Seorang pria dewasa tengah mematut dirinya di depan cermin. Dia menelisik dari atas sampai bawah pantulan dirinya yang terlihat mempesona. Rambut berwarna cokelat gelap, netra mata berwarna kehijauan, kulit putih bersih, wajah perpaduan Indonesia-Eropa, ditambah tubuh yang tegap dan proporsional membuat setiap mata para kaum hawa melirik dan menatap kagum pada sosoknya. Apalagi masih disertai dengan semua benda mewah dan berkelas yang menempel di tubuhnya, tentu membuat pesonanya semakin terasa.
Aslan Cakra Del Piero, putra sulung dari pasangan Erlan Del Piero dan Mentari Del Piero. Banyak wanita yang begitu menggilainya, bahkan rela melakukan berbagai cara untuk bisa naik ke atas ranjangnya. Dengan satu kedipan mata atau satu jentikan jarinya saja, sudah bisa membuat wanita yang dia inginkan berada dalam kuasanya. Namun, sayangnya sampai saat ini belum ada wanita yang mampu menggoyahkan hatinya dan membuat dirinya bergairah kecuali seorang gadis yang telah menjadi sekertarisnya dalam setahun ini."Mom, apakah sarapannya telah siap?" tanya Aslan memeluk tubuh wanita yang telah melahirkannya.Mentari menepuk lengan putranya. "Dasar anak nakal! Kapan kau akan mencari istri? Memangnya kau akan terus merecoki Mommy yang sudah tua ini untuk mengurusi semua kebutuhanmu?"Tanpa Aslan duga ada tangan lain yang ikut menjewer telinganya. "Dasar anak durhaka! Kau selalu saja merepotkan istri kesayanganku!"Dia adalah Erlan Del Piero, pria yang baru saja menjewer putranya. Pria tua itu sungguh kesal kepada putranya yang masih belum juga membawa seorang wanita untuk dijadikan istri. Padahal Aslan sangat hebat dalam memimpin perusahaan hingga Del Piero Company Group bisa merajai bisnis baik di dalam maupun di luar negeri. Namun, untuk mencari seorang istri harus di akui oleh Erlan bahwa putranya sangat bodoh."Dasar Bujang Lapuk! Jauh-jauh dari istriku yang cantik ini!" Erlan menggeser tubuh Aslan dan dia segera membimbing istrinya untuk duduk di kursi tempat istrinya biasa duduk.Aslan menarik kursi untuk dia duduki. Sarapan bersama adalah rutinitas setiap pagi yang wajib dilakukan oleh anggota keluarga Del Piero. Tangannya mulai mengambil makanan yang telah di siapkan oleh Ibunya dan memasukkan ke dalam mulut."Makanan yang Mommy buat rasanya tidak pernah mengecewakan," puji Aslan kepada makanan buatan ibunya sambil melemparkan ciuman jarak jauh untuk wanita yang menjadi nomer satu di dalam hatinya."Hei, Bujang Lapuk!""Uhuk!"Aslan hampir tersedak makanan di dalam mulutnya saat mendengar suara yang paling dia benci karena bisa merusak suasana hatinya di pagi hari.Seorang wanita berambut hitam sebahu dengan menggendong seorang anak kecil menepuk bahu Aslan. Dia adalah putri dari keluarga Del Piero, Maharani Del Piero yang sangat mirip dengan wajah ibunya."Selamat pagi, Bujang Lapuk!"Aslan hanya menggerutu di dalam hati. Dia sungguh kesal dengan suara cempreng adiknya saat mengolok-olok dirinya. Bisa jatuh harga dirinya jika ada salah satu pegawainya yang mendengar. Namun, wajah kesal Aslan segera berubah cerah saat mendengar suara kecil menyapanya."Selamat pagi, Uncle Tampan."Anak laki-laki berusia enam tahun sedang tersenyum manis kepada Aslan, dialah Daneswara Soren yang sedang digendong oleh ibunya. Bocah laki-laki yang sangat tampan itu selalu manja kepadanya. Apalagi jika sedang menginginkan sesuatu, pasti akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan itu dengan merayu dirinya."Kapan Denes yang tampan ini datang kemari? Kenapa Uncle tidak tahu?"Aslan mengambil Danes dari gendongan Maharani kemudian dia mendudukkan bocah kecil itu di pangkuannya. Aslan mendaratkan ciuman-ciuman kecil diseluruh wajah Danes, membuat anak itu kegelian dan tertawa."Kami datang kemarin sore, Kak. Jelas saja kau tidak tahu karena kau pulang sangat larut." Maharani menjawab pertanyaan