Bi Sudan menatap Lakeswara dan Hexagon sekilas. Kemudian, ia menundukkan kepalanya sambil meremas jemari tangannya. Menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Setelah itu, ia mulai berkata-kata. "Setiap kali berhubungan, Tuan Osa selalu memberikan obat kontrasepsi pada Non Theo, tapi Non Theo berpura-pura meminumnya dan selalu membuangnya. Jika Non Theo tidak meminum obat itu dan ketahuan hamil. Maka, Tuan Osa akan membunuh janin yang ada di kandungan Non Theo dengan tangannya sendiri," jelas Bi Sudan sambil terisak. Setiap kali mengingat kejadian di mana Theona menceritakan perihal itu padanya, dadanya selalu terasa sesak dan air matanya jatuh begitu saja. "Apa?" terkejut Lakeswara langsung beranjak berdiri. Hexagon pun tidak kalah terkejutnya. Wanita itu menutup mulutnya yang terbuka lebar dengan manik mata yang membola. Ia benar-benar tidak menyangka putranya akan sekejam itu pada Theona. Pantas saja wanita itu berani kabur dan menghilang bagai di telan bumi.
Langkah Dokter Lucas terasa sangat lambat. Jarak mereka hanya beberapa ratus meter, tetapi rasanya seperti berkilo-kilometer."Bagaimana kondisi, Theo?" tanya Lakeswara tidak sabar."Keadaan Nyonya Theo baik-baik saja, bahkan tidak jadi dilakukan operasi sesar," jawab Dokter Lucas santai."Loh! Bukankah sebelumnya kau bilang Theo harus melakukan operasi sesar?" terkejut Hexagon langsung bertanya."Iya, Nyonya. Jadi begini ..."Dokter Lucas mulai bercerita di mana tepat setelah Lakeswara menandatangani surat persetujuan, Theona langsung mengeluh mulasnya berbeda. Lalu, dokter langsung memeriksa kondisi jalan lahir dan sudah sampai pembukaan terakhir. Bahkan dalam hitungan menit, bayi langsung lahir dengan sangat mudah. "Begitu, Nyonya, Tuan. Jadi, Nyonya Theo tidak jadi dilakukan operasi sesar. Kalau menurut saya, Nyonya Theo dan bayinya memang menunggu Tuan dan Nyonya datang," imbuh Dokter Lucas menilai.Kelihatannya memang seperti itu. Jika tidak, mungkin Theona akan melahirkan seja
"Ma-maksud Papi apa?" tanya Theona terbelalak.Bukankah ayah mertuanya sudah berjanji tidak akan memberitahukan keberadaannya dan bayinya pada Ikosagon? Lalu, bagaimana bisa ia tinggal di rumah mertuanya, meski di rumah yang lain?"Ya. Tinggallah di rumah kami, agar kami bisa terus berada di sisi kalian," sanggah Lakeswara."Bagaimana bisa, Pi? Kalau sampai Osa tahu bagaimana?" tanya Theona tidak percaya."Tidak akan. Kau tahu? Tempat yang paling aman adalah tempat di mana musuhmu tinggal. Dengan begitu, Osa tidak akan pernah menemukanmu karena tidak akan pernah berpikir bahwa kau bersembunyi di salah satu rumah kami," jelas Lakeswara menggebu.Theona melirik ibu mertuanya dan mendapat sebuah anggukan diiringi senyuman lembut. "Baiklah. Mudah-mudahan saja apa yang Papi katakan benar," kata wanita itu memutuskan.Alasan Theona menerima penawaran itu karena tidak ada pilihan lain. Jika ia menolak, ia takut ayah mertuanya akan memberitahu Ikosagon. Sebenarnya, ia ragu untuk menerima pena
Mendengar ucapan Cassiopeia, sontak Theona dan Wolf menoleh. Theona mengerutkan keningnya sambil menyipitkan matanya. Sedangkan Cassiopeia langsung menutup mulutnya karena sudah keceplosan."Ah tidak, bukan itu maksud aku." Cassiopeia tersenyum canggung sambil menggerakkan tangannya."Memangnya apa yang aku pikirkan?" tanya Theona."Mana aku tahu," balas Cassiopeia mengedikkan bahunya."Tapi, aku sangat penasaran dengan apa yang terjadi padamu selama ini," kata Cassiopeia. Entah kapan Theona akan menceritakan segalanya padanya."Sebentar." Theona beranjak ke arah dapur. Tidak lama kemudian, ia kembali dengan mengajak Bi Sudan, "Alpha sama Bibi dulu, ya, sekalian makan," kata wanita itu sambil mengambil alih putranya dari tangan Wolf. Kemudian, ia menyerahkannya pada Bi Sudan.Mereka semua menatap pria mungil yang kian menghilang ke arah dapur. Kemudian, Cassiopeia menarik Theona ke arah sofa dan duduk beriringan."Jadi, kenapa kau pergi dan menghilang?" tanya Cassiopeia.Wolf hanya du
