Hari Minggu, sekarang menjadi hari yang menyenangkan bagi Sierra karena sejak ia bersama Bastian, Bastian akan selalu menghabiskan hari Minggunya bersama keluarga Sierra. Seperti pagi itu. Bastian dan Tory sudah datang pagi-pagi sekali membawakan sarapan untuk keluarga Sierra. "Selamat pagi, Tante!" sapa Bastian begitu ia keluar dari mobilnya. "Selamat pagi, Bu Lidya!" sapa Tory juga yang menyusul keluar setelah memarkir mobilnya. "Bastian, Tory, selamat pagi! Tante sedang mengajak Rosella dan Julio berjemur," sapa Lidya yang memang sedang menggandeng Rosella di depan rumah dan Julio terlihat berlarian di sana. "Hai, Uncle!" sapa Julio sumringah. "Hai, Jagoan!" Bastian membelai ringan kepala Julio, sebelum ia mengangkat kresek berisi kotak bubur, menunjukkannya kepada Lidya. "Aku membawakan bubur untuk sarapan, Tante.""Wah, terima kasih ya! Ayo masuklah, Bastian, Tory!""Terima kasih, Tante! Uncle masuk dulu, Julio!"Julio mengangguk dan Bastian pun langsung masuk ke rumah sem
Jonathan menghentikan mobilnya di depan rumah keluarga Sierra pagi itu. Ia baru saja tiba dari luar negeri kemarin malam, namun pagi ini ia langsung mengunjungi Rosella. Bahkan ia tidak memberitahu Bastian tentang kepulangannya. Jonathan pun terus tersenyum saat mengetuk pintu rumah Sierra dan Bik Ita yang mendengarnya pun bergegas membukakan pintu. Sementara di dalam rumah sendiri, semua orang sudah menyelesaikan sarapannya dan sedang mengobrol bersama di ruang keluraga. Dan kehadiran Jonathan tentu saja meramaikan rumah yang memang sudah ramai karena kehadiran Bastian dan Tory itu. "Selamat pagi semuanya!" sapa Jonathan sambil tertawa sumringah begitu ia masuk ke dalam rumah. Tangan Jonathan pun menenteng beberapa paper box berisi oleh-oleh untuk Rosella dan keluarganya. "Eh, Uncle Jo!" pekik Julio yang begitu senang melihat Jonathan. Julio yang tadinya masih bermain bersama Tory pun langsung berlari menyambut Jonathan lalu memeluknya erat. Jonathan sendiri pun langsung ber
"Benarkah itu, Bastian? Jujurlah padaku, Bastian! Mengapa kau harus menyembunyikannya?"Sierra membawa Bastian ke kamarnya dan terus mendesak Bastian setelah semua orang di rumah pergi. Tory pergi mengantar Lidya, Rosella, dan Julio pergi ke toko roti yang tetap buka di hari Minggu. Sedangkan Jonathan sendiri akhirnya pulang setelah melakukan sedikit terapi pada Rosella. "Aku tidak menyembunyikan apa pun, Sayang.""Aku mendengarnya tadi, Bastian. Aku mendengar kalau kau yang memaksa Jonathan untuk datang ke sini dan memeriksa Rosella kan, Bastian? Katakan padaku, Bastian!" Sierra sudah memegangi lengan Bastian dan menatapnya penuh harap. Bastian sendiri terdiam karena tidak menyangka semua akan terbongkar begitu saja. Sebenarnya tidak masalah kalau Sierra mengetahuinya, hanya saja, Bastian tidak mau Sierra merasa berhutang budi atau malah tidak nyaman karena Bastian ikut campur tanpa diminta. Bahkan Bastian tidak pernah menceritakan secara lengkap apa yang sudah ia lakukan untuk
"Halo, Bik Mala, bagaimana kabar di sana?""Bastian, semua baik di sini, si kecil sangat merindukanmu dan si tua juga. Setiap hari, si tua menanyakanmu tapi dia tidak mau meneleponmu.""Haha, benarkah? Biarkan saja, memang dia seperti itu! Mana Lalita? Aku merindukannya.""Sebentar ya! Lalita, Uncle Bastian menelepon, Sayang! Kemarilah!"Bik Mala terlihat memanggil Lalita dan anak itu pun begitu antusias mendengar nama Bastian yang meneleponnya. Bastian sendiri menunggu dengan sabar di panggilan video callnya sampai akhirnya wajah cantik itu muncul dengan tawa sumringahnya. "Uncle!" Lalita memekik senang melihat Bastian dan tertawa begitu lebar. Sejak kehidupan mereka membaik, kondisi Lalita pun membaik. Lalita mendapat kasih sayang dari semua orang bahkan dari Grandpanya. Tidak ada lagi yang sinis dan membenci Lalita, malahan semua orang tersenyum dan menyapanya dengan ramah. Lalita pun lebih banyak tertawa dan suaranya mulai terdengar memenuhi rumah, seperti yang selama ini Sie
