Malam yang penuh kesialan, saat tawa tak lagi bahagia, mungkin Tuhan sudah menggariskan nasib yang kurang beruntung pada laki-laki tampan yang sedang merenung sendiri di pelaminan.
Senyum hambar dan wajah merah padam, hatinya dipaksa untuk tetap berdiri gagah malam ini dan menjadi pusat perhatian. Tidak ada celanya laki-laki yang tengah memakai pakaian adat Jawa khas penganten, dia terlalu tampan untuk digelari sebagai manusia biasa.
Ketampanannya berbeda dengan laki- laki Indonesia pada umumnya, dia takkan memiliki pesaing malam ini. Namun sayang, malam ini juga dia dibuang, dibuang tanpa keterangan dari istrinya sendiri. Tak ada aba-aba sebelumnya, tak ada firasat yang mengingatkannya, dan pada akhirnya dia mengukir sejarah sebagai pengantin pria yang ditinggalkan seorang diri di atas pelaminan.
Kericuhan yang tak terbendung yang berasal dari beberapa orang yang berperan sebagai tuan rumah pada acara ini. Bisik-bisik miring para tamu yang menyaksikan penganten duduk sendirian, serta kepanikan sang mertua yang tak lain adalah majikannya sendiri, tengah mewarnai ruangan resepsi itu.
Laki-laki yang malang itu adalah Riki, dia menyaksikan tragedi hari ini dengan mata berkaca-kaca. Cairan bening itu hampir saja tumpah ruah jika saja dia tidak menahan kedip matanya. Tangannya mengepal kuat, membungkam sakit yang kembali di ciptakan oleh wanita yang sama.
Tidak cukupkah penderitaan yang dirasakannya selama ini? Dibuang orangtuanya sendiri, hidup menjadi anak jalanan selama lima belas tahun. Sekarang di hari yang sangat sakral, mempelai wanita kabur melarikan diri, meninggalkan Riki sendiri duduk di pelaminan yang menyedihkan.
Pak Amin dengan sabar menjelaskan pada para tamu bahwa mempelai wanita sedang tidak enak badan, dia istirahat di dalam kamar dan resepsi malam ini hanya diwakili oleh Riki. Akan tetapi sebagian besar orang menampakkan wajah tak percaya, bagaimanapun, tamu bisa melihat keganjilan ekspresi Sang Tuan rumah yang berusaha tersenyum padahal dia sedang kalut.
Para tamu banyak juga yang mengetahui seluk beluk keluarga ini, dugaan mereka Mazaya melarikan diri karena tidak mau menikah dengan Riki. Siapapun tau, laki-laki yang sedang berdiri di depan tidak sesempurna kelihatannya.
Banyak pandangan mencemooh padanya, dari dulu dia dianggap tidak tau diri. Siapalah dia, anak terbuang yang dipungut pak Amin dari jalanan, diberikan pekerjaan sebagai supir anak gadis satu-satunya.
Ya ... istrinya itu bernama Mazaya, nama yang cantik secantik orangnya, namun sayang, kecantikan yang di agung-agungkan setiap bujangan di kota kecil ini, tidak sejalan dengan akhlaknya yang buruk.
Entah kenapa, Pak Amin yang awalnya hanya sebagai seorang majikan yang penyayang, memanggil Riki beberapa bulan yang lalu, kemudian dia dinikahkan dengan Mazaya, anak gadisnya sendiri, Pernikahan yang tak terduga dan menjadi cibiran banyak orang.
Malam ini, takkan dilupakan Riki seumur hidupnya. Sebuah penghinaan yang sangat besar. Dia tau, semua ini dilakukan secara sengaja oleh gadis itu.
Seharusnya dari awal wanita itu meninggalkannya, tak menganggukkan kepala saat Pak Amin ingin menikahkannya, tapi gadis itu tak sedikit pun menolak, bahkan ikut serta mempersiapkan pernikahan ini secara matang. Dari awal segala keanehan itu sudah dirasakan Riki, tapi dia tak menduga, perencaan Mazaya untuk menghancurkannya sangat rapi dan teliti.
Atau dia sengaja membalaskan dendamnya selama ini pada Riki, menjatuhkan harga Riki sampai kedasar jurang, menghancurkan setiap angan yang sempat dipupuk Riki di hatinya, bahwa Mazaya tidak sebenci itu padanya.
Malam ini Riki baru sadar, bahwa kebencian Mazaya padanya sudah terbukti adanya. Walaupun mereka di besarkan dalam satu rumah, tak sedikit pun mereka bisa dekat. Dari dulu Mazaya menghindarinya bagaikan subuah penyakit menular yang mematikan. Mengganggap Riki adalah sumber kesialan, memandang jijik setiap berpapasan.
Malam ini ... wajahnya sudah tercoreng, kesakitan ini takkan pernah bisa diobati dengan apapun, luka menganga dan berdarah.
Riki memaksakan senyum setiap para tamu mengucapkan selamat kepadanya, selamat atas penghinaan yang sudah dilakukan Mazaya. Riki hanya membalas dengan anggukan, karena dia tidak pernah bisa mengeluarkan suaranya, dan tak pernah mendengar bagaimana bunyi suaranya. Dia tidak tuli, tapi bisu, entah apa yang terjadi di masa lalu, sehingga membuat pita suaranya tak berfungsi dan lidahnya tak bisa digerakkan.