Empat tahun kemudian, di rumah di mana sepasang ibu dan anak tinggal. Kini, terlihat sangat ramai akan anak-anak. Banyak sekali balon warna warni menghiasai rumah itu. Ada beberapa anak kecil yang sedang asyik bermain trampolin, jungkat-jungkit, perosotan, dan ayunan. Ada juga yang sedang meniupkan gelembung dan ada juga yang berlarian menangkap gelembung-gelembung itu. Semua anak-anak itu merupakan keturunan keluarga besar Candramawa."Ayo masuk, semua! Sebentar lagi acaranya akan dimulai," teriak Athena, istri Skywara sambil mengedarkan pandangan ke arah anak-anak berada.Sontak, seluruh anak-anak masuk ke dalam. Mereka berbaris dengan rapi menatap ke depan. Sedangkan di depan, sudah ada Alphagon dan ibunya. Terlihat, banyak tumpukan kado dari yang berukuran paling besar hingga kecil tersusun rapi di sebelah kanan dan kiri tempat sepasang ibu dan anak itu berdiri."Jangan ditiup dulu, Sayang." Theona memprotes karena sejak tadi putranya meniup-niup lilin di antara kue ulang tahun,
Mendengar suara Alphagon, sontak tubuh Theona langsung menegang. Nafasnya tertahan seolah tidak sanggup untuk menghembuskannya. Sedangkan Cassiopeia dan Wolf langsung melirik ke arah Theona. Mereka benar-benar mengkhawatirkan kondisi sahabatnya."Mommy, kenapa diam saja? Alpha lapar dan mau makan kue. Bukankah kita sudah selesai?" tanya pria mungil itu sambil mengayun tangan ibunya."Mommy?" gumam Ikosagon. Sepertinya sejak kedatangannya tadi, ia sama sekali tidak sadar dengan sosok mungil yang ada di depan Theona.Pria itu cukup terkejut mendengar suara anak kecil itu. Ia berusaha melongok ingin melihat sosok anak kecil itu. Namun sayangnya, Theona berusaha menghalanginya."Apa dia anak Cassie? Atau dia anak Theo dan Wolf? Tapi kalau dia anak Wolf dan Theo, kenapa mereka merayakan ulang tahun anak mereka di sini?" batin Ikosagon bertanya.Melihat ekspresi wajah Ikosagon yang mencurigakan membuat Theona ketakutan. Ia lekas membungkuk dan mengangkat tubuh putranya sambil berkata, "Kuen
"Kalian semua di mana sekarang?"Setelah dengan susah payah beranjak bangun, Ikosagon langsung keluar dan masuk ke dalam mobilnya. Ia membersihkan luka di wajahnya dengan tissue. Namun sayangnya, manik mata kirinya tidak bisa terbuka karena banyaknya hantaman keras yang menimpanya.Ia tahu meskipun ia berusaha mengejar Wolf, ia tetap tidak akan bisa mengejar. Akhirnya, ia memutuskan untuk menghubungi salah satu anak buahnya untuk memberi perintah."Kami sedang berada di markas, Bos. Apa ada yang perlu kami lakukan?""Apa kau bersama Bunglon?""Iya, Bos. "Bagus. Katakan padanya untuk melacak keberadaan mobil Cassie. Saat ini istriku bersamanya.""Jadi, Nyonya Theo sudah ditemukan?""Ya, tapi dia pergi lagi. Jadi, cepat lacak keberadaan mobil Cassie agar aku bisa menjemput istriku pulang.""Baik, Bos."Setelah mengakhiri panggilan, Ikosagon menyandarkan tubuhnya ke belakang. Seluruh tubuhnya terasa ngilu, tetapi tidak membuat semangatnya hilang untuk menyusul Theona. Mengingat wajah ca
"Tentu saja. Aku hampir gila setelah kau menghilang. Jadi, pulanglah," sanggah Ikosagon menggebu."Pulang? Pulang ke mana?" tanya Theona sinis."Tentu saja pulang ke rumah kita. Memangnya mau pulang ke mana lagi?" balas Ikosagon santai."Tidak, Osa. Rumah itu rumahmu dan bukan rumahku. Jadi, kau saja yang pulang dan aku ingin tetap berada di sini," tolak Theona mengusir."Apa yang kau katakan? Rumahku itu rumahmu juga. Apa pun yang aku miliki, semuanya juga milikmu. Jadi, jangan pernah berpikir kalau milikku bukan milikmu." Ikosagon terlihat tidak terima, tetapi tidak menunjukkan emosinya sama sekali, "Oh, iya. Anak kita mana? Jangan biarkan anak kita dekat dengan laki-laki itu karena aku sangat tidak menyukainya," imbuhnya sambil mengepalkan tangannya."Apa kau bilang? Anak? Hahaha ... Sejak kapan kau memiliki anak?" Theona bertanya sambil tertawa mengejek, "Untuk Wolf, Alpha sangat menyukainya sejak pertama kali mereka bertemu. Jadi, aku tidak berencana untuk menjauhkan Alpha dariny