"Aku sudah di sini, Sierra. Beberapa hari ini aku di rumah Pak Jacob dari pagi sampai malam, ada banyak hal yang harus kami urus bersama," kata Valdo di telepon pagi itu. "Ah, baguslah! Aku sudah dalam perjalanan ke sana dan semoga saja kau masih ada di sana saat kami tiba nanti," sahut Sierra penuh harap. Beberapa hari berlalu dan Sierra pun sudah meminta ijin cuti pada Marco sekaligus mengatur semua pekerjaannya di Harrison Group. Bastian dan Sierra pun bermaksud kembali ke kota asalnya untuk menemui Jacob dan pagi ini, mereka sudah dalam perjalanan pulang ke rumah Jacob, sementara Tory sudah kembali duluan kemarin. Sierra sengaja tidak membawa siapa pun dalam perjalanannya kali ini, hanya ia dan Bastian, karena ia ingin memastikan respon Jacob dulu sebelum mempertemukannya dengan Lidya agar ibunya itu tidak merasa takut nanti. Sierra juga sudah menceritakan semua rencananya pada Valdo, sahabatnya, sekaligus orang yang sudah membuat Sierra tetap waras selama bekerja untuk Jacob
Jantung Jacob masih berdebar tidak karuan mendengar berita dari Valdo sampai Jacob pun mematung untuk sesaat. "Apa, Valdo? Laura melarikan diri dari penjara? Kemarin subuh? Apa itu maksudnya kemarin? Jadi sudah satu hari berlalu? Apakah sekarang dia sudah ditemukan? Lalu bagaimana? Siapa yang membantunya? Bukankah penjara sangat ketat, Valdo?" Mendadak Jacob memberondong Valdo dengan begitu banyak pertanyaan. Untuk sesaat, rasa tegang membuat Jacob mendadak sesak napas.Selama setengah tahun ini, semua terasa begitu tenang dan Jacob merasa Laura sudah menerima semuanya, namun ternyata tidak. Laura sama sekali tidak menerima semuanya. "Lalu bagaimana ini, Valdo? Bagaimana? Mengapa kita baru diberitahu sekarang, hah?" Jacob nampak lemas dengan napas yang mendadak pendek-pendek. "Tenanglah dulu, Pak! Tenang!""Bagaimana aku bisa tenang, Valdo? Aku sama sekali tidak bisa tenang! Laura itu wanita yang licik dan kalau sampai dia berani kabur dari penjara, berarti dia bisa melakukan yan
Plak!Sebuah tamparan mendarat di pipi Stephanie dan yang melakukannya ada Gery, ayah kandungnya sendiri. Bukan hanya satu kali, tapi perlakuan kasar ini sudah Stephanie alami sejak tiga hari yang lalu, sejak Gery menculik Stephanie dari rumah Betty. Awalnya Gery hanya mengajak Stephanie bicara di luar karena ingin menyampaikan pesan dari Laura yang baru saja ditemui Gery di penjara. Tapi setelah naik ke mobil Gery, Stephanie tidak ingat lagi kejadiannya, yang jelas ia terbangun di sebuah kamar peyot yang jelek ini. "Di mana aku? Jangan mendekatiku!" pekik Stephanie waktu itu. "Sstt, aku kan ayahmu, mengapa tidak boleh mendekatimu? Walaupun jujur aku kecewa karena ternyata anak kandungku begitu hot. Sejak pertama kali melihatmu waktu kau sudah dewasa, rasanya aku ingin sekali mencicipimu, tapi apa daya aku hanya bisa mendapat yang tua dan kisut seperti ibumu!""Dasar pria brengsek! Ucapanmu benar-benar menjijikkan! Kau sama sekali bukan ayahku! Dan aku pasti akan melaporkan semua
"Apa Pak Tua masih rajin meminum obatnya, Bastian?" tanya Sierra dalam perjalanannya. Bastian yang masih menyetir pun melirik Sierra. "Haha, dia minum obatnya dengan rutin, Sierra.""Syukurlah kalau begitu!""Haha, apa yang kau pikirkan lagi, Sayang? Kau sudah bertanya begitu banyak kemarin." Bastian membelai ringan kepala Sierra. "Hmm, entahlah, semakin dekat sepertinya aku semakin tegang," aku Sierra jujur. "Tanganku sampai dingin!" Sierra membuka tangannya ke arah Bastian dan Bastian pun langsung menyambut tangan itu. "Haha, aku akan menghangatkannya, Sayang." Bastian menggenggam erat tangan itu lalu mulai menciuminya lagi. Bastian melirik Sierra beberapa kali sampai Sierra pun tersenyum tersipu. Di sisi lain, Stephanie yang sudah ditinggalkan oleh Gery masih terus berusaha membuka mata Laura tentang pria seperti apa Laura itu. Laura dan Stephanie ditinggalkan di sebuah rumah kecil sementara Gery pergi bersama temannya untuk melakukan rencananya. Gery sendiri meminta orang