Aslan. Dia menarik kursi yang ada di sebelah Aslan kemudian duduk di sana.Aslan menoleh ke arah adiknya yang sedang mengambil makanan ke piringnya. "Suamimu mana?""Sedang bersiap. Sebentar lagi juga turun," jawab Maharani.Tak berselang lama turunlah seorang pria tampan dari lantai atas. Dia menyapa seluruh anggota keluarga Del Piero kecuali istri dan anaknya. Pria tampan tersebut adalah Abraham Soren, suami dari Maharani Del Piero.Begitulah suasana keluarga besar Del Piero saat pagi hari, terutama saat Maharani beserta suami dan anaknya datang berkunjung. Suasana di rumah besar tersebut sangat ceria dan menyenangkan hingga membuat Aslan lebih sering pulang ke rumah dari pada ke apartemen. Dia pulang ke apartemen hanya jika teramat lelah dan pulang kerja sampai larut karena apartemennya berjarak sangat dekat dengan kantornya.Kondisi kediaman keluarga Aslan sangat berbeda dengan kondisi seorang gadis cantik yang sedang sendirian memakan sarapannya di sebuah apartemen. Dia biasa hidup sendiri sejak kecil karena dia hanyalah seorang gadis yatim piatu yang tidak memiliki sanak saudara. Dia adalah Aiko De Angelo, gadis cantik keturunan Jepang-Eropa yang mampu membuat atasannya tergila-gila padanya.Aiko melirik arloji di tangannya. "Aku harus buru-buru agar tidak telat!"Aiko selalu ingin semua berjalan dengan sempurna, dia sebisa mungkin meminimalisir sebuah kesalahan saat bekerja. Itu salah satu yang sangat disukai oleh Aslan. Dia sungguh pintar mengambil hati atasannya tersebut.Dalam waktu tiga puluh menit Aiko sudah berada di kantor. Dia segera membersihkan dan membereskan meja kerja atasannya karena Aslan tidak mau jika petugas kebersihan yang membereskan mejanya. Hal itu terjadi karena dulu pernah ada kertas yang terlihat seperti tidak berguna terbuang oleh petugas kebersihan, padahal itu adalah kertas yang penting. Sejak saat itu atasannya tersebut hanya memperbolehkan sekertaris yang membereskan meja kerjanya."Kau sangat cantik saat sedang serius seperti ini, Ai. Kau sampai tidak menyadari saat aku masuk ke sini." Aslan memeluk tubuh Aiko dari belakang.Aiko tersentak saat tangan Aslan telah melingkar erat di perutnya. Dia memang tidak menyadari kehadiran atasannya tersebut, mungkin karena dia sedang sibuk berfikir mengatur jadwal untuk atasannya sambil membereskan meja. Dia mencoba melepaskan tangan pria itu seraya menoleh kesamping. Namun, ternyata hal itu dimanfaatkan pria tersebut untuk mencuri ciuman di bibir Aiko meski hanya sekilas."Bibir yang sangat manis," puji Aslan dengan menyunggingkan senyuman yang mampu menghebohkan seisi kantor jika para karyawan kantor melihatnya.Aiko semakin kelabakan, berusaha keras untuk lepas dari dekapan bujang lapuk yang sangat mempesona itu."Kita sedang di kantor, Sir!" keluh Aiko yang sekarang sudah berkacak pinggang di depan atasannya. Dia melebarkan bola matanya agar seolah terlihat menyeramkan. Nyatanya hal itu bagi Aslan sungguh menggemaskan."Memangnya ada yang berkata jika kita sedang berada di pasar, Ai?" tanya Aslan menampilkan wajah polosnya. Tangannya terulur ke depan membelai wajah Aiko, gadis yang sangat dia rindukan sejak kemarin. Namun, gadis itu sedikit mengabaikannya dengan mengatakan jika tengah menikmati hari liburnya diakhir pekan kemarin."Sir!""Aku merindukanmu, Ma Cherie," ucap Aslan dengan lembut.Aslan maju selangkah agar bisa lebih dekat dengan Aiko, mengikis jarak diantara mereka. "Tahukah kau aku sangat merindukaanmu. Kemarin adalah akhir pekan yang sangat buruk karena aku tidak bisa melihatmu seharian."Aiko menggelengkan kepala tanda tak mengerti dengan sikap atasannya itu. "Anda kan kemarin memang sedang menemani salah satu klien kita bermain golf, Sir.""Setelah itu dia mengajakku ke bar sampai larut," keluh Aslan di hadapan Aiko.Aiiko menepuk bahu Aslan sebanyak tiga kali. "Tidak apa-apa. Anda