Mendengar suara Alphagon, sontak tubuh Theona langsung menegang. Nafasnya tertahan seolah tidak sanggup untuk menghembuskannya. Sedangkan Cassiopeia dan Wolf langsung melirik ke arah Theona. Mereka benar-benar mengkhawatirkan kondisi sahabatnya."Mommy, kenapa diam saja? Alpha lapar dan mau makan kue. Bukankah kita sudah selesai?" tanya pria mungil itu sambil mengayun tangan ibunya."Mommy?" gumam Ikosagon. Sepertinya sejak kedatangannya tadi, ia sama sekali tidak sadar dengan sosok mungil yang ada di depan Theona.Pria itu cukup terkejut mendengar suara anak kecil itu. Ia berusaha melongok ingin melihat sosok anak kecil itu. Namun sayangnya, Theona berusaha menghalanginya."Apa dia anak Cassie? Atau dia anak Theo dan Wolf? Tapi kalau dia anak Wolf dan Theo, kenapa mereka merayakan ulang tahun anak mereka di sini?" batin Ikosagon bertanya.Melihat ekspresi wajah Ikosagon yang mencurigakan membuat Theona ketakutan. Ia lekas membungkuk dan mengangkat tubuh putranya sambil berkata, "Kuen
"Kalian semua di mana sekarang?"Setelah dengan susah payah beranjak bangun, Ikosagon langsung keluar dan masuk ke dalam mobilnya. Ia membersihkan luka di wajahnya dengan tissue. Namun sayangnya, manik mata kirinya tidak bisa terbuka karena banyaknya hantaman keras yang menimpanya.Ia tahu meskipun ia berusaha mengejar Wolf, ia tetap tidak akan bisa mengejar. Akhirnya, ia memutuskan untuk menghubungi salah satu anak buahnya untuk memberi perintah."Kami sedang berada di markas, Bos. Apa ada yang perlu kami lakukan?""Apa kau bersama Bunglon?""Iya, Bos. "Bagus. Katakan padanya untuk melacak keberadaan mobil Cassie. Saat ini istriku bersamanya.""Jadi, Nyonya Theo sudah ditemukan?""Ya, tapi dia pergi lagi. Jadi, cepat lacak keberadaan mobil Cassie agar aku bisa menjemput istriku pulang.""Baik, Bos."Setelah mengakhiri panggilan, Ikosagon menyandarkan tubuhnya ke belakang. Seluruh tubuhnya terasa ngilu, tetapi tidak membuat semangatnya hilang untuk menyusul Theona. Mengingat wajah ca
"Tentu saja. Aku hampir gila setelah kau menghilang. Jadi, pulanglah," sanggah Ikosagon menggebu."Pulang? Pulang ke mana?" tanya Theona sinis."Tentu saja pulang ke rumah kita. Memangnya mau pulang ke mana lagi?" balas Ikosagon santai."Tidak, Osa. Rumah itu rumahmu dan bukan rumahku. Jadi, kau saja yang pulang dan aku ingin tetap berada di sini," tolak Theona mengusir."Apa yang kau katakan? Rumahku itu rumahmu juga. Apa pun yang aku miliki, semuanya juga milikmu. Jadi, jangan pernah berpikir kalau milikku bukan milikmu." Ikosagon terlihat tidak terima, tetapi tidak menunjukkan emosinya sama sekali, "Oh, iya. Anak kita mana? Jangan biarkan anak kita dekat dengan laki-laki itu karena aku sangat tidak menyukainya," imbuhnya sambil mengepalkan tangannya."Apa kau bilang? Anak? Hahaha ... Sejak kapan kau memiliki anak?" Theona bertanya sambil tertawa mengejek, "Untuk Wolf, Alpha sangat menyukainya sejak pertama kali mereka bertemu. Jadi, aku tidak berencana untuk menjauhkan Alpha dariny
