Mentari sangat sedih melihat putra kebanggaannya terbaring di brankar rumah sakit. Air matanya kembali menetes dan segera dia usap karena yakin Aslan akan baik-baik saja setelah ini, sehingga dia tidak ingin larut dalam tangisannya. Saat melihat dari dekat wajah sang putra membuat hatinya kembali teriris, dia harus tahu apa yang menyebabkan anaknya sampai seperti ini.
Seorang perawat tadi memberikan padanya pakaian yang dipakai Aslan saat masuk rumah sakit dan dia letakkan diatas meja. Mentari memilih duduk di sofa untuk memeriksa pakaian itu. Dia menemukan ponsel, dompet dan kotak beludru dari dalam saku jas putranya.Mentari sangat penasaran dengan isi dari kitak beludru tersebut. Perlahan dia membuka kotak yang kini berada di tangannya dan alangkah terkejut dirinya saat melihat The Pink Star Diamond berada di depan matanya. Itu adalah cincin berkelas yang mewah dan mahal."Mungkinkah tadi Aslan akan melamar gadis itu menggunakan ini?" tanya Mentari dalam hati.Jika memang benar, sungguh miris nasib putranya yang ingin melamar gadis yang dicintai. Namun, berakhir dengan berdarah-darah yang kemungkinan besarnya akibat dari Aiko meskipun belum terbukti 100%. Jika sampai terbukti putranya telah diracuni, dia tidak akan memaafkan gadis tersebut.Pintu terbuka dan Mentari menoleh saat suaminya masuk ke dalam ruangan tersebut. Erlan berdiri di dekat brankar putranya sejenak lalu dia memilih duduk di sebelah istrinya, mencoba menghibur ibu dari anak-anaknya yang pasti sangat sedih dan terpukul atas kejadian ini. Dia menggenggam tangan wanita yang dia cintai sambil tersenyum."Yakinlah semua akan baik-baik saja karena Aslan adalah pria yang kuat. Dia tidak akan kalah hanya karena kejadian seperti ini," ucap Erlan menguatkan istrinya.Mentari mengangguk. "Kau benar, suamiku. Putra kita pasti akan baik-baik saja."Melihat suaminya yang datang sendirian, Mentari pun bertanya, "Di mana Abrahan dan Magnus?""Abrahan, aku perintahkan untuk memimpin anak buah kita untuk mencari keberadaan gadis bernama Aiko itu. Sementara Magnus sedang mengambil hasil pemeriksaan terkait makanan yang dimakan oleh Aslan saat berada di restauran. Beracun atau tidak, kita akan mengetahuinya nanti," jawab Erlan menjawab semua pertanyaan istrinya.Mentari terlihat ingin mengatakan sesuatu kepada suaminya. Namun, dia terlihat ragu. Semua itu terlihat jelas di wajahnya dan membuat Erlan penasaran. "Katakanlah, apa yang sebenarnya ada di dalam hatimu?""Aku merasa jika Aslan tadinya ingin melamar gadis yang bernama Aiko itu. Aku menemukan kotak beludru berisi The Pink Star Diamond dari dalam saku jasnya."Erlan sedikit tersentak dengan penyataan istrinya. Sungguh, jika sampai benar-benar terbukti kejadian yang menimpa Aslan adalah ulah gadis itu disaat putranya akan memberikan cincin tersebut untuk melamar, tentu dia akan berusaha menemukan Aiko bagaimanapun caranya. Dia bahkan tidak segan untuk menghabisi gadis tersebut."Apa kau yakin?" tanya Erlan dengan kening mengkerut.Mentari mengngguk yakin. "Memangnya apa lagi? Putra kita tidak pernah dekat dengan gadis manapun sebelumnya, sedangkan malam ini dia mengajak gadis itu makan malam di tempat yang bagus seperti Les Ombres dengan membawa cincin mewah ini." jawab Mentari sambil memberikan kotak beludru di tangannya kepada Erlan.Erlan menerima kotak beludru