Riki mencuci wajahnya, hidupnya kembali kacau semenjak kedatangan wanita itu. Ada apa dengan Mazaya? selama ini dia membenci Riki, dengan cara menghina dan meninggalkan Riki di malam pertama pernikahan mereka. Sekarang masih menunjukkan kebencian yang sama, tapi gila nya meminta hal yang mustahil dilakukannya.
Banyak tanda tanya di benak Riki, ke mana wanita itu lima tahun ini? apa yang dilakukannya saat ayahnya meratapinya seperti mayat hidup?
Sekarang dia muncul setelah Riki sudah merasakan ketenangan dalam hidupnya, di mana dia tak lagi dihina dan dipermalukan. Tapi dengan kemunculan Mazaya, kepercayaan diri yang berhasil dibangunnya selama bertahun-tahun kembali hancur.
Mazaya tak pernah berubah, dia masih kasar, arogan, egois dan jahat. Tak ada bagusnya wanita itu selain kecantikan dan kemolekan tubuhnya.
Kenapa dia harus mencari Riki untuk melakukannnya, padahal di luar sana takkan ada laki-laki yang akan menolak untuk menyentuhnya.
Riki tak ingin mengingat lagi bahwa Mazaya masih berstatus istrinya. Dengan keliaran Mazaya, seharusnya dia tak perlu susah payah mencari laki-laki untuk dirinya.
Riki merasa semua masih teka-teki, hidupnya kembali akan penuh ujian.
***
Mazaya duduk di ranjangnya, dua kali menggoda si Bisu, tapi belum juga membuahkan hasil, semakin lama menunggu maka penyakit ini akan semakin parah. Apa yang harus dia lakukan?
Akhirnya Mazaya memiliki ide, dia hanya perlu memberikan pria itu pil Viagra, pasti setelah itu semua akan berjalan mudah. Sebuah senyum licik terbit di bibir tipisnya. Dia menjamin sendiri, cara ini akan berhasil.
Mazaya bergegas membersihkan dirinya, mengganti bajunya, dia akan mencarinya di toko obat.
Saat melalui ruang tamu, dia melihat Riki sedang sarapan dan sudah menggunakan seragam kantor. Mazaya mengakui dalam hati, benar- benar sangat tampan, dasi terpasang rapi di lehernya yang kokoh, seragam itu membuat dia bagaikan model pakaian pria. Dengan tinggi 180 cm dia benar-benar sangat memukau. Setidaknya Mazaya harus mencari alasan supaya nanti dia tak menyesali menyerahkan diri pada Riki.
Mazaya mendekati Riki, duduk di depan laki-laki itu. Mencoba berakting sedikit untuk mencapai tujuannya rasanya tidak apa-apa.
"Kau bekerja di mana?"
Riki mengangkat wajahnya, apa dia tak salah dengar, sejak kapan wanita itu peduli padanya.
Dengan bosan Riki menulis, "di sebuah perusahaan properti."
"Oh. Ngomong-ngomong, aku ingin berdamai denganmu. Karena setelah aku pikir, tak ada gunanya kita meneruskan permusuhan ini, benar, kan?"
Riki kembali tak percaya, dia tau wanita itu sangat culas, dulu dia juga pernah berkata begitu, tapi lima menit kemudian dia didorong masuk ke dalam kolam padahal dia tidak bisa berenang. Wanita itu pernah melakukan percobaan pembunuhan kepadanya.
"Bisakah kita bersikap layaknya teman di rumah ini? Kau boleh menumpang secara cuma-cuma, asal kita tak lagi bermusuhan."
Riki merasa semua semakin aneh, menumpang? Tak tahukah dia rumah ini pernah tergadai karena Pak Amin yang membutuhkan uang untuk mencari anak sialannya itu, dan rumah itu sudah ditebus kembali oleh Riki, dengan uang yang tidak sedikit.
Riki tak tertarik, dia meneruskan sarapannya tanpa melihat Mazaya. Mazaya menahan marah, emosi hanya akan menghancurkan rencananya. Dia memaksakan senyum di wajahnya.
"Oh ya, sekarang aku harus keluar, kulihat kulkas sudah kosong."
Riki hanya mengangguk. Lima belas tahun Riki mengenal Mazaya luar dalam, pasti wanita itu punya rencana besar sekarang, sehingga bersikap tak biasa padanya. Terakhir dia begitu saat menjelang pernikahannya, dan apa yang terjadi, dia sengaja kabur malam itu, meninggalkan Riki dan rasa malu yang berkepanjangan.
