Bastian terus berdecak saat ia tidak bisa menelepon Sierra. "Sial, ponselnya tidak aktif! Di mana dia sebenarnya? Di ruang makan juga tidak ada."Bastian pun melangkah makin cepat masuk ke kamar Sierra, namun Sierra juga tidak ada di sana. Tidak lama kemudian, Tory pun menghampiri Bastian dengan tergesa-gesa. "Bos!" panggil Tory sambil setengah membungkuk dengan napas yang ngos-ngosan. "Bagaimana, Tory? Kau sudah menemukannya?""Belum, Bos. Aku sudah berkeliling, tapi aku tidak menemukannya juga. Pak Jose dan Pak Ernest juga sudah menunggu di ruang makan sejak tadi.""Sial!" Bastian kembali mengumpat sambil berpikir keras. "Ck, apa kau sudah menanyakan pada orang-orang? Siapa tahu ada yang melihatnya.""Beberapa orang yang kutanyai tidak ada yang tahu, Bos."Bastian mengembuskan napas kasarnya sambil mengepalkan tangannya dan melangkah ke ruang makan. Di sana Pak Jose dan Ernest juga sudah menoleh ke sekeliling sambil bertanya pada pelayannya apa mereka ada yang melihat Sierra.
Di dalam hutan sendiri, Sierra memang sudah ketakutan. Jantungnya tidak berhenti berdebar kencang dan suara dengungan serangga di telinganya terasa begitu mengerikan. Sierra terus bergerak menghalau semua serangga di dekatnya, tapi serangga yang banyak itu terus menyerangnya, seolah mereka memang tidak pernah menemukan mangsa sebelumnya. Sierra terus bergerak mengikuti kakinya walaupun ia sendiri tidak tahu di mana dirinya sekarang. "Tere!" teriak Sierra lagi. "Sial! Apa dia meninggalkan aku? Apa maksudnya ini?" gumam Sierra dengan suara yang sudah putus-putus dan napas yang sudah tersengal. Sierra terus memeluk dirinya sendiri dan tidak berhenti mengumpat. "Sial! Seharusnya aku menuruti Bastian untuk tidak bersama wanita itu!""Halo, siapa pun tolong aku, aku tidak tahu aku di mana ... akhh!" Entah apa yang sedang diinjak Sierra saat ini, tapi Sierra tersandung dan ia pun jatuh terjerembab ke tanah yang penuh rumput kotor itu. Beberapa ranting terasa menusuk, tapi untungnya s
"Bagaimana? Kalian tidak menemukannya juga?" Pak Jose memekik gugup saat tim penyelamatnya sama sekali tidak menemukan Sierra. "Maaf, Pak! Kami sudah menyusuri sekitar hutan, tapi kami kesulitan karena hutan terlalu gelap dan hawa yang terlalu dingin. Kalau tidak keberatan, kami akan membentuk tim lain untuk mencari lagi satu jam dari sekarang.""Apa yang bisa terjadi dalam satu jam? Astaga, aku merasa bersalah sekali pada Bu Sierra. Apa yang akan terjadi padanya?""Maafkan kami, Pak!""Cepatlah, bentuk tim lagi! Lakukan semaksimal yang kalian bisa!" "Baik, Pak!"Pak Jose dan Ernest terlihat sangat panik, begitu pun dengan Tory yang juga panik memikirkan Bastian. "Eh, tunggu tunggu tunggu, Bosku! Bastian! Dia juga ikut masuk ke hutan! Mana dia? Mengapa tidak ikut keluar bersama kalian?""Eh, maaf, kami tidak melihat orang lain lagi.""Heh, apa maksudnya tidak melihat orang lain? Lalu di mana Bosku?"Tory pun mulai panik dan bergidik pada saat yang bersamaan. Sedangkan Tere yang b