Jam berlalu, pesta selesai. Pak Amin mengusap punggungnya untuk menenangkan dan berkata sabar. Dia sudah sangat sabar selama ini, dia di anggap Mazaya sebagai benalu di rumah ini, karena dia mengira Pak Amin lebih menyayanginya dari pada anaknya sendiri.
Padahal kenyataannya tidak seperti itu, sebagai orangtua tunggal, Pak Amin adalah ayah yang sempurna, sangat protektif pada anak gadisnya, itu makanya Riki dipekerjakan menemani gadis itu kemana pun dia pergi.
Mazaya adalah anak pembangkang, susah diatur, dia sudah menampakkan sikap liar jika saja Riki tidak mengekorinya selama ini. Tak jarang Riki membawanya pulang dalam keadaan mabuk ketika dia berhasil memanipulasi Riki untuk masuk ke dalam diskotik.
Kamar ini, seakan ikut mengejeknya. Dalam hati tak sedikit pun Riki menyukai Mazaya. Wanita itu angkuh dan terlalu sombong. Dia pun tak bahagia dengan pernikahan ini, tapi penghinaan seperti ini sudah sangat keterlaluan.
Riki berjanji takkan pernah memaafkan wanita itu.
Kelopak mawar bertaburan di kamar penganten yang didominasi oleh warna putih itu. Kamar ini milik Mazaya, tak bisa dilupakan Riki, bagaimana semangatnya wanita itu memilih warna kelambu yang akan menghias kamar ini, namun semua bohong, bohong dari awal sampai akhir. Tak ada satu pun yang benar- benar terjadi.
Riki mengalihkan pandangannya, baju adat khas penganten masih melekat gagah di tubuhnya, aseseoris pun menempel dengan indah. Berlahan, pintu terbuka, menampakkan wajah tua yang tak kalah lelah. Dia adalah Pak Amin, mantan majikan dan menjadi mertuanya saat ini.
Pak Amin mengelus pundaknya, mencari ekspresi luka yang tergambar jelas di wajah Riki.
"Maafkan Mazaya! dia pasti punya alasan melakukannya, sekarang walaupun dia kabur entah ke mana, dia tetaplah istrimu."
Riki mendalami makna kalimat yang terucap dari bibir laki-laki tua itu. Apakah dia harus memaafkan lagi?
Wajah bak dewa yunani, terlihat bosan, jendela dibiarkan terbuka, udara malam yang dingin masuk menerpa, padahal sudah jam dua belas malam.Riki menatap komputernya bosan, selama dua tahun ini, dia bekerja di sebuah perusahaan yang cukup besar, perusahaan itu memperkerjakannya sebagai arsitek.Perusahaan tak mempermasalahkan cacat yang ada pada dirinya. Karena yang dibutuhkan adalah karya dari tangannya yang ajaib. Jangan ditanya, sudah berapa banyak bangunan-bangunan megah di Jakarta yang berdiri karena rancangannya.Dua tahun lalu Riki berhasil menyelesaikan kuliahnya di bagian Arsitek, dia lulus dengan nilai yang sangat memuaskan. Tapi sayang, hari yang paling bahagia itu juga menjadi hari yang paling menyedihkan buat Riki. Pada hari itu juga, Pak Amin yang sudah seperti ayah kandun
Mazaya termenung di kamarnya, sekarang dia benar-benarsebatang kara, Si Bisu bukanlah keluarganya. Dia sangat membencinya, sejak kedatangannya di rumah ini, perhatian ayahnya terbagi, dan menampakkan bahwa ayahnya lebih sayang kepada si Bisu.Mazaya memang sengaja melarikan diri di malam pernikahan, betapa muaknya dia dengan Riki, anak jalanan yang tak tau diri. Laki-laki itu patut diberikan pelajaran, supaya dia sadar dari mana dia berasal.Lima tahun Mazaya menghabiskan waktu bekerja di sebuah perusahaan makanan. Walaupun hanya sebagai karyawan biasa, tapi gajinya lumayan untuk kebutuhan sehari-hari. Namun akhir-akhir ini, gajinya tak lagi cukup, sebuah penyakit di rahimnya butuh obat yang biayanya lumayan besar.Dua tahun ini Mazaya sudah berobat kesana kemari, bahkan sudah be
Mazaya sudah bangun pagi-pagi sekali. Dia sempat melihat Riki baru pulang dari mesjid. Riki tak sedikit pun menatapnya, dia sangat tidak peduli, bersikap seolah-olah dia tinggal sendiri di rumah ini.Mazaya semakin benci melihat keangkuhannya, bukankah statusnya cuma numpang di rumah ini, tapi berlaku seolah-olah ini adalah rumah orangtuanya.Mazaya mengekori gerakan Riki dengan matanya, dia dengan santai membuat kopi untuk dirinya sendiri. Duduk di meja makan sambil membaca koran. Tak sedikit pun dia berminat melihat Mazaya walaupun sekilas.Mazaya sudah tidak tahan lagi, dia mendekati Riki dan merebut koran di tangan Riki secara kasar. "Kau! hanya seorang supir, tak layak bersikap sok berkuasa di rumahku."Riki memandang koran dan w
