Mazaya sudah bangun pagi-pagi sekali. Dia sempat melihat Riki baru pulang dari mesjid. Riki tak sedikit pun menatapnya, dia sangat tidak peduli, bersikap seolah-olah dia tinggal sendiri di rumah ini.
Mazaya semakin benci melihat keangkuhannya, bukankah statusnya cuma numpang di rumah ini, tapi berlaku seolah-olah ini adalah rumah orangtuanya.
Mazaya mengekori gerakan Riki dengan matanya, dia dengan santai membuat kopi untuk dirinya sendiri. Duduk di meja makan sambil membaca koran. Tak sedikit pun dia berminat melihat Mazaya walaupun sekilas.
Mazaya sudah tidak tahan lagi, dia mendekati Riki dan merebut koran di tangan Riki secara kasar. "Kau! hanya seorang supir, tak layak bersikap sok berkuasa di rumahku."
Riki memandang koran dan wajah Mazaya secara bergantian. Kemudian bersikap tak peduli, ucapan pedas dan penghinaan itu sudah biasa baginya.
Melihat kecuekan Riki, Mazaya mengamuk, dengan cepat diambilnya kopi di tangan Riki dan dilemparkan ke dalam westafel. Riki menghela nafas, mengeluarkan kertas andalannya.
"Apa maumu?"
"Bersikaplah seperti seharusnya! kau hanya supir."
Riki menatap wajah cantik itu penuh benci, kemudian menulis lagi, "kau yang seharusnya bersikap layaknya dirimu, tidak pantas seorang majikan mengunjungi kamar supirnya di tengah malam, memakai pakaian terbuka dan memancingku...."
Mazaya terperangah, si Bisu sudah berani padanya sekarang. Dia sangat malu, harga dirinya terinjak-injak, ternyata lima tahun bisa mengubah seseorang dari penakut menjadi pemberani. Biasanya dia hanya akan menundukkan wajah apabila mendapat intimidasi dari Mazaya, tapi sekarang matanya bahkan berani menantang mata Mazaya secara terang-terangan.
"Kau! mulutmu sangat kurang ajar." Mazaya melayangkan tamparan di wajah bersih Riki, dengan sigap tangan Riki menangkapnya, menarik Mazaya ke arahnya, sehingga tubuh mereka berbenturan.
Tatapan itu seolah-olah mengatakan, "jangan berani kepadaku!"
Mazaya semakin marah, dengan sekuat tenaga dia melepaskan diri dari pelukan paksa Riki. Memandang laki-laki itu dengan geram, bagaimana dia akan dapat anak dari laki-laki itu, sedangkan mereka bagaikan kucing dengan anjing, yang takkan pernah bisa akur.
Mazaya berlari ke kamarnya, menghempaskan diri di atas kasur. Perut bagian bawahnya kembali sakit, awalnya baru sedikit nyeri, tapi beberapa menit kemudian sakitnya semakin hebat. Mazaya memejamkan matanya, menekan perutnya dengan bantal, keringat dingin keluar dari dahinya, ini yang di alaminya dua tahun ini, tapi beberapa hari kebelakang sakitnya timbul setiap hari.
Dengan tenaga yang tersisa, Mazaya meraih kotak obat yang berfungsi mengurangi rasa sakit, dokter sudah melarang penggunaan obat itu dalam jangka panjang, karena bisa merusak organ tubuh yang lain. Mazaya menelan tiga butir sekaligus, air mata kesakitan keluar dari sudut matanya.
Lima menit kemudian sakitnya mulai berkurang, Mazaya bisa mati, ketika penyakit yang tak biasa itu tumbuh semakin besar dalam rahimnya. Dia harus memaksa si Bisu itu melakukannya.
Dengan tekad yang kuat, Mazaya bangkit, dia harus hamil, walaupun harus bersikap layaknya pelacur.
Mazaya berjalan menuju kamar Riki, laki-laki itu sedang asik dengan komputernya.
Mazaya melingkarkan tangannya di leher Riki, saat Riki menoleh, dia memanfaatkan kesempatan. Riki kaget, bibirnya yang ternganga menjadi kesempatan kepada Mazaya untuk menyentuhnya lebih dalam.
Ciuman sepihak tersebut berhenti saat Riki mendorong tubuh Mazaya dengan kasar, menghapus jejak yang ditinggalkan Mazaya di bibirnya.
Mata Riki terbelalak tak percaya, kali ini Mazaya mendatanginya lebih rendah dari pelacur. Riki geram , dengan cepat dibungkusnya tubuh Mazaya dengan kaos besarnya. Mazaya memberontak, melepaskan kaos Riki dari tubuhnya, dia harus berjuang membuat laki-laki itu melakukannya.
