Riki hanya mendengar dengan tenang, saat semua keterangan yang diucapkan oleh ayahnya serasa hanya seperti mimpi."Rumah kita ada di Singapura, aku dan ibumu ke sini sesekali untuk memastikan keadaan perusahaan berjalan stabil.""Reynold, kau memiliki satu adik perempuan yang sekarang ayah percayakan memimpin perusahaan yang berada di Jepang, sedangkan dua perusahaan yang ada di Singapura di awasi olehku dan dibantu oleh bibimu."Riki diam saja, dia merasa biasa saja dengan semua cerita itu. Yang di inginkannya sekarang cepat pulang, bertemu Mazaya dan melakukan anatomi tubuh lagi. Riki sangat tidak konsentrasi."Rey ...." "Ya?""Kau anak laki-laki satu-satunya yang kami harapkan memimpin bisnis besar keluarga kita, kita memiliki perusahaan dibidang properti dan perhotelan yang tersebar di beberapa negara di Asia, aku sudah semakin tua ... kau harus mempersiapkan dirimu."Riki mengangguk, setelah percakapan selesai dia bergegas pergi, sekarang sudah lebih dari pukul tujuh malam, Maza
Kenapa manusia diperintahkan menikah? Karena pernikahan menjadikan yang haram menjadi halal, menikah mengubah dosa menjadi pahala. Manusia akan mendapat dosa jika berhubungan badan sebelum menikah, tapi akan mendapatkan pahala seperti melaksanakan Qurban jika melakukannya setelah menikah.Tidak ada yang lebih indah dari pahala menikah, setiap bulu yang tumbuh dari ujung rambut sampai ujung kaki, pahalanya dihitung seperti beribadah selama satu tahun.Shalat berjamaah berjalan dengan khusuk, Riki melafazkan ayat dengan sepenuh hati, menghayati setiap kalimat kalimat yang merupakan doa dan ucapan syukur.Riki melafaskan doa yang dia amini oleh Mazaya, air matanya berurai, rasanya selama ini dia sangat lalai. Wajah ayahnya terbayang dimata, andaikan dulu dia sempat meminta maaf, tentu dia tidak akan semenyesal ini.Menikah dengan Riki adalah sebuah anugrah yang paling besar dalam hidupnya, jatuh bangun mengejar cintanya, menghinakan diri dihadapannya, berjuang dan hampir mati untuk melah
Mazaya memuaskan hatinya memandang wajah tampan yang terlelap di sampingnya. Dia sungguh tidak percaya, perjuangannya untuk mendapatkan Riki membuahkan hasil.Mazaya tak pernah sebahagia ini, dengan pelan Mazaya menyentuh wajah Riki dengan jarinya, kenapa ada manusia setampan ini, dan manusia tampan itu adalah suaminya sendiri.Mazaya meletakkan kepalanya di dada Riki, menghitung detak jantung yang berbunyi teratur, mengecup pipi yang mulai ditumbuhi bakal jenggot."Hai." Riki membuka matanya, menatap wajah cantik Mazaya, mengelus pipi halus yang merona merah."Hai," jawab Mazaya, mereka saling tatap, Mazaya lebih dulu menundukkan wajahnya, dia merasa malu. "Ini masih pukul empat pagi." Riki melirik jam di atas meja, suaranya serak."Iya, kita baru tidur satu jam," jawab Mazaya.Riki tersenyum, tadi Mazaya bangun karena Rafael merengek haus."Masih ada waktu tidur sebelum subuh." Mazaya menarik selimut menutupi tubuh Riki."Enak saja disuruh tidur."Riki membalikkan posisi, Mazaya ha
Riki mencium kening Mazaya berkali kali, setelah ' beribadah ' sepanjang malam, istrinya itu terkapar kelelahan dan tak berdaya. Mazaya meminta dia yang memimpin permainan itu untuk malam ini, bahkan Riki tidak menyangka istri malu malunya bisa se agresif itu.Riki mengusap sisa peluh di leher Mazaya, layaknya penganten baru lainnya, mereka menghabiskan waktu memadu kasih di tempat tidur. Riki sekarang dihadapkan dengan pilihan yang cukup membingungkan, dulu dia menyangka adalah anak terbuang yang tidak diinginkan, tapi kenyataannya dia adalah anak seorang pengusaha yang memiliki kerajaan bisnis diberbagai negara. Ayahnya begitu berharap dia memboyong istrinya ke Singapura, mencoba mengurus salah satu perusahaan di sana.Riki hanya pria sederhana, yang tidak menyukai sesuatu yang berlebihan, dia menikmati tinggal di sini, rumah sederhana yang cukup luas, rumah pak Amin bukan rumah mewah, tidak ada kolam renang atau fasilitas mewah lainnya, lokasinya pun jauh dari hiruk pikuk kota, ru