Bastian segera berlari lalu berjongkok dan mengangkat tubuh Sierra ke dalam pelukannya, mencoba memanggil wanita yang sudah kehilangan kesadarannya itu, namun Sierra tidak juga bangun. Jantung Bastian kembali memacu kencang karena ia begitu takut kehilangan Sierra saat ini. "Sierra ... Sierra, bangun, Sierra! Bangun! Kau akan baik-baik saja, Sierra! Kumohon bangunlah, Sierra! Kau tidak boleh tidur! Bangun, Sierra!" Bastian mengguncang tubuh Sierra makin keras lalu Bastian mencoba memeriksa sekujur tubuh Sierra, takut ada cidera atau luka yang tidak ia ketahui, tapi untunglah sepanjang yang ia lihat, tidak ada luka serius karena baju wanita itu pun masih utuh tanpa robekan. "Sierra, kau bisa mendengarku? Sierra? Sial, tubuhmu dingin sekali dan bajumu basah!" Baju dan celana Sierra sendiri memang ikut basah karena longsoran tanah yang bercampur dengan genangan air tadi yang membuat Sierra makin kedinginan. "Sierra, ayo bangun! Sierra!" Bastian pun memanggil Sierra makin keras hin
"Apa kau tidak menelepon istri mudamu? Apa yang dia lakukan di sana?" Laura kembali memanas-manasi Jacob setelah makan malam berakhir. Jacob mengernyit mendengar ucapan Laura, tapi ia mencoba untuk tetap bersikap biasa saja. Entah apa Laura mengetahui sesuatu antara Bastian dan Sierra, tapi Jacob mengetahuinya. Bahkan Jacob melihat dengan jelas bagaimana mereka berciuman pagi itu. Hanya saja, Jacob menahan dirinya. Setelah semua yang terjadi dan semua usahanya untuk membawa Bastian pulang ke rumah ini, Jacob tidak mau bersitegang dengan Bastian lagi. Selain itu, Jacob pun berharap kejadian itu adalah yang pertama dan terakhir. Jacob tidak bisa menghalangi Bastian yang memang menyukai wanita cantik, tapi Jacob tidak akan bisa memaafkan kalau sampai Sierra berani menanggapinya. Dan sejauh yang Jacob lihat waktu itu, Bastian yang melakukannya secara sepihak, jadi itu masih bisa ditolerir oleh Jacob. "Kalau kau mau mengatakan sesuatu langsung saja katakan, Laura! Tidak usah berte
"Sial, Sierra! Lihat kakimu ini sudah membeku!" geram Bastian yang langsung memijati kaki Sierra dan Sierra hanya bisa menatapnya nanar. Mungkin kehangatan yang diberikan Bastian barusan sudah membuat Sierra sedikit sadar hingga ia bisa merasakan debar jantungnya memacu cepat karena malu saat ini. "Ini dingin sekali, Sierra! Kemarilah! Naiklah ke pangkuanku lagi dan naikkan kakimu juga!"Bastian membantu Sierra bergerak naik ke pangkuannya. Posisi Sierra meringkuk di pelukan Bastian seperti bayi. Sierra pun sekarang memeluk leher Bastian dan menekuk kakinya, menyembunyikan semuanya ke dalam jaket Bastian yang besar itu. "Apa kau sudah merasa makin hangat, Sierra?" bisik Bastian di telinga Sierra.Sierra pun hanya mengangguk dengan malu sekaligus lega. Malu karena saat ini ia benar-benar polos di pelukan Bastian, namun lega karena Bastian benar-benar membuktikan ucapannya dengan hanya memeluknya. Bahkan Bastian sama sekali tidak menyentuh tubuhnya selain hanya memeluk. Bastian
Hari sudah mulai pagi saat Sierra mengernyit dalam tidurnya. Hawa dingin masih terasa, namun tidak sedingin tadi malam. Bahkan, pagi ini Sierra sudah bisa menikmati tidurnya dengan hawa dingin yang membuatnya mulai terbiasa itu. Sierra sendiri masih bergelung di dalam jaketnya saat tiba-tiba kesadaran menyentaknya dan ia membuka matanya kaget. Sierra pun mengerjapkan matanya menatap tempat asing yang tidak dikenalnya itu. Susah payah Sierra berusaha berpikir hingga akhirnya ia mengingat semua yang terjadi kemarin malam secara sadar. Dan melihat Bastian di sana, Sierra pun makin yakin kalau semuanya memang nyata. Sierra menatap punggung telanjang Bastian yang sedang duduk di tepi matras, entah apa yang pria itu lakukan, tapi mendadak pipi Sierra menghangat dan bersemu merah, mengingat bagaimana kokohnya tubuh itu memeluk tubuh polosnya tadi malam. Sierra pun menelan salivanya dengan susah payah. Perasaannya campur aduk saat ini, namun entah mengapa ada perasaan lega dan bahagia