kan sedang menjaga hubungan dengan relasi bisnis Anda."Kaki Aslan maju selangkah lagi agar lebih dekat dengan Aiko, kemudian dia menyandarkan kepalanya di bahu kecil gadis itu. "Jangan protes, Ai! Biarkan seperti ini sejenak."Aiko tidak habis pikir dengan atasannya yang suka bersikap manja pada dirinya setelah mereka meresmikan kedekatan keduanya. Yah benar! Mereka berdua menjalin hubungan secara diam-diam tanpa ada yang tahu karena itu adalah permintaannya sendiri. Akan merepotkan jika semua orang tahu dirinya adalah kekasih dari pria yang paling diminati oleh para gadis di negara ini.Setelah merasa cukup tenang dan rasa rindunya sedikit terobati, Aslan mengangkat kepalanya dan menatap netra hitam Aiko yang selalu mampu menghipnotisnya. "Nanti malam beriaslah yang cantik, aku akan membawamu ke suatu tempat."Begitulah Aslan, dia menjadi sangat manja dengan gadis yang disukainya. Butuh perjuangan dan waktu lebih dari setengah tahun agar sekertaris itu mau menerima perasaannya. Disaat banyak gadis mengantri untuk menjadi pasangannya, Aiko hanya bergeming sambil menatapnya datar. Hal itu membuat rasa penasaran di hati Aslan muncul untuk meluluhkan hati pemilik netra hitam yang cantik tersebut.Usaha Aslan tidak sia-sia. Sebulan yang lalu Aiko menerima perasaannya dengan syarat hubungan mereka jangan dipublikasikan terlebih dahulu. Dia pun hanya bisa menyetujui permintaan gadis yang disukainya meskipun sebenarnya dia ingin mengatakan kepada dunia jika gadis itu adalah miliknya.Aslan berencana untuk mengajak Aiko makan malam yang romantis di Les Ombres Restaurant. Di bawah sinar rembulan dengan pemandangan menara Eiffel yang pastinya sangat memukau di malam hari, itu adalah moment yang sangat pas bagi seorang pria melamar pujaan hatinya. Itulah yang sudah direncanakan dengan matang di dalam kepala Aslan. Dia berniat mengakhiri masa lajangnya bersama gadis yang berdiri di hadapannya saat ini."Baiklah. Aku akan berdandan dengan sangat cantik sampai kau tidak bisa mengedipkan matamu," ucap Aiko sebelum keluar dari ruangan Aslan sambil mengedipkan sebelah matanya.* * *Malam ini Aiko tampak sangat memukau, bahkan dia memuji penampilannya sendiri yang terlihat di depan kaca. Setelah puas mematut dirinya di depan cermin, dia mengambil botol kaca dengan ukuran sangat kecil dari dalam laci nakas yang ada di samping tempat tidurnya. Senyum aneh tersungging di bibirnya saat melihat botol tersebut yang berada di telapak tangannya.Aiko mengambil ponsel dan segera menghubungi seseorang yang namanya telah tersimpan dalam daftar kontak ponselnya. "Hallo, iya. Aku sudah menerimanya. Kau yakin ini sangat mematikan?"Terdengar seseorang berbicara di ujung sana yang mampu membuat Aiko tersenyum puas. Entah apa yang sedang di rencanakan gadis itu. Yang jelas dia tidak tahu jika malam ini Aslan akan melamar dirinya."Aku harap ini berhasil. Aku akan mentrasfer uangnya sekarang. Terimakasih," kata Aiko mengakhiri panggilannya.Aiko memasukkan botol kecil tersebut bersama ponselnya ke dalam tas yang akan dia pakai malam ini. Sekali lagi, dia kembali mamatut dirinya di cermin. Memastikan tidak ada cela sedikitpun dari penampilannya.Bersamaan dengan itu suara bel apartemen Aiko berbunyi. Dia tahu jika itu adalah Aslan yang menjemputnya karena pria itu sebelumnya telah mengirim pesan teks saat tiba di bawah gedung apartemennya. Tanpa keraguan sedikitpun Aiko melangkah menuju pintu sambil menyeringai."It's time to show!"