"Apa kau mengkhawatirkanku?" tanya Ikosagon sambil menahan pintu gerbang dengan cara mengulurkan tangannya. Otomatis, tangannya terjepit dan membuat Theona menghentikan gerakan tangannya."Tidak sama sekali," sangkal Theona."Benarkah? Lalu, untuk apa kau memintaku untuk mengobati lukaku? Bukankah kau membenciku?" tanya Ikosagon dengan seulas senyum terbit di wajah yang penuh luka."Itu hanya sebagai rasa kemanusiaan saja," balas Theona enteng.Mendengar balasan Theona cukup membuat Ikosagon kecewa. Senyum di wajahnya tidak sampai di mata sudah langsung surut."Meskipun begitu, aku tetap senang." Melihat Theona sedang lengah, Ikosagon mendorong sedikit pintu gerbang dan masuk, "Kau tahu? Ancamanku tidak main-main. Kalau kau tidak ingin pulang ke rumah kita, kau harus tinggal di rumah Kak Nona lagi. Jangan sampai tinggal di rumah ini atau pria itu dan Cassie akan terluka," imbuh Ikosagon mengancam. Pria itu berbisik membuat bulu kuduk Theona berdiri."Jangan macam-macam, Osa! Kalau kau
Mendengar jawaban Theona membuat Ikosagon menghela nafas berat. "Tidak apa-apa karena ini hari pertamamu bertemu anakmu. Seiring berjalannya waktu, aku yakin Theo akan menjelaskannya tentang siapa dirimu bagi Alpha," batin Ikosagon berusaha menenangkan dirinya sendiri."Oh begitu," kata pria mungil itu."Iya, Sayang." Theona menatap Ikosagon sendu. Melihat pria itu kecewa membuat lehernya terasa tercekat."Kapan kita sampai di rumah, Paman? Alpha sudah tidak sabar ingin membuka kado," tanya Alphagon menatap ke arah Ikosagon"Mmm ... Mungkin sekitar empat puluh lima menit lagi. Tapi, bukankah Alpha ingin membeli kue?" sahut Ikosagon dengan manik mata yang berkaca-kaca.Ia tidak menyangka hanya dengan sebuah pertanyaan saja sudah membuatnya bahagia. Bahkan sebutan paman sama sekali tidak membuatnya sakit hati."Tidak jadi. Alpha mau buka kado saja. Alpha juga mau makan nasi sama sup bakso buatan Mommy." Alphagon menoleh menatap sang ibu, "Nanti sampai rumah jangan lupa masak sup kesukaa
"Kau mau apa, hum?" tanya Theona sambil menggertakkan giginya. Jari telunjuknya ditempelkan di dahi Ikosagon dan mendorongnya perlahan. Kemudian, ia lekas menjauhkan tubuhnya ke belakang. "Aku mau tidur, aku mengantuk," balas Ikosagon berbohong. "Alasan saja," sergah Theona sinis. Hal seperti itu sudah sering Ikosagon lakukan dulu. Jadi, Theona sudah paham betul apa yang akan terjadi selanjutnya jika ia tidak menghindar. "Memangnya kau pikir, apa yang akan aku lakukan?" Ikosagon membalikkan pertanyaan sekedar ingin tahu jawaban apa yang akan Theona katakan. "Aku tidak tahu," sungut Theona ketus. "Jangan bohong!" Ikosagon menyentuh dagu Theona meski wanita itu menghindar, "Kau pasti berpikir kalau aku akan menciummu. Benar bukan?" lanjutnya sambil tersenyum menggoda. "Jangan mengarang cerita. Lebih baik kau diam agar aku bisa mengobati lukamu," sanggah Theona berusaha mengalihkan perhatian. "Oke, aku akan diam. Sekarang kau boleh mengobati lukaku." Ikosagon memajukan w
Saat ini, Ikosagon sudah ada di depan resepsionis PT. Griant Phoenix. Ia menanyakan tentang di mana ruangan Wolf, tetapi tidak diberitahu karena belum melakukan janji temu. "Kalau kau tidak mau memberitahu di mana ruangan Wolf padaku, katakan pada Theo kalau Osa, suaminya sedang menunggu di sini," ujar Ikosagon dingin. Ia yakin, Theona akan segera keluar jika tahu dirinya ada di sana. Jadi, ia meminta resepsionis untuk memberitahukan keberadaannya karena sekeras apa pun ia berusaha, ia tidak akan diberitahu di mana ruangan Wolf. "Baik, Pak. Kalau begitu, tunggu sebentar." Resepsionis lekas menghubungi Theona dan dalam beberapa detik langsung tersambung, ["Halo, Bu. Di sini ada suami Anda yang sedang menunggu." "Sini, biar aku saja yang bilang." Ikosagon langsung merebut telepon di tangan resepsionis, ["Kau akan menemuiku sekarang juga atau aku yang akan menghampirimu dan Wolf." Pria itu langsung mengancam tanpa mendengar sepatah kata pun dari balik panggilan. ["Apa yang kau