Riki mencuci wajahnya, hidupnya kembali kacau semenjak kedatangan wanita itu. Ada apa dengan Mazaya? selama ini dia membenci Riki, dengan cara menghina dan meninggalkan Riki di malam pertama pernikahan mereka. Sekarang masih menunjukkan kebencian yang sama, tapi gila nya meminta hal yang mustahil dilakukannya.Banyak tanda tanya di benak Riki, ke mana wanita itu lima tahun ini? apa yang dilakukannya saat ayahnya meratapinya seperti mayat hidup?Sekarang dia muncul setelah Riki sudah merasakan ketenangan dalam hidupnya, di mana dia tak lagi dihina dan dipermalukan. Tapi dengan kemunculan Mazaya, kepercayaan diri yang berhasil dibangunnya selama bertahun-tahun kembali hancur.Mazaya tak pernah berubah, dia masih kasar, arogan, egois dan jahat. Tak ada bagusnya wanita itu selain kecantika
Riki pulang ke rumah setelah mhagrib. Dengan adanya Mazaya di rumah, dia menjadi tidak bersemangat untuk pulang cepat. Gadis itu bagaikan sebuah teror dalam hidupnya, sangat berbahaya dan harus selalu dihindari.Sebenarnya pekerjaannya sudah selesai sejak pukul tiga sore. Untuk menghabiskan waktu di kantor, Riki mencari kesibukan lain, membantu rekan yang lain menyelesaikan sketsa yang sudah ditagih perusahaan.Baru saja pintu dibuka, Mazaya sudah tersenyum manis padanya. Perempuan ini yang dihindarinya, tapi malah duduk manis menunggu di meja makan seperti istri sungguhan.Dia terlihat istimewa malam ini, wajah terpolesmake up,rambut di tata dan mengenakan gaun malam yang terbuka. Riki tak habis pikir dengan wanita yang satu itu. Apa lagi rencananya kali ini
Riki terbangun jam empat pagi, memandang datar wanita yang meringkuk di sampingnya.Apa yang terjadi adalah di luar kendalinya. Mazaya sendiri yang membuatnya melakukan itu. Dia sudah berusaha menghindar dan menjauh, tapi Mazaya malah menyerahkan dirinya sendiri, memaksanya sampai dia hilang kendali.Riki tak habis fikir, kenapa Mazaya begitu ngotot ingin hamil, tak sedikitpun dia mengatakan alasannya. Mazaya, wanita berlesung pipi yang penuh dengan rahasia, dia misterius dan tak pernah bisa diterka apa maunya.Sekarang semua sudah terjadi, efek obat yang luar biasa, tidak hilang dalam waktu dua jam, tapi bertahan selama berjam-jam berikutnya.Riki menghela nafas, sebuah kenyataan baru ditemukannya, wanita seliar Mazaya ternyata masih
Mazaya bangun jam sembilan pagi, tubuhnya terasa remuk, setiap persendiannya terasa sakit. Dia mencoba bangkit secara perlahan, lalu menyandarkan tubuhnya ke sisi tempat tidur.Wajah Mazaya merona. Dia tak munafik, Riki dan ketampanan serta kesempurnaan tubuhnya, membuat dia terbuai, tapi baginya dia tetaplah si Bisu yang hanya dibutuhkan untuk memberikan anak.Mazaya mengelus perutnya, dia begitu berharap, benih Riki bisa membuahi sel telurnya sehingga menjadi janin. Jika berhasil, dia akan sembuh total, begitu kata dokter yang menanganinya.Tapi bagaimana jika usaha tadi malam tidak berhasil? Apakah Mazaya akan kembali menggunakan cara licik, Riki pasti akan lebih wasapada padanya mulai sekarang, dia takkan mau lagi percaya padanya.Mustahil bagi Riki melakukannya dengan suka re
Mazaya belum tidur. Pukul dua belas malam, terdengar deru motor milik Riki. Mazaya bangkit, mengintip pria itu dari jendela, wajahnya tampak lelah dan mengantuk, dasi sudah dilonggarkan dari lehernya dan kancing bajunya terbuka sebagian.Mazaya kembali ketempat tidur, ini adalah malam ke lima pria itu pulang terlambat. Berangkat setelah subuh dan pulang tengah malam. Sejak kejadian di malam itu, mereka tak pernah lagi berkomunikasi atau pun bertemu secara langsung.Mazaya berusaha untuk tidak peduli, tapi dia sangat kesal, apakah malam itu tak memberikan kesan apapun pada pria itu? Sehingga dia menjauh dan menghindarinya. Padahal Mazaya sedikit pun tak bisa melupakannya, dia sangat tidak menyukai fakta itu, namun itulah adanya yang terjadi.Mazaya semakin benci dengan kesombongan pria itu.Selama lima hari ini, Mazaya menghabiskan waktu mengurung diri di rumah. Tak sekali pun dia bersosi