* 𝘔𝘢 𝘊𝘩𝘦𝘳𝘪𝘦 = 𝘚𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨Benar apa yang dikatakan Aiko tadi pagi jika gadis itu akan tampil dengan sangat cantik sampai Aslan enggan untuk mengedipkan mata sekalipun. Pria itu tak mampu mengalihkan perhatiannya dari gadis yang kini berdiri di hadapannya dengan senyum tipis tersungging di bibirnya. "Sungguh ciptaan Tuhan yang sangat menawan," ucapnya dalam hati. "Kau sangat cantik, Ma Cherie." Tatapan Aslan tak mau lepas sedetik pun dari Aiko. Aiko yang malam ini terbalut dalam gaun berwarna merah yang begitu pas di tubuhnya, memperlihatkan lekuk tubuh gadis itu yang membuat Aslan menelan ludah dengan kasar. Sapuan riasan tipis menambah kecantikan gadis itu berkali lipat. Ah! Rasanya dia bahagia sekali mampu mendapatkannya. Perasaan Aslan pada Aiko tidak pernah dia rasakan dengan wanita manapun sebelumnya. Bahkan dia tidak pernah terlihat berdekatan dengan wanita manapun, dia selalu menjaga jarak sampai orientasi seksualnya banyak dipertanyakan orang. Yang lebih parahnya beberapa orang bergosip miliknya tid
Setelah kejadian yang cukup menggemparkan di Les Ombres Restaurant malam ini, para pegawai restauran di sana berusaha secepatnya untuk memulihkan kondisi agar aman dan nyaman bagi setiap pelanggan. Suasana kini sudah jauh lebih tenang karena orang-orang tadi sudah pergi. Baik itu pria yang batuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya, gadis bergaun merah, ataupun pria yang mengaku sebagai pengawal. Mereka semua sudah pergi. Aiko merasa panik karena rencananya meracuni Aslan di tempat umum telah gagal. Padahal dia sudah melihat dengan seksama pada area sekitar dan sudah merencanakan semuanya dengan matang, termasuk kamera pengawas di restauran itu dan semuanya aman. Orang tidak akan mengira jika Aslan akan diracuni di tempat terbuka. Namun, dia tidak pernah melihat pengawal yang tadi tiba-tiba masuk dan membawa Aslan pergi ke rumah sakit. Hati Aiko cemas. Kali ini dia marasa sangat terancam ketika melihat tatapan pria yang mengaku sebagai pengawal Aslan. Dia dapat merasakan bagaimana t
Mentari sangat sedih melihat putra kebanggaannya terbaring di brankar rumah sakit. Air matanya kembali menetes dan segera dia usap karena yakin Aslan akan baik-baik saja setelah ini, sehingga dia tidak ingin larut dalam tangisannya. Saat melihat dari dekat wajah sang putra membuat hatinya kembali teriris, dia harus tahu apa yang menyebabkan anaknya sampai seperti ini. Seorang perawat tadi memberikan padanya pakaian yang dipakai Aslan saat masuk rumah sakit dan dia letakkan diatas meja. Mentari memilih duduk di sofa untuk memeriksa pakaian itu. Dia menemukan ponsel, dompet dan kotak beludru dari dalam saku jas putranya. Mentari sangat penasaran dengan isi dari kitak beludru tersebut. Perlahan dia membuka kotak yang kini berada di tangannya dan alangkah terkejut dirinya saat melihat The Pink Star Diamond berada di depan matanya. Itu adalah cincin berkelas yang mewah dan mahal. "Mungkinkah tadi Aslan akan melamar gadis itu menggunakan ini?" tanya Mentari dalam hati. Jika memang benar
Seorang pria tampan melangkah memasuki sebuah rumah sakit. Tujuannya adalah untuk membesuk temannya yang baru saja sadar dari koma selama tiga bulan. Sejak temannya tersebut dirawat, dia sering kali mondar mandir di rumah sakit ini sehingga para dokter dan perawat sudah sangat hafal dengan wajahnya. Tak sedikit para perawat dan dokter wanita yang mencuri pandang. Leo Ye Joon, pria tampan berdarah Eropa-Korea yang wajahnya sangat diminati hampir setiap wanita. Banyak wanita berlomba mendekati dia karena berwajah rupawan layaknya seorang Idol terkenal. Dia adalah teman baik Aslan Del Piero yang bekerja sebagai dokter klinik kecantikan yang dia dirikan sendiri di pusat kota Paris. "Bagaimana keadaanmu hari ini, Aslan?" tanya Leo setelah dia menarik kursi dan duduk di dekat brankar Aslan. "Biasa saja. Aku senang Tuhan masih membiarkanku bangun dari tidur panjang, sehingga aku bisa mengetahui kenyataan tentang diriku yang menyedihkan," jawab Aslan yang sedang duduk bersandar di atas bra