Mazaya kehilangan kesabarannya, dia berteriak keras di depan wajah Riki.
"Lakukan sekali saja! brengsek! aku harus hamil."
Mazaya menangis frustasi. Tubuhnya luruh ke lantai, Rambut hitam acak- acakan menutup wajahnya, Riki tak menghiraukannya, dia pergi meninggalkan Mazaya sendiri.
Mazaya meraung, dia lelah, sangat lelah dengan penyakit yang di deritanya. Dia tak boleh menyerah, jika menyerah dia akan mati. Tapi bagaimana memaksa Riki, bahkan dia tak tertarik sedikit pun.
Riki mencuci wajahnya, hidupnya kembali kacau semenjak kedatangan wanita itu. Ada apa dengan Mazaya? selama ini dia membenci Riki, dengan cara menghina dan meninggalkan Riki di malam pertama pernikahan mereka. Sekarang masih menunjukkan kebencian yang sama, tapi gila nya meminta hal yang mustahil dilakukannya.Banyak tanda tanya di benak Riki, ke mana wanita itu lima tahun ini? apa yang dilakukannya saat ayahnya meratapinya seperti mayat hidup?Sekarang dia muncul setelah Riki sudah merasakan ketenangan dalam hidupnya, di mana dia tak lagi dihina dan dipermalukan. Tapi dengan kemunculan Mazaya, kepercayaan diri yang berhasil dibangunnya selama bertahun-tahun kembali hancur.Mazaya tak pernah berubah, dia masih kasar, arogan, egois dan jahat. Tak ada bagusnya wanita itu selain kecantika
Riki pulang ke rumah setelah mhagrib. Dengan adanya Mazaya di rumah, dia menjadi tidak bersemangat untuk pulang cepat. Gadis itu bagaikan sebuah teror dalam hidupnya, sangat berbahaya dan harus selalu dihindari.Sebenarnya pekerjaannya sudah selesai sejak pukul tiga sore. Untuk menghabiskan waktu di kantor, Riki mencari kesibukan lain, membantu rekan yang lain menyelesaikan sketsa yang sudah ditagih perusahaan.Baru saja pintu dibuka, Mazaya sudah tersenyum manis padanya. Perempuan ini yang dihindarinya, tapi malah duduk manis menunggu di meja makan seperti istri sungguhan.Dia terlihat istimewa malam ini, wajah terpolesmake up,rambut di tata dan mengenakan gaun malam yang terbuka. Riki tak habis pikir dengan wanita yang satu itu. Apa lagi rencananya kali ini
Riki terbangun jam empat pagi, memandang datar wanita yang meringkuk di sampingnya.Apa yang terjadi adalah di luar kendalinya. Mazaya sendiri yang membuatnya melakukan itu. Dia sudah berusaha menghindar dan menjauh, tapi Mazaya malah menyerahkan dirinya sendiri, memaksanya sampai dia hilang kendali.Riki tak habis fikir, kenapa Mazaya begitu ngotot ingin hamil, tak sedikitpun dia mengatakan alasannya. Mazaya, wanita berlesung pipi yang penuh dengan rahasia, dia misterius dan tak pernah bisa diterka apa maunya.Sekarang semua sudah terjadi, efek obat yang luar biasa, tidak hilang dalam waktu dua jam, tapi bertahan selama berjam-jam berikutnya.Riki menghela nafas, sebuah kenyataan baru ditemukannya, wanita seliar Mazaya ternyata masih
Mazaya bangun jam sembilan pagi, tubuhnya terasa remuk, setiap persendiannya terasa sakit. Dia mencoba bangkit secara perlahan, lalu menyandarkan tubuhnya ke sisi tempat tidur.Wajah Mazaya merona. Dia tak munafik, Riki dan ketampanan serta kesempurnaan tubuhnya, membuat dia terbuai, tapi baginya dia tetaplah si Bisu yang hanya dibutuhkan untuk memberikan anak.Mazaya mengelus perutnya, dia begitu berharap, benih Riki bisa membuahi sel telurnya sehingga menjadi janin. Jika berhasil, dia akan sembuh total, begitu kata dokter yang menanganinya.Tapi bagaimana jika usaha tadi malam tidak berhasil? Apakah Mazaya akan kembali menggunakan cara licik, Riki pasti akan lebih wasapada padanya mulai sekarang, dia takkan mau lagi percaya padanya.Mustahil bagi Riki melakukannya dengan suka re