Theona menatap Ikosagon terbelalak. "Kau? Alpha itu anakmu, darah dagingmu sendiri. Kenapa kau bisa berkata seperti itu dengan begitu mudahnya?" Dada Theona bergerak naik turun menahan amarah. Tubuhnya serasa limbung dan hampir terjatuh.Sudut bibir Ikosagon naik sebelah. Jantungnya berdegup kencang merasa senang karena akhirnya Theona mengakui bahwa dirinya adalah ayah kandung Alphagon. Padahal sebelumnya, wanita itu terus saja menyangkal."Ya, ini aku. Kau tahu bukan kalau aku bisa melakukannya? Jadi, turuti perkataanku jika kau ingin Alpha tetap baik-baik saja." Raut wajah Ikosagon terlihat sangat serius, "Berhenti bekerja dan jauh-jauh dari pria itu," sambung pria itu menggebu.Ia tahu wanita seperti apa Theona. Jika ia tidak mengancamnya, maka sampai kapanpun ucapannya tidak akan pernah didengar. Jadi mau tidak mau, ia memilih mengendalikannya dengan cara mengancamnya."Ternyata waktu enam tahun tidak mampu membuatmu berubah, Osa. Apa kau akan berubah setelah melihat aku mati? Bu
Satu bulan kemudian, Theona merasa ada yang aneh pada tubuhnya. Berat badannya tiba-tiba naik dan nafsu makannya kian bertambah. Terkadang, ia sampai lupa berapa kali sehari ia makan karena terlalu sering."Sepertinya aku harus diet," celetuk Theona."Untuk apa? Aku suka kau yang lebih berisi seperti ini." Ikosagon semakin mengeratkan pelukannya."Tapi aku tidak suka. Aku terlihat seperti ibu-ibu yang sedang menyusui. Astaga! Apa aku hamil?" Theona terkejut teringat bagaimana kondisi tubuhnya ketika sedang mengandung putra pertamanya."Apa benar kau hamil?" tanya Ikosagon berbinar.Tidak bisa dibayangkan betapa bahagianya Ikosagon saat ini. Kabar baik itu memang belum pasti, tetapi kebahagiaannya langsung membuncah begitu saja."Aku tidak tahu, tapi dulu ketika hamil Alpha nafsu makanku meningkat dan berat badanku pun semakin bertambah," jelas Theona."Ini, sih, sudah jelas kalau kau hamil. Bukankah kita sudah bekerja keras selama ini? Jadi, kita hanya perlu memetik hasilnya," kata Ik
"Tidak-tidak. Kalau Alpha tiba-tiba ke sini mencari kita bagaimana?" tolak Theona khawatir."Itu mudah. Aku akan menelepon Mbak Santi untuk tidak datang ke sini. Bagaimana?" balas Ikosagon membujuk.Theona terlihat sedang berpikir. Raut wajahnya terlihat sangat ragu dan tidak setuju dengan ide suaminya. Bagaimana kalau ayah, ibu tiri, atau Sherly yang masuk ke dalam. Bisa saja pintu dikunci, tapi akan sangat tidak enak rasanya kalau ada yang mengetuk pintu dan memanggilnya."Apa kita perlu menginap satu malam agar kita bisa main-main di kamar ini?" tawar Ikosagon tidak menyerah."Ya sudah sekarang saja, tapi kalau ada yang datang ke sini bagaimana?" kata Theona memutuskan, tetapi masih khawatir."Abaikan saja. Jadi, bisakah kita memulainya sekarang?" tanya Ikosagon yang kemudian diangguki oleh Theona.Sebelum benar-benar melakukannya, Ikosagon melompat turun dan mengunci pintu. Kemudian, ia kembali dan mulai melancarkan aksi membuat kenangan di kamar itu. Melucuti pakaian istrinya hin