Semua orang sudah berkumpul di perbatasan saat Bastian akhirnya membawa Sierra keluar dari sana. Pak Jose, Ernest, dan regu penyelamat sudah ada di sana untuk bersiap masuk dan mencari Sierra dan Bastian, namun ternyata orang yang dicari sudah keluar sendiri dalam keadaan sehat. Tory adalah orang yang pertama kali melihatnya dan langsung memekik keras. "Bos! Bos! Itu Bos!" pekik Tory begitu senang. Tory langsung berlari menghampiri Bastian dan membantu Bastian menurunkan Sierra. "Hati-hati, Tory! Punggungnya terluka!""Eh, iya! Ayo, Bu Sierra! Hati-hati!" Tory memapah Sierra, sebelum akhirnya Bastian pun ikut turun dari undakan itu. "Bu Sierra? Bu Sierra, untunglah kau ditemukan!" Pak Jose bernapas begitu lega sambil menceritakan kepanikan semua orang mencarinya. Semalam satu regu penyelamat kembali masuk ke hutan, tapi hasilnya tetap nihil sampai Pak Jose tidak bisa tidur memikirkannya. "Terima kasih atas kepedulianmu, Pak Jose! Maafkan aku yang merepotkan!""Tidak, Bu Sierr
Setelah serangkaian acara selesai, anak-anak pun makan bersama lalu bermain bersama. Gelak tawa dan teriakan anak-anak memenuhi pinggir kolam renang sampai membuat Jacob dan Lidya pun terus tertawa senang. "Masa tua kita akan terus bahagia melihat para cucu kita yang tumbuh besar, aku senang sekali akhirnya kita menjadi keluarga besar, Bu Lidya." "Aku juga senang, Pak Jacob. Aku tidak pernah menyangka hari ini akan tiba. Masih teringat jelas bagaimana semua hal buruk itu terjadi dulu, tapi semua benar-benar sudah berubah beberapa tahun terakhir ini. Dan selama beberapa tahun ini aku hanya merasakan kebahagiaan, aku bersyukur sekali." "Haha, kau benar, Bu Lidya. Kau benar. Karena aku juga merasakan yang sama. Sejak Bastian menikah dengan Sierra, aku hanya merasakan kebahagiaan, aku bahagia sekali." Lidya yang mendengarnya hanya mengangguk dan tersenyum menatap anak-anak yang bermain bersama. Kali ini Bastian dan Jonathan mengobrol bersama, sedangkan Rosella dan Sierra pun mengobro
Satu tahun kemudianSpanduk bertuliskan "Happy birthday Victor Sagala" membentang di pinggir kolam renang rumah Jacob pagi itu. Jacob ngotot menjadi tuan rumah dalam acara ulang tahun cucunya itu dan keluarga Sierra pun akhirnya merayakan ulang tahun Victor di sana. Lidya dan Sierra pun berangkat ke rumah Jacob membawa Santos dan Sania yang sudah berlarian kesana kemari dan tidak bisa diam itu. Namun, Santos dan Sania sangat menyayangi Victor. Perbedaan umur mereka yang hanya 1.5 tahun membuat mereka terlihat lucu saat bersama. Santos dan Sania akan menggandeng Victor di tengah dan Victor yang baru belajar berjalan itu begitu senang setiap kali digandeng oleh kakak kembarnya itu. Seperti pagi itu di pinggir kolam renang rumah Jacob. "Hati-hati, Santos! Jangan miring-miring jalannya! Nanti kalian bertiga bisa masuk ke dalam kolam!" seru Sierra yang masih sibuk menyusun kue-kue di meja untuk foto. Santos dan Sania membawa Victor berkeliling dan mereka berjalan zigzag. Kadang mere