Sudah hampir tiga bulan Aiko hidup dalam pelarian. Keputusannya ternyata tepat saat memilih kota Nice di mana ada temannya yang bernama Chloe sebagai tujuan kepergiannya. Buktinya para pengawal Del Piero belum bisa menemukannya sampai sekarang. Meskipun begitu dia tidak boleh lengah karena terkadang wajahnya akan muncul di siaran televisi sebagai buronan. Keiko hampir putus asa. Dia sangat merindukan kekasihnya yaitu Gilbert. Namun, pria tersebut justru mengabaikannya terus seolah tidak peduli dengan nasib dirinya akibat pembuktian cinta yang dianggap telah gagal. Yah, dia todak bisa menghabisi Aslan, kekasih palsunya yang sangat mencintainya. Gilbert pernah sekali mengangkat panggilan darinya, tapi saat mengetahui jika Aiko yang menghubunginya pria itu dengan cepat mematikan ponselnya. Selanjutnya kekasihnya itu tidak pernah mau lagi mengangkat panggilannya. Dia tidak bisa seperti ini terus, merubah penampilannya dengan aneh demi bisa bekerja untuk mencari uang di cafe milik Chloe
Langkah Aiko terasa sangat ringan. Ia berjalan masuk ke dalam mansion milik Gilbert Hugo, sang kekasih. Beberapa pelayan tampak berdiri di depan mansion untuk menyambutnya dan membawakan barang yang dibawa olehnya. "Silahkan masuk, Nona. Tuan sudah menunggu," ucap salah satu pelayan yang ikut dalam barisan penyambutan Aiko. Aiko tersenyum. "Terimakasih." Baru beberapa langkah Aiko teringat sesuatu dan ia berhenti lalu menoleh pada para pelayan yang mengikutinya. "Bisakah tolong antarkan aku terlebih dahulu ke kamarku? Aku ingin membersihkan diri sebelum bertemu dengan majikan kalian."Para pelayan pun mengangguk secara bersamaan. "Tentu saja, Nona. Silahkan ikuti kami," jawab salah satu pelayan. Salah seorang pelayan yang nampak paling senior, berjalan paling depan karena dia yang akan menunjukkan kamar yang telah disiapkan untuk tamu dari majikannya tersebut. Sementara Aiko dan beberapa pelayan lainnya mengikuti dari belakang. "Ini kamar Anda, Nona. Kami akan membantu Anda untuk
"Jadi belum ada yang bisa menemukan gadis itu?!" Aslan menggebrak meja kerja dengan cukup keras saat berada di ruang kerja perusahaannya. Abrahan dan Magnus sampai tersentak. Ini hampir seminggu sejak Aslan pulang ke rumah tapi masih belum juga ada kabar mengenai Aiko. Bagaimana bisa gadis bertubuh kecil itu tidak bisa ditemukan seolah lenyap begitu saja sepeerti ditelan bumi. Magnus menunduk merasa bersalah karena telah gagal menjalankan tugas-tugasnya. Yang pertama, dia telah gagal menjaga majikannya dari usaha Aiko meracuni Aslan. Yang kedua, dia telah gagal dalam mencari gadis itu sudah lebih dari tiga bulan. "Maafkan saya, Tuan," sesal Magnus. Aslan terlihat emosi. Dia menatap tajam pada Magnus dan Abrahan secara bergantian. "Kerahkan lebih banyak lagi anak buah kita! Kita tidak bisa menyerahkan semua pada pihak berwajib. Kalau bisa, aku ingin agar anak buah kita yang terlebih dahulu menemukan dia.""Abrahan! Biarkan Magnus mengawalku kembali dan pilih d
Aiko hanya bisa menangis dalam diam. Dia sudah sangat lelah, baik hati maupun fisik. Saat seperti ini dia teringat kembali semua dosa yang pernah dia lakukan di dalam hidupnya, dia memang bukan orang baik. Bahkan dia bisa dikategorikan orang yang sangat jahat. Sudah lebih dari sepuluh nyawa yang pernah melayang di tangan seorang Aiko De Angelo karena pekerjaannya dulu adalah seorang pembunuh bayaran. Dia tanpa belas kasih mengeksekusi para target yang diberikan oleh bos besar diorganisasi mereka. Namun, kini semua itu hanya menjadi sebuah penyesalan terbesar dalam hidupnya. Aslan Cakra Del Piero. Tiba-tiba Aiko teringat pada atasan sekaligus kekasih yang dia tipu demi Gilbert. Dia membohongi pria itu dengan mengatakan jika dia juga mencintainya dan meresmikan hubungan mereka menjadi sepasang kekasih. Padahal dia selalu diperlakukan layaknya seorang putri dari negri dongeng yang tidak pernah dia dapatkan dari orang lain termasuk kekasihnya sendiri. Namun, penyesalannya hany