Mazaya belum tidur. Pukul dua belas malam, terdengar deru motor milik Riki. Mazaya bangkit, mengintip pria itu dari jendela, wajahnya tampak lelah dan mengantuk, dasi sudah dilonggarkan dari lehernya dan kancing bajunya terbuka sebagian.Mazaya kembali ketempat tidur, ini adalah malam ke lima pria itu pulang terlambat. Berangkat setelah subuh dan pulang tengah malam. Sejak kejadian di malam itu, mereka tak pernah lagi berkomunikasi atau pun bertemu secara langsung.Mazaya berusaha untuk tidak peduli, tapi dia sangat kesal, apakah malam itu tak memberikan kesan apapun pada pria itu? Sehingga dia menjauh dan menghindarinya. Padahal Mazaya sedikit pun tak bisa melupakannya, dia sangat tidak menyukai fakta itu, namun itulah adanya yang terjadi.Mazaya semakin benci dengan kesombongan pria itu.Selama lima hari ini, Mazaya menghabiskan waktu mengurung diri di rumah. Tak sekali pun dia bersosi
Riki semakin kaget, hamil? Mungkinkah? Dia tak pernah bertanya pada wanita itu, dan Mazaya tak pernah memberi tahunya.Riki menggeleng, dokter kemudian kembali memberi informasi"Hamil atau tidak harus kita cek untuk memastikan, tapi menurut pengamatan saya, istrimu tengah hamil, kejadian ini biasa di tri semester awal, usahakan dia selalu meminum susu untuk ibu hamil."Riki hanya mengangguk dan mendengarkan dengan seksama."Bantu saya menurunkan sedikit celana jeansnya!" perintah sang dokter. Riki mengerjap bingung." Riki, istrimu harus disuntik, kalau dibiarkan dia bisa semakin parah, kau ini, dia istrimu, tak perlu malu." Dokter tersenyum.Riki menunduk malu, dengan tangan bergetar dia melakukan apa yang diperintahkan dokter, jantungnya berdegup kencang dan keringat mengalir di dahinya."Miringkan dia!" kata dokt
Mazaya bangun pagi-pagi sekali, dia tidak mau kecolongan lagi, mengintip Riki yang sedang bersiap-siap bekerja setiap pagi adalah pemandangan wajib baginya. Riki biasa menghabiskan waktu di ruang tamu sebelum berangkat bekerja, meminum kopi sambil membaca koran, atau menyalakan laptop sejenak.Seminggu sudah kebiasaan mengintip itu dilakukan Mazaya, tapi sudah sepuluh menit berada di belakang pintu kamar, dia tidak mendengar suara apapun.Riki tak mungkin ketiduran, dia terbiasa bangun jam empat subuh walaupun di hari libur. Mazaya bimbang, apakah dia keluar saja dan berpura-pura mengambil air minum atau tetap bersembunyi di balik pintu. Gengsinya sangat tinggi, tidak mungkin dia menampakkan wajah lebih dulu, jelas-jelas Riki terus saja menghindarinya.Sepuluh menit kemudian, dia memutuskan untuk keluar dari persembunyiannya, melangkah pelan tanpa suara, merapatkan tubuhnya ke dinding, lalu melirik pintu kamar Riki yang terbuka. Ranjangnya rapi, selimut sudah terlipat, bantal sudah t
Mazaya menggeliat malas, dia baru tidur jam empat pagi, kondisi tubuhnya sangat lelah, kepalanya pusing. Baru sebentar matanya terbuka, perutnya langsung bergejolak mual, Mazaya bergegas keluar kamar menuju westafel kamar mandi. Memuntahkan seluruh isi perutnya, walaupun yang keluar cuma cairan pahit bewarna kuning.Setelah muntah sepuasnya, Mazaya mencuci wajahnya, menggosok giginya berlahan, lalu menenangkan diri sejenak, karena sisa-sisa mual masih terasa.Ketika hendak berbalik, dia tertegun, seseorang yang digilainya beberapa minggu ini keluar dari kamar mandi, handuk melilit rendah punggulnya, mereka sama-sama terdiam.Dia mahakarya yang diciptakan tuhan dengan ketampanan luar biasa, sedetik pun Mazaya tidak bisa mengedipkan matanya.Mazaya menahan nafas, daya tarik yang sangat luar biasa, tak bisa di jabarkan bagaimana detak jantungnya yang berlomba-lomba memompa darah.Riki lebih dulu memutuskan kontak mata, dia memberikan kode kepada Mazaya agar wanita itu sedikit memberinya j