tersebut dan membukanya. Setelah menatap sesaat The Pink Star Diamond tersebut, dia kembali menutup kotak itu dan menoleh pada istrinya. "Aku tidak akan pernah memaafkan gadis itu!"Sementara di Montmartre Residence, seorang pria tampan tengah mengamuk di dalam apartemen miliknya. Dia membanting semua benda-benda yang ada di sekitarnya. Hal itu membuat gadis yang tadi dia sewa untuk melepaskan hasratnya pergi ketakutan."Sial! Bagaimana Aiko bisa gagal? Dasar gadis bodoh!" teriak Gilbert menggelegar.Gilbert Hugo sangat marah. Tugas yang dia berikan kepada kekasihnya, Aiko De Angelo justru berakhir dengan kegagalan. Padahal gadis itu sudah berhasil mendekati Aslan yang terkenal dingin dan tak tersentuh oleh gadis manapun yang menginginkan pria itu.Namun, kekasihnya mampu membuat pria dengan julukan Sang Bujang Lapuk itu bertekuk lutut pada gadis itu. Gilbert sudah bersusah payah mendapatkan gadis seperti Aiko untuk melancarkan aksinya menyingkirkan musuh bebuyutannya. Dia memang tidak benar-benar jatuh cinta, hanya sekedar memanfaatkan cinta dari gadis bodoh yang mencintainya.* * *"Magnus, bagaimana dengan laporan hasil penelitian makanan yang dimakan oleh Aslan?"Erlan kini berada di kantin rumah sakit, duduk berhadapan dengan Magnus. Sementara pengawal yang lain duduk tidak jauh dari mereka.Magnus meletakkan berkas hasil laporan penelitian di atas meja. "Sesuai dugaan saya, Tuan Besar. Nona Aiko memang meracuni Tuan Muda walaupun sebenarnya bukan racun yang gadis itu gunakan."Erlan mengernyit heran, tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Magnus. "Apa maksudmu dengan meracuni bukan dengan racun?""Nona Aiko menggunakan sejenis obat herbal yang tidak berbahaya dan tidak beracun. Yang paling aneh obat tersebut tidak berwarna dan tidak berbau sehingga Tuan Muda ketika memakannya tidak akan menaruh curiga sedikitpun. Namun, ketika obat tersebut dicampur dengan minuman berakohol, itu akan menjadi racun mematikan dan sulit untuk terdeteksi.""Lalu itu akan terlihat seolah Aslan terkena serangan jantung. Namun, yang janggal adalah putraku batuk dengan banyak darah yang keluar dari mulutnya," lanjut Erlan yang mulai mengerti.Magnus mengangguk. "Anda benar, Tuan Besar. Bahkan para ahli peneliti hampir saja tidak bisa menemukan ini. Dokter di rumah sakit pun akan merasa ini kasus serangan jantung yang cukup aneh."Erlan meremas gelas kopi kertas yang ada di tangannya sampai hancur, untungnya kopi di dalamnya telah habis diminum. "Aku tidak menyangka ada gadis sekeji itu terhadap putraku. Bagaimana bisa Aiko tega melakukannya?"Erlan sampai menggelengkan kepala karena tidak mengerti dengan jalan pikiran Aiko. "Magnus, aku ingin kau mencari Aiko. Sedangkan untuk menyelidiki siapa saja orang yang bekerjasama dengan gadis itu, aku akan serahkan pada Edward, asisten pribadi Aslan."Magnus mengangguk menerima perintah dari Erlan. "Baik, Tuan Besar. Saya akan segera mencarinya sekarang juga."Magnus pun segera pamit undur diri, dia tidak ingin membuang-buang waktu dalam mencari Aiko. Dia yakin gadis itu tidak akan bisa keluar negri karena saat ini dia sudah menjadi buronan dan akses untuk pergi keluar negeri ditutup. Namun, dia sungguh tidak menyangka jika wanita tersebut bisa merencanakan semua ini dengan begitu rapi dan kabur dengan sangat cepat."Siapa kau