Dia sampai tak keluar dari rumah, karena cemoohan orang secara terang- terangan kepadanya.
Riki hanya perlu mempersiapkan diri, bisa jadi wanita itu kembali berniat membunuhnya, tapi kalau dia berniat membunuhnya, kenapa dia memaksa Riki untuk menghamilinya. Riki masih belum bisa memecahkan teka teki yang diciptakan wanita itu.
Riki pulang ke rumah setelah mhagrib. Dengan adanya Mazaya di rumah, dia menjadi tidak bersemangat untuk pulang cepat. Gadis itu bagaikan sebuah teror dalam hidupnya, sangat berbahaya dan harus selalu dihindari.Sebenarnya pekerjaannya sudah selesai sejak pukul tiga sore. Untuk menghabiskan waktu di kantor, Riki mencari kesibukan lain, membantu rekan yang lain menyelesaikan sketsa yang sudah ditagih perusahaan.Baru saja pintu dibuka, Mazaya sudah tersenyum manis padanya. Perempuan ini yang dihindarinya, tapi malah duduk manis menunggu di meja makan seperti istri sungguhan.Dia terlihat istimewa malam ini, wajah terpolesmake up,rambut di tata dan mengenakan gaun malam yang terbuka. Riki tak habis pikir dengan wanita yang satu itu. Apa lagi rencananya kali ini
Riki terbangun jam empat pagi, memandang datar wanita yang meringkuk di sampingnya.Apa yang terjadi adalah di luar kendalinya. Mazaya sendiri yang membuatnya melakukan itu. Dia sudah berusaha menghindar dan menjauh, tapi Mazaya malah menyerahkan dirinya sendiri, memaksanya sampai dia hilang kendali.Riki tak habis fikir, kenapa Mazaya begitu ngotot ingin hamil, tak sedikitpun dia mengatakan alasannya. Mazaya, wanita berlesung pipi yang penuh dengan rahasia, dia misterius dan tak pernah bisa diterka apa maunya.Sekarang semua sudah terjadi, efek obat yang luar biasa, tidak hilang dalam waktu dua jam, tapi bertahan selama berjam-jam berikutnya.Riki menghela nafas, sebuah kenyataan baru ditemukannya, wanita seliar Mazaya ternyata masih
Mazaya bangun jam sembilan pagi, tubuhnya terasa remuk, setiap persendiannya terasa sakit. Dia mencoba bangkit secara perlahan, lalu menyandarkan tubuhnya ke sisi tempat tidur.Wajah Mazaya merona. Dia tak munafik, Riki dan ketampanan serta kesempurnaan tubuhnya, membuat dia terbuai, tapi baginya dia tetaplah si Bisu yang hanya dibutuhkan untuk memberikan anak.Mazaya mengelus perutnya, dia begitu berharap, benih Riki bisa membuahi sel telurnya sehingga menjadi janin. Jika berhasil, dia akan sembuh total, begitu kata dokter yang menanganinya.Tapi bagaimana jika usaha tadi malam tidak berhasil? Apakah Mazaya akan kembali menggunakan cara licik, Riki pasti akan lebih wasapada padanya mulai sekarang, dia takkan mau lagi percaya padanya.Mustahil bagi Riki melakukannya dengan suka re
Mazaya belum tidur. Pukul dua belas malam, terdengar deru motor milik Riki. Mazaya bangkit, mengintip pria itu dari jendela, wajahnya tampak lelah dan mengantuk, dasi sudah dilonggarkan dari lehernya dan kancing bajunya terbuka sebagian.Mazaya kembali ketempat tidur, ini adalah malam ke lima pria itu pulang terlambat. Berangkat setelah subuh dan pulang tengah malam. Sejak kejadian di malam itu, mereka tak pernah lagi berkomunikasi atau pun bertemu secara langsung.Mazaya berusaha untuk tidak peduli, tapi dia sangat kesal, apakah malam itu tak memberikan kesan apapun pada pria itu? Sehingga dia menjauh dan menghindarinya. Padahal Mazaya sedikit pun tak bisa melupakannya, dia sangat tidak menyukai fakta itu, namun itulah adanya yang terjadi.Mazaya semakin benci dengan kesombongan pria itu.Selama lima hari ini, Mazaya menghabiskan waktu mengurung diri di rumah. Tak sekali pun dia bersosi