Beberapa bulan berlalu dan perut para Ibu hamil pun sudah membola. Rosella sendiri sudah mendekati waktu melahirkan, namun ia masih begitu aktif bekerja sampai Adipura tidak tahan melihatnya. "Aduh, Rosella! Kau di rumah saja ya! Istirahat saja! Tinggal menghitung hari kau akan melahirkan! Ayah tidak mau cucu Ayah lahir di kantor!" "Aku baik-baik saja, Ayah. Lagipula aku tidak setiap hari ke kantor kan?" "Tapi Ayah takut sekali melihatmu berjalan dengan perut sebesar itu!" "Haha, benar, Rosella! Dengarkan ayahmu, dia sampai tidak bisa tidur memikirkanmu." Imelda mengulum senyumnya. Rosella sendiri ikut tersenyum. "Haha, baiklah, Ayah! Baiklah, besok aku tidak akan ke kantor ya," kata Rosella akhirnya. "Ah, iya, iya." Adipura pun bernapas lega dan jantungnya terus berdebar kencang karena terlalu antusias. Bahkan Adipura ikut diam di rumah bersama Rosella keesokan harinya. "Makan yang banyak, Rosella! Kau harus punya tenaga untuk melahirkan," pesan Adipura yang terus menghitung
Hamil dalam keadaan sadar dan hamil dalam keadaan gila tentu saja adalah dua hal yang sangat berbeda. Dulu waktu Rosella hamil Julio, setiap hari ia hanya bisa berteriak dan memukuli perutnya, menolak kehadiran Julio dan terus mengamuk. Rosella benar-benar gila dulu dan rasanya apa yang terjadi dulu sudah tidak bisa lagi diungkapkan dengan kata-kata. Tapi di atas semua itu, Rosella bersyukur karena semua hal buruk sudah berlalu dan digantikan hal baik yang tiada henti di kehidupannya yang sekarang. Rosella memiliki keluarga yang hebat, suami yang hebat, mertua yang hebat, dan anak yang hebat. Pekerjaan yang hebat juga dan semua hal yang membuatnya tidak pernah menyesal telah dilahirkan, yang membuat Rosella tidak pernah menyesali lagi semua yang sudah terjadi di masa lalunya. Dan yang membuat Rosella paham bahwa Tuhan selalu punya rencana dalam hidup kita. Mungkin seringkali kita bertanya mengapa aku yang harus mengalami semua hal buruk itu, aku tidak kuat, aku tidak sanggup.
Lidya dan Sierra masih begitu syok sampai mereka tidak tahu harus senang atau tidak, namun semua anggota keluarga yang lain malah memekik senang, terutama Jacob yang tidak berhenti tertawa senang. "Selamat ya, Sierra! Selamat! Haha! Ayah senang sekali akan bertambah cucu! Hahaha!" Sierra pun hanya memaksakan senyumnya sampai tidak lama kemudian, Bastian pun pulang ke rumah karena Sierra mengirimkan hasil tespeknya ke ponsel Bastian.Bastian yang baru memarkir mobilnya pun langsung berlari masuk dan mencari istrinya. "Sierra, Sayang, benarkah itu? Kau hamil lagi, Sayang?" Bastian langsung menangkup kedua bahu Sierra. "Entahlah, tespeknya bilang begitu!" Bastian yang mendengar jawaban Sierra pun langsung tertawa sumringah. "Bukankah tespek tidak pernah bohong, Sayang? Sekarang kita tanya ke dokter ya! Ayo, Sayang! Ayo!" Bastian pun langsung mengajak Sierra pergi ke dokter kandungan siang itu dan jantung Sierra pun terus berdebar tidak karuan sampai akhirnya ia dipanggil masuk dan
Hampir satu minggu setelah acara pernikahan dan semua orang akhirnya bisa bersantai lagi dari padatnya acara mereka. Saking banyaknya undangan yang diundang oleh Adipura dari berbagai kota dan negara membuat jadwal keluarga mereka pun begitu padat untuk menjamu semuanya. Dan ketika semuanya berakhir, Rosella sendiri mengalami kelelahan yang tidak biasa. Ia lelah sekali sampai lemas dan tidak bernafsu melakukan apa pun, bahkan nafsu makan pun tidak ada. Selama tiga malam Rosella dan Jonathan masih menginap di hotel lalu setelahnya mereka pun pulang ke rumah Adipura. Jonathan memang belum mengajak Rosella tinggal berdua di apartemen karena keluarga Adipura masih begitu menikmati kumpul bersama seperti ini, apalagi sekarang Julio sudah tinggal bersama mereka. "Kau tidak apa, Sayang? Kau kelelahan ya?" Jonathan membelai kepala Rosella yang sedang berbaring tidur siang itu. "Hmm, aku lelah sekali, Jonathan. Aku sedikit meriang, kurasa aku tidak mau melakukan apa-apa dulu." "Kau mau
