Bastian pada akhirnya akan bersamanya. Namun alih-alih takut, Bastian malah tertawa kesal sambil menantang Tere. "Kalau aku menyukainya lalu kenapa? Aku memang menyukainya, Tere. Dan sekalipun kau bilang itu menjijikkan, aku tidak peduli!"Tere membelalak kaget kare
Bastian terus berdecak saat ia tidak bisa menelepon Sierra. "Sial, ponselnya tidak aktif! Di mana dia sebenarnya? Di ruang makan juga tidak ada."Bastian pun melangkah makin cepat masuk ke kamar Sierra, namun Sierra juga tidak ada di sana. Tidak lama kemudian, Tory pun menghampiri Bastian dengan tergesa-gesa. "Bos!" panggil Tory sambil setengah membungkuk dengan napas yang ngos-ngosan. "Bagaimana, Tory? Kau sudah menemukannya?""Belum, Bos. Aku sudah berkeliling, tapi aku tidak menemukannya juga. Pak Jose dan Pak Ernest juga sudah menunggu di ruang makan sejak tadi.""Sial!" Bastian kembali mengumpat sambil berpikir keras. "Ck, apa kau sudah menanyakan pada orang-orang? Siapa tahu ada yang melihatnya.""Beberapa orang yang kutanyai tidak ada yang tahu, Bos."Bastian mengembuskan napas kasarnya sambil mengepalkan tangannya dan melangkah ke ruang makan. Di sana Pak Jose dan Ernest juga sudah menoleh ke sekeliling sambil bertanya pada pelayannya apa mereka ada yang melihat Sierra.
Di dalam hutan sendiri, Sierra memang sudah ketakutan. Jantungnya tidak berhenti berdebar kencang dan suara dengungan serangga di telinganya terasa begitu mengerikan. Sierra terus bergerak menghalau semua serangga di dekatnya, tapi serangga yang banyak itu terus menyerangnya, seolah mereka memang tidak pernah menemukan mangsa sebelumnya. Sierra terus bergerak mengikuti kakinya walaupun ia sendiri tidak tahu di mana dirinya sekarang. "Tere!" teriak Sierra lagi. "Sial! Apa dia meninggalkan aku? Apa maksudnya ini?" gumam Sierra dengan suara yang sudah putus-putus dan napas yang sudah tersengal. Sierra terus memeluk dirinya sendiri dan tidak berhenti mengumpat. "Sial! Seharusnya aku menuruti Bastian untuk tidak bersama wanita itu!""Halo, siapa pun tolong aku, aku tidak tahu aku di mana ... akhh!" Entah apa yang sedang diinjak Sierra saat ini, tapi Sierra tersandung dan ia pun jatuh terjerembab ke tanah yang penuh rumput kotor itu. Beberapa ranting terasa menusuk, tapi untungnya s
"Bagaimana? Kalian tidak menemukannya juga?" Pak Jose memekik gugup saat tim penyelamatnya sama sekali tidak menemukan Sierra. "Maaf, Pak! Kami sudah menyusuri sekitar hutan, tapi kami kesulitan karena hutan terlalu gelap dan hawa yang terlalu dingin. Kalau tidak keberatan, kami akan membentuk tim lain untuk mencari lagi satu jam dari sekarang.""Apa yang bisa terjadi dalam satu jam? Astaga, aku merasa bersalah sekali pada Bu Sierra. Apa yang akan terjadi padanya?""Maafkan kami, Pak!""Cepatlah, bentuk tim lagi! Lakukan semaksimal yang kalian bisa!" "Baik, Pak!"Pak Jose dan Ernest terlihat sangat panik, begitu pun dengan Tory yang juga panik memikirkan Bastian. "Eh, tunggu tunggu tunggu, Bosku! Bastian! Dia juga ikut masuk ke hutan! Mana dia? Mengapa tidak ikut keluar bersama kalian?""Eh, maaf, kami tidak melihat orang lain lagi.""Heh, apa maksudnya tidak melihat orang lain? Lalu di mana Bosku?"Tory pun mulai panik dan bergidik pada saat yang bersamaan. Sedangkan Tere yang b