Saat ini, Ikosagon sudah berada di rumah ayah mertuanya bersama Theona dan Alphagon. Mereka baru saja sampai dan duduk di sofa. Berhubung Ikosagon ingin membuat kejutan, jadi ia meminta pengasuh yang baru ia sewa untuk mengajak putranya bermain."Apa kau ingin aku membalaskan perbuatan mereka pada Petraeus?" tanya Ikosagon dengan sudut bibir yang dinaikkan sebelah. Tangan kanannya senantiasa bergerak memainkan rambut istrinya yang tergerai cantik."Kenapa kau diam saja? Kau ingin aku melakukan apa pada mereka?" tanya Ikosagon lagi karena tak mendengar jawaban apa pun.Ikosagon sengaja bertanya pada sang istri dengan suara yang cukup keras. Tatapan matanya fokus menatap ayah mertuanya dan Merry bergantian. Mendengar pertanyaan yang Ikosagon lontarkan membuat sepasang suami istri itu menegang. Tidak lama kemudian, tubuh mereka berdua bergetar ketakutan."Kau tidak perlu khawatir karena aku memiliki bukti konkrit. Jadi hanya dengan menyerahkan bukti itu ke polisi, mereka akan langsung m
Setelah melakukan ritual malam pertama setelah enam tahun berlalu, kini Theona dan Ikosagon bermalas-malasan di atas tempat tidur tanpa berencana untuk membersihkan diri."Sebenarnya, ini luka bekas apa?" tanya Theona sambil mengusap bekas luka di bagian dada kiri Ikosagon.Sejak dulu, Theona begitu penasaran dan sempat bertanya. Namun sayangnya, Ikosagon tidak mau menjawab. Dan pada kesempatan kali ini, di saat hubungannya sudah benar-benar membaik, ia berharap Ikosagon mau mengatakannya."Sebenarnya, ini luka bekas operasi tranplantasi jantung," sahut Ikosagon. Tiba-tiba raut wajahnya berubah tidak enak."Memangnya ada apa dengan jantungmu?" tanya Theona penasaran."Sejak lahir, aku mengalami kelainan jantung dan tiga bulan sebelum kita menikah, aku melakukan tranplantasi," jelas Ikosagon sambil menatap kosong langit-langit kamar."Tapi, sekarang kau sudah baik-baik saja, 'kan?" tanya Theona khawatir."Tentu saja aku baik-baik saja. Apalagi ada kau di sisiku. Hanya saja ..." Ikosag
"Sayang, bangun. Ayo kita pindah ke kamar!" Ikosagon merengek sambil mengecupi telinga istrinya. Berkali-kali ia berusaha membangunkan, tetapi sang istri tak kunjung bangun dan justru terlihat sangat pulas."Yang? Sayang?" rengek Ikosagon.Sambil menguap dan merentangkan kedua tangannya, perlahan Theona membuka mata. "Alpha sudah tidur?" tanyanya pada sang suami."Sudah. Ayo kita ke kamar!" balas Ikosagon bersemangat."Alpha bagaimana?" tanya Theona tidak tega meninggalkan putranya sendirian."Nanti kalau sudah selesai, kita balik lagi ke sini," sahut Ikosagon bersemangat.Theona mengangguk berencana untuk bangun dan turun. Akan tetapi, Ikosagon tidak membiarkannya begitu saja. Pria itu langsung bergerak cepat dengan mengangkat tubuh rampingnya ala pengantin. Kemudian, ia lekas membawa Theona keluar dan menuju kamarnya."Apa kau sudah benar-benar sembuh?" tanya Theona khawatir. Pasalnya, ia merasakan suhu tubuh suaminya yang masih lumayan panas."Iya. Aku hanya butuh waktu berdua deng
Theona menatap Ikosagon sendu. Mengingat kisah yang ibu mertuanya ceritakan membuatnya sedikit tidak percaya. Bagaimana bisa pria seperti Ikosagon bisa menjadi hancur hanya karena kehilangannya?"Kenapa? Apa kau tidak mau memberiku kesempatan?" Ikosagon mengangkat kepalanya menatap Theona serius."Tidak. Aku akan memberimu satu kesempatan lagi untuk memperbaiki segalanya. Jadi, seandainya sikapmu masih seperti yang dulu. Maaf, aku tidak bisa terus-menerus berada di sampingmu dan terpaksa harus pergi seperti sebelumnya," balas Theona menggebu."Apa kau serius?" tanya Ikosagon tidak percaya."Ya, sangat-sangat serius," sahut Theona mantap.Mendengar jawaban yang Theona lontarkan membuat Ikosagon berlari dan mendekap tubuh istrinya erat. Ia merasa, kebahagiaannya kali ini terasa lebih lengkap."Terimakasih banyak, Sayang, terimakasih. Aku janji tidak akan pernah menyakitimu lagi. Aku janji akan selalu membahagiakanmu," ujar Ikosagon tersenyum bahagia sekaligus lega."Hentikan, Osa! Aku b
