Hari sudah mulai pagi saat Sierra mengernyit dalam tidurnya. Hawa dingin masih terasa, namun tidak sedingin tadi malam. Bahkan, pagi ini Sierra sudah bisa menikmati tidurnya dengan hawa dingin yang membuatnya mulai terbiasa itu. Sierra sendiri masih bergelung di dalam jaketnya saat tiba-tiba kesadaran menyentaknya dan ia membuka matanya kaget. Sierra pun mengerjapkan matanya menatap tempat asing yang tidak dikenalnya itu. Susah payah Sierra berusaha berpikir hingga akhirnya ia mengingat semua yang terjadi kemarin malam secara sadar. Dan melihat Bastian di sana, Sierra pun makin yakin kalau semuanya memang nyata. Sierra menatap punggung telanjang Bastian yang sedang duduk di tepi matras, entah apa yang pria itu lakukan, tapi mendadak pipi Sierra menghangat dan bersemu merah, mengingat bagaimana kokohnya tubuh itu memeluk tubuh polosnya tadi malam. Sierra pun menelan salivanya dengan susah payah. Perasaannya campur aduk saat ini, namun entah mengapa ada perasaan lega dan bahagia
Semua orang sudah berkumpul di perbatasan saat Bastian akhirnya membawa Sierra keluar dari sana. Pak Jose, Ernest, dan regu penyelamat sudah ada di sana untuk bersiap masuk dan mencari Sierra dan Bastian, namun ternyata orang yang dicari sudah keluar sendiri dalam keadaan sehat. Tory adalah orang yang pertama kali melihatnya dan langsung memekik keras. "Bos! Bos! Itu Bos!" pekik Tory begitu senang. Tory langsung berlari menghampiri Bastian dan membantu Bastian menurunkan Sierra. "Hati-hati, Tory! Punggungnya terluka!""Eh, iya! Ayo, Bu Sierra! Hati-hati!" Tory memapah Sierra, sebelum akhirnya Bastian pun ikut turun dari undakan itu. "Bu Sierra? Bu Sierra, untunglah kau ditemukan!" Pak Jose bernapas begitu lega sambil menceritakan kepanikan semua orang mencarinya. Semalam satu regu penyelamat kembali masuk ke hutan, tapi hasilnya tetap nihil sampai Pak Jose tidak bisa tidur memikirkannya. "Terima kasih atas kepedulianmu, Pak Jose! Maafkan aku yang merepotkan!""Tidak, Bu Sierr
"Apa yang membuat Ayah memanggil Valdo begitu pagi?" Laura dan Stephanie mengernyit saat melihat Valdo muncul di rumah mereka pagi itu, padahal Valdo sendiri baru pulang dari luar negeri.m kemarin malam. "Entahlah, Stephanie! Tapi yang pasti, tidak jauh-jauh dari masalah Sierra. Ayahmu itu selalu menjadikan Valdo teman curhatnya. Tentu saja setelah beberapa hari Ibu mempengaruhinya, Ibu tidak percaya kalau dia sama sekali tidak terpengaruh."Stephanie mengangguk mendengarnya. "Tapi sampai kapan Ibu mau menyimpan semua bukti itu? CCTV di rumah ada, foto saat mereka berciuman di kantor juga ada, oh, mereka memang menjijikkan, aku sudah tidak tahan lagi, Ibu!""Sabar, Stephanie! Bukti-bukti itu akan berfungsi sebagai bom waktu nantinya. Kalau suatu hari Sierra menyulitkan kita, kita bisa memakainya untuk melindungi diri kita.""Ck, tapi aku lebih menyukai semua cepat terbongkar dan wanita itu cepat pergi dari sini, Ibu!""Baiklah, sabar, Sayang ...." Laura terus menenangkan Stephanie d
Suara anak-anak berlarian terdengar di halaman yayasan. Seperti hari-hari sebelumnya, mereka akan bermain bola sambil tertawa bersama. Dan kali ini Julio pun menendang bolanya langsung ke gawang. "Golll ... yeay ...."Julio terus terkikik sambil berlari membuat selebrasi seperti yang pernah ia lihat di video dan teman-temannya yang lebih besar pun tertawa melihatnya. Mereka masih tertawa bersama saat pengurus yayasan memanggil Julio. "Julio! Kemarilah! Aunty-mu datang, Nak!"Mata Julio langsung berbinar-binar mendengarnya. "Aunty Sierra?" seru Julio sambil langsung berlari menghampiri pengurus yayasan. "Mana dia?""Tadi security menelepon memberitahu, dia masih di mobilnya." "Julio mau ke sana!" teriak Julio sambil langsung berlari ke arah parkiran. "Julio, hati-hati! Jangan berlari secepat itu!" teriak pengurus yayasan. Namun, Julio sudah berlari begitu kencang sampai ke parkiran dan ia pun melihat mobil di sana. Dari kaca depan mobil, Julio bisa melihat Bastian dan Sierra. J
