"Kau baik-baik saja, Sierra?"Sierra yang masih sakit hati keluar dari ruang kerja Jacob dan memilih untuk duduk sendirian di kursi santai di pinggir kolam renang. Valdo pun menghampiri Sierra untuk menghiburnya. "Kalau kau ada di posisiku, apa kau bisa baik-baik saja, Valdo?" jawab Sierra lirih. Valdo pun mengembuskan napas panjangnya dan duduk di samping Sierra tanpa kata. "Aku sudah berusaha melakukan yang terbaik yang aku bisa. Apa dia pikir aku senang melakukan ini? Apa dia pikir karena dia memberiku uang lalu dia bebas menghinaku seperti ini?""Terkadang saat memikirkannya, aku mau mengakhiri semuanya tapi aku menyadari kalau aku masih membutuhkan Pak Tua itu. Aku pun merendahkan harga diriku dan menjadi pesuruhnya karena harga diriku sama sekali tidak berarti dibanding kebahagiaan dan kenyamanan keluargaku ....""Tapi bukan berarti aku tidak bisa sakit hati, Valdo." Sierra mulai memegangi dadanya dengan emosional. "Lagipula tugasku hanya tinggal menyingkirkan Tante Laura d
Sierra masih begitu kaget saat Valdo mendadak menariknya mundur dan menghadapi Bastian, seolah Valdo sedang melindungi Sierra dari pria itu. Bahkan Valdo menantang Bastian dengan gentle dan keras, sikap yang selama ini tidak pernah Sierra lihat dari Valdo yang terkesan selalu lembut dan sabar. Baiklah, bukannya Valdo tidak gentle, tapi Valdo itu tipe pria yang berbeda dengan Bastian. Bastian selalu dingin, emosional, meletup-letup, bahkan bicaranya pun tidak pernah lembut. Walaupun Sierra pernah merasakan kelembutan pria itu saat pria itu sedang memeluknya malam itu, tapi cara Bastian menciumnya pun kasar dan agresif. Berbeda dengan Valdo yang selalu ramah, lembut, dan murah senyum. Valdo selalu lebih tenang dan mengatasi semuanya tanpa emosi. Namun, malam ini baik Bastian maupun Valdo terlihat sama-sama keras. Bahkan kerasnya Valdo terlihat mengimbangi Bastian. Dua orang pria tampan yang tingginya hampir sama itu pun saling berhadapan dan saling menatap tajam, membuat Sierra ti
"Hentikan semua ini! Apa kalian tidak malu berkelahi seperti anak kecil hanya gara-gara istri orang?" Semua orang langsung terdiam begitu mendengar suara tegas dari Jacob. Bahkan Bastian dan Valdo pun menoleh bersamaan dengan napas yang masih tersengal akibat perkelahian mereka. Kemeja rapi milik Valdo sudah berantakan dan sudut bibir serta pipi kedua pria itu pun terlihat lebam dan terluka, namun belum ada yang berniat bersuara sama sekali. "Apakah ada yang mau menjelaskan kepadaku sebenarnya ada apa ini? Benarkah kalian berkelahi hanya karena istriku, hah?" "Sebenarnya apa yang sudah kau lakukan, Sierra? Mengapa semuanya menjadi seperti ini?" Sierra menelan salivanya. Sumpah demi apa pun, ia juga tidak tahu mengapa mendadak kedua pria itu menggila dan Sierra pun tidak tahu harus menjawab apa. Sedangkan Bastian, seperti biasa, langsung menyahut tanpa mengkhawatirkan apa pun. Bastian melirik Sierra sekilas, sebelum menatap Jacob. "Aku tidak perlu menjelaskan apa pun pad
Sierra melangkah ke kamarnya sendiri dengan tekad yang baru malam itu. Setelah Valdo pergi, Sierra terus meresapi semuanya dan itu benar. Selama menjadi istri pura-pura Jacob, semuanya berjalan lancar. Sekesal apa pun Sierra pada Jacob tapi perasaan Sierra pun biasa saja. Namun, sejak dengan begitu murahannya ia menanggapi Bastian perasaannya tidak pernah benar. "Ya, kau harus memperbaiki semuanya dan kembali pada dirimu yang sebelumnya, Sierra! Perjalananmu hampir berakhir di sini!" "Sebelum kau makin melewati batasmu dan sebelum semuanya menjadi makin rumit, kau harus bersikap tegas dan mengakhiri semuanya!" Sierra terus bergumam pada dirinya sendiri sambil terus melangkah. Namun, langkahnya terhenti dan Sierra langsung mendesah gugup melihat Bastian yang sudah menunggunya di depan pintu kamarnya. Bahkan pria itu belum membersihkan luka di wajahnya dan belum merapikan kemejanya. Bastian berdiri di depan pintu kamar Sierra sambil menatapnya begitu tajam hingga membuat