Sebuah papan bertuliskan "The Wedding of Jonathan and Rosella" terpasang di pintu masuk sebuah taman di sebuah hotel mewah yang akan menjadi tempat pemberkatan pernikahan pagi itu. Hanya sedikit undangan yang diundang pada pagi hari, namun mereka akan mengadakan pesta besar lagi di ballroom mewah nanti malam. Semua undangan pun sudah hadir di sana dan mereka begitu antusias menantikan pasangan pengantin yang berbahagia. Rosella sendiri nampak begitu gugup saat berada di ruang VIP untuk menunggu saat ia harus keluar. Setelah mengalami persiapan pernikahan yang cukup membuat emosi labil dan setelah mengalami pingitan yang membuatnya begitu merindukan Jonathan, hari ini akhirnya mereka akan mengikat janji suci dan jantung Rosella tidak berhenti berdebar kencang sejak subuh tadi. "Tenang, Rosella! Tenang! Kau terlalu gugup!" Lidya terus tersenyum menatap Rosella dari pantulan cerminnya. "Bagaimana aku tidak gugup, Ibu? Entahlah, aku gemetar!" "Haha, aku juga begitu waktu itu, Rosel
Semua anggota keluarga menyambut bahagia lamaran yang dilakukan oleh Jonathan dan mereka pun begitu tidak sabar untuk menikahkan anak-anak mereka. Mereka pun langsung memilih hari baik dan persiapan pernikahan pun mulai digelar. Semua orang langsung sibuk dengan tugasnya masing-masing karena Adipura ingin membuat pesta besar untuk Jonathan dan Rosella. "Sungguh tidak usah pesta sebesar itu, Ayah. Bagiku yang penting pernikahan kami sah.""Tidak bisa! Kau akan menikah, tentu saja pestanya harus besar dan mewah. Ayah tidak mau tahu, pestanya harus besar!" seru Adipura lagi dengan lantang. Semua anggota keluarga pun tidak berani membantah lagi dan akhirnya menuruti Adipura. Mereka menyewa gedung resepsi mewah dan menyewa jasa WO, namun tetap saja Adipura yang begitu sibuk mengatur semua detailnya karena memang Adipura sendiri adalah orang yang sangat detail. Sedangkan Lidya dan keluarganya yang sudah kembali ke rumah mereka sendiri, tidak banyak ikut campur dan memilih untuk mengik
"Mari, silakan, Pak Jacob!" "Silakan, Pak Adipura!" Keluarga Adipura, keluarga Jacob, dan keluarga Lidya sedang berkumpul bersama malam itu di sebuah ruang VIP di sebuah hotel mewah untuk makan malam. Setelah melalui banyak hal, mereka menjadi semakin dekat satu sama lain. "Rosella, kapan kau baru akan kembali ke WHA, hah? Om menunggumu. WHA membutuhkanmu," seru Adipura. Sejak kejadian itu sampai Adipura keluar dari rumah sakit bahkan sampai hari ini, Rosella memang belum kembali bekerja di WHA. Walaupun semua masalah sudah selesai dan namanya sudah bersih, tapi Rosella masih ragu untuk kembali. Bahkan Livy sudah mengundurkan diri dan memilih pindah ke luar negeri. "Ah, itu ...." "Besok Rosella akan kembali bekerja, Ayah." celetuk Jonathan tiba-tiba. Rosella pun membelalak menatap Jonathan karena sebelumnya mereka belum pernah membicarakannya. "Jonathan!" desis Rosella. Namun, Jonathan tidak menanggapinya dan malah menggenggam tangan Rosella yang ada di atas meja. "Besok