Riki semakin kaget, hamil? Mungkinkah? Dia tak pernah bertanya pada wanita itu, dan Mazaya tak pernah memberi tahunya.Riki menggeleng, dokter kemudian kembali memberi informasi"Hamil atau tidak harus kita cek untuk memastikan, tapi menurut pengamatan saya, istrimu tengah hamil, kejadian ini biasa di tri semester awal, usahakan dia selalu meminum susu untuk ibu hamil."Riki hanya mengangguk dan mendengarkan dengan seksama."Bantu saya menurunkan sedikit celana jeansnya!" perintah sang dokter. Riki mengerjap bingung." Riki, istrimu harus disuntik, kalau dibiarkan dia bisa semakin parah, kau ini, dia istrimu, tak perlu malu." Dokter tersenyum.Riki menunduk malu, dengan tangan bergetar dia melakukan apa yang diperintahkan dokter, jantungnya berdegup kencang dan keringat mengalir di dahinya."Miringkan dia!" kata dokt
Mazaya bangun pagi-pagi sekali, dia tidak mau kecolongan lagi, mengintip Riki yang sedang bersiap-siap bekerja setiap pagi adalah pemandangan wajib baginya. Riki biasa menghabiskan waktu di ruang tamu sebelum berangkat bekerja, meminum kopi sambil membaca koran, atau menyalakan laptop sejenak.Seminggu sudah kebiasaan mengintip itu dilakukan Mazaya, tapi sudah sepuluh menit berada di belakang pintu kamar, dia tidak mendengar suara apapun.Riki tak mungkin ketiduran, dia terbiasa bangun jam empat subuh walaupun di hari libur. Mazaya bimbang, apakah dia keluar saja dan berpura-pura mengambil air minum atau tetap bersembunyi di balik pintu. Gengsinya sangat tinggi, tidak mungkin dia menampakkan wajah lebih dulu, jelas-jelas Riki terus saja menghindarinya.Sepuluh menit kemudian, dia memutuskan untuk keluar dari persembunyiannya, melangkah pelan tanpa suara, merapatkan tubuhnya ke dinding, lalu melirik pintu kamar Riki yang terbuka. Ranjangnya rapi, selimut sudah terlipat, bantal sudah t
Mazaya menggeliat malas, dia baru tidur jam empat pagi, kondisi tubuhnya sangat lelah, kepalanya pusing. Baru sebentar matanya terbuka, perutnya langsung bergejolak mual, Mazaya bergegas keluar kamar menuju westafel kamar mandi. Memuntahkan seluruh isi perutnya, walaupun yang keluar cuma cairan pahit bewarna kuning.Setelah muntah sepuasnya, Mazaya mencuci wajahnya, menggosok giginya berlahan, lalu menenangkan diri sejenak, karena sisa-sisa mual masih terasa.Ketika hendak berbalik, dia tertegun, seseorang yang digilainya beberapa minggu ini keluar dari kamar mandi, handuk melilit rendah punggulnya, mereka sama-sama terdiam.Dia mahakarya yang diciptakan tuhan dengan ketampanan luar biasa, sedetik pun Mazaya tidak bisa mengedipkan matanya.Mazaya menahan nafas, daya tarik yang sangat luar biasa, tak bisa di jabarkan bagaimana detak jantungnya yang berlomba-lomba memompa darah.Riki lebih dulu memutuskan kontak mata, dia memberikan kode kepada Mazaya agar wanita itu sedikit memberinya j
Riki duduk di atas ranjangnya, meminum segelas air dengan rakus, jantungnya berdetak cepat. Sungguh, dia hampir terpancing dengan jebakan Mazaya, bagaimanapun dia adalah seorang laki-laki dan Mazaya adalah istrinya yang sah. Akan tetapi menjadikan Mazaya sebagai pelampiasan kebutuhan primitif bukanlah pilihannya, dia harus menahan diri.Selama ini dia menghindari Mazaya bukan karena jijik dengannya atau menganggap dia adalah kuman. Wanita itu simbol kecantikan dan kesempurnaan tubuh seorang wanita, laki-laki mana pun akan sependapat dengannya. Melihat Mazaya berlalu lalang di depannya, bukanlah hal baik untuk mereka saat ini.Mazaya bukanlah tipe wanita yang memikirkan bagaimana cara kesopanan dalam berpakaian, dia biasa hanya dengan gaun tidur, atau rok mini yang ketat, dari dulu Riki sudah hafal kebiasaan mantan nonanya itu.Kalau dulu Riki tidak terpengaruh, baginya Mazaya hanya Nona manja yang tak punya daya tarik sama sekali selain kecantikannya. Tapi sudut pandang Riki mulai ber