Bastian membeku mendengar ucapan lantang Sierra yang mau mengakhiri hubungan mereka. Sierra benar bahwa hubungan antara mereka memang tidak jelas. Hubungan terlarang antara ibu tiri dan anak tiri. Dan entah siapa yang memulai hubungan ini duluan. Tidak ada yang berencana, mereka hanya mengikuti naluri mereka, yang secara mengejutkan, Bastian menyukai Sierra. Saat bersama Sierra, Bastian selalu melupakan status wanita itu yang merupakan ibu tirinya dan saat mengingat kenyataan itu, Bastian akan selalu mengumpat kesal. Bastian tahu dirinya sekarang mungkin terlihat sangat brengsek karena menginginkan istri ayahnya sendiri. Sumpah demi apa pun, Bastian bukan orang yang segila itu, bahkan memikirkannya saja tidak. Namun, saat mereka sudah terikat saat ini, tidak mungkin Bastian mundur lagi karena ia terlalu menginginkan wanita itu. Semakin bersamanya, bahkan semakin ditolak, Bastian semakin menginginkan Sierra. "Apa kau bilang, Sierra? Mengakhiri hubungan?" ulang Bastian dengan ra
Lagi-lagi Sierra menahan napasnya, ia sama sekali tidak bisa bernapas sekarang. Sierra dipeluk begitu erat oleh Bastian dan tubuh mereka menempel saat ini dengan hembusan napas Bastian di wajah Sierra. Rasanya campur aduk sekarang, antara takut, gugup, dan meremang. Bahkan dalam ketakutannya, Sierra masih bisa meremang karena ulah pria itu yang sudah menciumi wajahnya lagi. "Bastian, jangan lakukan itu, Bastian! Jangan! Lepaskan aku! Lepaskan aku!" Sierra terus bergerak dan memalingkan wajahnya, tidak membiarkan Bastian bisa meraih bibirnya sama sekali. Namun, itu tidak masalah bagi Bastian. Tidak ada bibir, maka Bastian tetap masih bisa mengeksplore bagian lagi dari wajah wanita itu yang semuanya menjadi favorite Bastian. Oh, Bastian belum pernah menyukai wanita sebesar ia menyukai Sierra. Bahkan Bastian menyukai bagaimana bulu mata lentik wanita itu bergoyang saat Sierra mengedipkan matanya. Ini gila! Itu hal paling detail dari seorang wanita yang pernah Bastian perhatikan.
Jacob masih terus mengkerut memikirkan banyak hal di kamarnya sendiri. Otak Jacob penuh dengan rencana-rencana untuk menjauhkan Bastian dari Sierra. "Ck, wanita sialan itu! Bisa-bisanya dia mendekati Bastian!" Jacob mengepalkan tangannya dengan geram. "Bukankah lebih baik kalau Valdo membawanya pergi jauh saja? Aku yakin Valdo juga tidak akan keberatan membawa wanita itu karena dia menyukai Sierra, sudah lama aku mengetahuinya!""Sial, aku tidak pernah menyangka Bastian bisa menaruh perhatian pada Sierra!""Ck, aku masih membutuhkannya, tapi tidak bisa seperti ini! Aku harus bergerak cepat! Ya, apa pun itu, aku harus bergerak cepat!"Jacob terus bergumam sendiri dengan kesal, sebelum Jacob pun akhirnya keluar dari kamarnya dan menghampiri kamar Sierra. Jacob menekan gagang pintunya, tapi terkunci. "Mengapa dia mengunci pintunya? Bukankah biasanya tidak?"Jacob mencoba menekan gagangnya lagi dan memang pintunya terkunci. Jacob yang tidak sabar pun akhirnya mengetuk pintunya denga
Bastian terus berdecak kesal saat akhirnya ia harus masuk ke kamar mandi lagi. Samar-samar aroma sabun mandi dan parfum milik Sierra pun menyeruak di sana dan Bastian menikmatinya. Ini aroma khas kamar mandi wanita yang selalu wangi dan bersih. Kamar mandinya pun kering dan ada pakaian dalam yang tergantung di sudut, tempat seharusnya menggantung handuk di sana. Tanpa sadar sudut bibir Bastian sedikit terangkat dan ia tersenyum singkat, sebelum akhirnya ia mematikan lampu kamar mandi agar tidak ada yang mengetahui kalau ada orang di dalam. Bastian pun tetap menunggu dalam diam sambil terus mengumpat karena ini sama sekali bukan dirinya. Baiklah, satu lagi hal baru yang ia rasakan sejak bersama Sierra, menjadi pengecut dan terus bersembunyi. Waktu itu bersembunyi dari Tere dan sekarang bersembunyi dari Jacob. Bastian benci melakukan ini, namun tidak dapat dipungkiri ucapan Sierra tadi membuatnya goyah. Walaupun Bastian belum mengerti apa maksud Sierra sebenarnya, tapi Bastian t