"Alpha mana?" tanya Hexagon."Alpha di rumah, Mi, sama Osa. Theo sengaja datang sendirian karena ingin menanyakan sesuatu," balas Theona sambil memeluk ibu mertuanya.Setelah sarapan, ia langsung menitipkan putranya pada Ikosagon dan berkata ingin keluar sebentar. Seperti rencananya semalam, ia ingin menanyakan perihal kehidupan Ikosagon selama enam tahun ia pergi."Duduk dulu, yuk!" Hexagon membimbing menantunya agar duduk di sofa, "Memangnya kau ingin tanya apa?" tanya wanita itu penasaran."Theo mau tanya tentang kehidupan Osa selama Theo pergi," sahut Theona."Apa kau serius? Bukankah selama ini kau melarang mami untuk menceritakan hal itu?" tanya Hexagon heran.Sejak pertemuan pertama mereka setelah Theona menghilang, beberapa kali Hexagon berusaha menceritakan. Namun sayangnya, Theona selalu mencegah hingga pada akhirnya ia urung untuk menceritakannya."Iya, Mi. Theo merasa sudah waktunya Theo tahu segalanya dan berhenti menghindar," sahut Theona mengangguk mantap."Baiklah. Apa
Mendengar jawaban putranya membuat Theona terdiam. Ia tidak tahu apakah harus menuruti ucapan pria mungilnya atau tidak."Sini biar aku makan sendiri saja," celetuk Ikosagon dengan nada lemah.Theona menoleh ke arah pria itu. Dengan sinis, ia membalas, "Tidak perlu." Kemudian, ia mulai memegang sendok dan mengisinya dengan nasi. Lalu, menyuapkannya pada Ikosagon.Meski Theona terlihat sangat kesal, tetapi Ikosagon merasa sangat senang. Apalagi bisa disuapi dan bisa berkumpul lagi. Rasa-rasanya, sakitnya kali ini justru membuahkan kebahagiaan. Dan, hal itu terjadi karena keberadaan putranya di sana."Terimakasih dan maaf, Sayang. Terimakasih karenamu Theo mau keluar dan maaf karena dulu daddy tidak menginginkan kehadiranmu," batin Ikosagon menatap putranya sendu.Penyesalan memang selalu datang belakangan. Akan tetapi, Ikosagon merasa sangat bersyukur karena ia bisa menemukan istri dan anaknya. Dengan begitu, ia bisa memperbaiki kesalahannya di masa lalu."Alpha mau paman suapi?" tawar
Ikosagon menghentikan kalimatnya sejenak dan menatap Theona sendu. Ia ingin tahu bagaimana reaksi istrinya. Akankah sang istri mulai mengingat kejadian itu atau ..."Sayangnya setelah aku bangun, wanita itu sudah tidak ada. Aku berjanji pada diriku sendiri untuk menemukan wanita itu dan bertanggungjawab. Aku juga sudah memutuskan untuk mencintainya apa pun yang terjadi. Jadi, itulah alasan kenapa aku berusaha membohongi perasaanku dengan berkata tidak mencintaimu.""Selama kita menikah, aku sibuk mencari wanita itu. Sampai di mana kau pergi, aku menemukan fakta bahwa wanita yang aku nodai di hotel waktu itu adalah kau, Theo."Ikosagon kembali mengangkat kepalanya. Ia melihat wajah Theona yang sudah bersimbah air mata, "Kau tahu betapa hancurnya aku? Aku pikir, kenapa aku tidak menemukan fakta itu sejak dulu sehingga aku tidak terlalu banyak melukai hati dan fisikmu? Aku ... Hidupku benar-benar menderita setelah kau pergi, Theo. Banyak sekali penyesalan atas sikap kejamku padamu. Aku s