Bastian masih bermain bersama anak-anak sambil menatap Sierra dari kejauhan dan saat tatapan mereka bertemu, Sierra pun tersenyum manis sambil melambaikan tangannya. Sierra sendiri mendadak melupakan tentang pertanyaan Bastian tadi karena ia terlalu antusias di sana. Sierra duduk di rumput di samping kaki Rosella. Rosella duduk di atas kursi dan hanya terus berkedip, sedangkan Sierra duduk di bawahnya, tepat di samping kaki Rosella sambil memeluk kaki kakaknya itu. Sesekali Sierra ikut tertawa melihat tawa semua anak-anak di kejauhan, namun sesekali ia melirik ke atas, melihat ekspresi Rosella yang tetap datar. Dan setiap kali setelah melihat ekspresi Rosella, Sierra akan makin memeluk kaki kakaknya itu lalu menyandarkan kepalanya di sana. "Menurutmu bagaimana pria itu? Dia tampan kan?""Namanya Bastian. Sebastian Sagala. Dan aku ... kurasa aku menyukainya, Rosella ...."Sierra tersenyum sambil melirik Rosella lagi. "Kami bertemu dengan cara yang tidak biasa. Entahlah bagaimana
"Akhirnya kau pulang juga, Bos!"Bastian menghentikan mobilnya di depan rumah dan Tory pun langsung menyambutnya. "Hmm, ada apa? Biarkan aku mandi dulu!" Bastian melirik Sierra sekilas seolah berpamitan, sebelum ia pun naik ke kamarnya sendiri. Sierra sendiri hanya menatap punggung Bastian yang sudah melangkah diikuti Tory itu.Baru saja Sierra akan naik ke kamarnya juga, namun Valdo sudah menghampiri dan menyapanya. "Sierra?"Sierra yang melihat Valdo langsung tersenyum senang. "Valdo? Kau sudah pulang? Urusanmu di Singapore sudah beres?" "Sudah, Sierra. Oh ya, bagaimana keadaanmu? Aku dengar kau sempat tersesat di hutan.""Eh, cepat sekali beritanya sampai ke telingamu ...."Bastian memang tidak memberitahu Sierra kalau Valdo ada di rumah dan Pak Jose sudah menelepon Jacob. kKarena itu, Sierra belum tahu apa-apa. "Pak Jose menelepon langsung ke Pak Tua itu dan menjelaskan semuanya. Dia terus meminta maaf dan merasa sungkan sudah membuatmu mengalami kejadian yang tidak mengen
Suara tegas Jacob membuat semua orang terdiam dan Sierra lagi-lagi menahan napasnya. Rasanya suasana di ruang makan selalu mencekam akhir-akhir ini, namun hari ini terasa lebih mencekam daripada biasanya. Sierra pun menjaga pandangannya lurus ke depan karena ia begitu takut untuk melirik ke arah siapa pun, baik itu Bastian maupun Jacob. Namun, tidak begitu dengan Bastian yang lagi-lagi tertawa kesal dan tetap menanggapi Jacob dengan santai. "Huh, mendadak menjadi suami yang posesif, hah? Kau tidak bersikap seperti itu pada ibuku dulu! Atau jangan-jangan karena sekarang kau sudah tua, sedangkan istrimu masih muda, jadi kau takut pria lain yang lebih muda merebutnya darimu?" Jacob yang mendengarnya pun mendadak dibakar emosinya. "Jaga bicaramu, Bastian!""Apa ada ucapanku yang salah? Aku hanya membahas tentang perbedaan sikap yang kau tunjukkan pada istri tua dan istri mudamu!" sahut Bastian lagi dengan tajam.Kedua ayah dan anak itu pun saling bertatapan dengan tajam sampai perasa
"Kau baik-baik saja, Sierra?"Sierra yang masih sakit hati keluar dari ruang kerja Jacob dan memilih untuk duduk sendirian di kursi santai di pinggir kolam renang. Valdo pun menghampiri Sierra untuk menghiburnya. "Kalau kau ada di posisiku, apa kau bisa baik-baik saja, Valdo?" jawab Sierra lirih. Valdo pun mengembuskan napas panjangnya dan duduk di samping Sierra tanpa kata. "Aku sudah berusaha melakukan yang terbaik yang aku bisa. Apa dia pikir aku senang melakukan ini? Apa dia pikir karena dia memberiku uang lalu dia bebas menghinaku seperti ini?""Terkadang saat memikirkannya, aku mau mengakhiri semuanya tapi aku menyadari kalau aku masih membutuhkan Pak Tua itu. Aku pun merendahkan harga diriku dan menjadi pesuruhnya karena harga diriku sama sekali tidak berarti dibanding kebahagiaan dan kenyamanan keluargaku ....""Tapi bukan berarti aku tidak bisa sakit hati, Valdo." Sierra mulai memegangi dadanya dengan emosional. "Lagipula tugasku hanya tinggal menyingkirkan Tante Laura d