Bastian segera berlari lalu berjongkok dan mengangkat tubuh Sierra ke dalam pelukannya, mencoba memanggil wanita yang sudah kehilangan kesadarannya itu, namun Sierra tidak juga bangun. Jantung Bastian kembali memacu kencang karena ia begitu takut kehilangan Sierra saat ini. "Sierra ... Sierra, bangun, Sierra! Bangun! Kau akan baik-baik saja, Sierra! Kumohon bangunlah, Sierra! Kau tidak boleh tidur! Bangun, Sierra!" Bastian mengguncang tubuh Sierra makin keras lalu Bastian mencoba memeriksa sekujur tubuh Sierra, takut ada cidera atau luka yang tidak ia ketahui, tapi untunglah sepanjang yang ia lihat, tidak ada luka serius karena baju wanita itu pun masih utuh tanpa robekan. "Sierra, kau bisa mendengarku? Sierra? Sial, tubuhmu dingin sekali dan bajumu basah!" Baju dan celana Sierra sendiri memang ikut basah karena longsoran tanah yang bercampur dengan genangan air tadi yang membuat Sierra makin kedinginan. "Sierra, ayo bangun! Sierra!" Bastian pun memanggil Sierra makin keras hin
"Apa kau tidak menelepon istri mudamu? Apa yang dia lakukan di sana?" Laura kembali memanas-manasi Jacob setelah makan malam berakhir. Jacob mengernyit mendengar ucapan Laura, tapi ia mencoba untuk tetap bersikap biasa saja. Entah apa Laura mengetahui sesuatu antara Bastian dan Sierra, tapi Jacob mengetahuinya. Bahkan Jacob melihat dengan jelas bagaimana mereka berciuman pagi itu. Hanya saja, Jacob menahan dirinya. Setelah semua yang terjadi dan semua usahanya untuk membawa Bastian pulang ke rumah ini, Jacob tidak mau bersitegang dengan Bastian lagi. Selain itu, Jacob pun berharap kejadian itu adalah yang pertama dan terakhir. Jacob tidak bisa menghalangi Bastian yang memang menyukai wanita cantik, tapi Jacob tidak akan bisa memaafkan kalau sampai Sierra berani menanggapinya. Dan sejauh yang Jacob lihat waktu itu, Bastian yang melakukannya secara sepihak, jadi itu masih bisa ditolerir oleh Jacob. "Kalau kau mau mengatakan sesuatu langsung saja katakan, Laura! Tidak usah berte
"Sial, Sierra! Lihat kakimu ini sudah membeku!" geram Bastian yang langsung memijati kaki Sierra dan Sierra hanya bisa menatapnya nanar. Mungkin kehangatan yang diberikan Bastian barusan sudah membuat Sierra sedikit sadar hingga ia bisa merasakan debar jantungnya memacu cepat karena malu saat ini. "Ini dingin sekali, Sierra! Kemarilah! Naiklah ke pangkuanku lagi dan naikkan kakimu juga!"Bastian membantu Sierra bergerak naik ke pangkuannya. Posisi Sierra meringkuk di pelukan Bastian seperti bayi. Sierra pun sekarang memeluk leher Bastian dan menekuk kakinya, menyembunyikan semuanya ke dalam jaket Bastian yang besar itu. "Apa kau sudah merasa makin hangat, Sierra?" bisik Bastian di telinga Sierra.Sierra pun hanya mengangguk dengan malu sekaligus lega. Malu karena saat ini ia benar-benar polos di pelukan Bastian, namun lega karena Bastian benar-benar membuktikan ucapannya dengan hanya memeluknya. Bahkan Bastian sama sekali tidak menyentuh tubuhnya selain hanya memeluk. Bastian
Hari sudah mulai pagi saat Sierra mengernyit dalam tidurnya. Hawa dingin masih terasa, namun tidak sedingin tadi malam. Bahkan, pagi ini Sierra sudah bisa menikmati tidurnya dengan hawa dingin yang membuatnya mulai terbiasa itu. Sierra sendiri masih bergelung di dalam jaketnya saat tiba-tiba kesadaran menyentaknya dan ia membuka matanya kaget. Sierra pun mengerjapkan matanya menatap tempat asing yang tidak dikenalnya itu. Susah payah Sierra berusaha berpikir hingga akhirnya ia mengingat semua yang terjadi kemarin malam secara sadar. Dan melihat Bastian di sana, Sierra pun makin yakin kalau semuanya memang nyata. Sierra menatap punggung telanjang Bastian yang sedang duduk di tepi matras, entah apa yang pria itu lakukan, tapi mendadak pipi Sierra menghangat dan bersemu merah, mengingat bagaimana kokohnya tubuh itu memeluk tubuh polosnya tadi malam. Sierra pun menelan salivanya dengan susah payah. Perasaannya campur aduk saat ini, namun entah mengapa ada perasaan lega dan bahagia