Malam yang penuh kesialan, saat tawa tak lagi bahagia, mungkin Tuhan sudah menggariskan nasib yang kurang beruntung pada laki-laki tampan yang sedang merenung sendiri di pelaminan.Senyum hambar dan wajah merah padam, hatinya dipaksa untuk tetap berdiri gagah malam ini dan menjadi pusat perhatian. Tidak ada celanya laki-laki yang tengah memakai pakaian adat Jawa khas penganten, dia terlalu tampan untuk digelari sebagai manusia biasa.Ketampanannya berbeda dengan laki- laki Indonesia pada umumnya, dia takkan memiliki pesaing malam ini. Namun sayang, malam ini juga dia dibuang, dibuang tanpa keterangan dari istrinya sendiri. Tak ada aba-aba sebelumnya, tak ada firasat yang mengingatkannya, dan pada akhirnya dia mengukir sejarah sebagai pengantin pria yang ditinggalkan seorang diri di atas pelaminan.
Wajah bak dewa yunani, terlihat bosan, jendela dibiarkan terbuka, udara malam yang dingin masuk menerpa, padahal sudah jam dua belas malam.Riki menatap komputernya bosan, selama dua tahun ini, dia bekerja di sebuah perusahaan yang cukup besar, perusahaan itu memperkerjakannya sebagai arsitek.Perusahaan tak mempermasalahkan cacat yang ada pada dirinya. Karena yang dibutuhkan adalah karya dari tangannya yang ajaib. Jangan ditanya, sudah berapa banyak bangunan-bangunan megah di Jakarta yang berdiri karena rancangannya.Dua tahun lalu Riki berhasil menyelesaikan kuliahnya di bagian Arsitek, dia lulus dengan nilai yang sangat memuaskan. Tapi sayang, hari yang paling bahagia itu juga menjadi hari yang paling menyedihkan buat Riki. Pada hari itu juga, Pak Amin yang sudah seperti ayah kandun
Mazaya termenung di kamarnya, sekarang dia benar-benarsebatang kara, Si Bisu bukanlah keluarganya. Dia sangat membencinya, sejak kedatangannya di rumah ini, perhatian ayahnya terbagi, dan menampakkan bahwa ayahnya lebih sayang kepada si Bisu.Mazaya memang sengaja melarikan diri di malam pernikahan, betapa muaknya dia dengan Riki, anak jalanan yang tak tau diri. Laki-laki itu patut diberikan pelajaran, supaya dia sadar dari mana dia berasal.Lima tahun Mazaya menghabiskan waktu bekerja di sebuah perusahaan makanan. Walaupun hanya sebagai karyawan biasa, tapi gajinya lumayan untuk kebutuhan sehari-hari. Namun akhir-akhir ini, gajinya tak lagi cukup, sebuah penyakit di rahimnya butuh obat yang biayanya lumayan besar.Dua tahun ini Mazaya sudah berobat kesana kemari, bahkan sudah be
Mazaya sudah bangun pagi-pagi sekali. Dia sempat melihat Riki baru pulang dari mesjid. Riki tak sedikit pun menatapnya, dia sangat tidak peduli, bersikap seolah-olah dia tinggal sendiri di rumah ini.Mazaya semakin benci melihat keangkuhannya, bukankah statusnya cuma numpang di rumah ini, tapi berlaku seolah-olah ini adalah rumah orangtuanya.Mazaya mengekori gerakan Riki dengan matanya, dia dengan santai membuat kopi untuk dirinya sendiri. Duduk di meja makan sambil membaca koran. Tak sedikit pun dia berminat melihat Mazaya walaupun sekilas.Mazaya sudah tidak tahan lagi, dia mendekati Riki dan merebut koran di tangan Riki secara kasar. "Kau! hanya seorang supir, tak layak bersikap sok berkuasa di rumahku."Riki memandang koran dan w