sebenarnya, Aiko?" gumam Magnus lirih saat berada di dalam mobil miliknya. Dia akui jika gadis itu sangat cantik dan menarik, bahkan sempat hadir rasa kagum dalam hatinya saat pertama kali melihat sosok tersebut bekerja dengan tuannya. Namun, siapa sangka di balik kecantikan dan perilaku yang mampu memikat setiap pria ada niat keji yang terselubung.Magnus segera mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi membelah kerlap kerlip kecantikan kota Paris di malam hari. Dia menuju apartemen Aiko, berharap menemukan petunjuk di sana.* * *Tiga bulan kemudian Aslan bangun dari komanya setelah diracuni oleh Aiko. Dia benar-benar tidak menyangka dengan kenyataan yang harus dia hadapi. Gadis yang dengan tulus dia cintai bahkan hendak ia lamar justru menginginkan kematiannya.Aslan tersenyum miring setelah membaca berkas laporan dan mendengar cerita dari Magnus bagaimana dirinya sampai berakhir menyedihkan seperti ini. Dia yang sejak awal tidak suka berdekatan dengan wanita, kini semakin tidak menyukai makhkuk yang berjenis wanita kecuali ibu dan adiknya. Cinta yang dulu berkobar di hatinya untuk Aiko De Angelo kini berubah menjadi kebencian dan dendam yang harus dia balaskan."Kau harus membayar apa yang telah kau lakukan kepadaku!" Aslan menyeringai menatap satu-satunya foto gadis yang pernah dia cintai sekaligus yang menginginkan kematiannya di layar ponsel. Semua foto Aiko sudah dia hapus dan hanya menyisakan satu, itu semua untuk mengingatkan dirinya akan dendam yang harus dia balas.Seorang pria tampan melangkah memasuki sebuah rumah sakit. Tujuannya adalah untuk membesuk temannya yang baru saja sadar dari koma selama tiga bulan. Sejak temannya tersebut dirawat, dia sering kali mondar mandir di rumah sakit ini sehingga para dokter dan perawat sudah sangat hafal dengan wajahnya. Tak sedikit para perawat dan dokter wanita yang mencuri pandang. Leo Ye Joon, pria tampan berdarah Eropa-Korea yang wajahnya sangat diminati hampir setiap wanita. Banyak wanita berlomba mendekati dia karena berwajah rupawan layaknya seorang Idol terkenal. Dia adalah teman baik Aslan Del Piero yang bekerja sebagai dokter klinik kecantikan yang dia dirikan sendiri di pusat kota Paris. "Bagaimana keadaanmu hari ini, Aslan?" tanya Leo setelah dia menarik kursi dan duduk di dekat brankar Aslan. "Biasa saja. Aku senang Tuhan masih membiarkanku bangun dari tidur panjang, sehingga aku bisa mengetahui kenyataan tentang diriku yang menyedihkan," jawab Aslan yang sedang duduk bersandar di atas bra
Sudah hampir tiga bulan Aiko hidup dalam pelarian. Keputusannya ternyata tepat saat memilih kota Nice di mana ada temannya yang bernama Chloe sebagai tujuan kepergiannya. Buktinya para pengawal Del Piero belum bisa menemukannya sampai sekarang. Meskipun begitu dia tidak boleh lengah karena terkadang wajahnya akan muncul di siaran televisi sebagai buronan. Keiko hampir putus asa. Dia sangat merindukan kekasihnya yaitu Gilbert. Namun, pria tersebut justru mengabaikannya terus seolah tidak peduli dengan nasib dirinya akibat pembuktian cinta yang dianggap telah gagal. Yah, dia todak bisa menghabisi Aslan, kekasih palsunya yang sangat mencintainya. Gilbert pernah sekali mengangkat panggilan darinya, tapi saat mengetahui jika Aiko yang menghubunginya pria itu dengan cepat mematikan ponselnya. Selanjutnya kekasihnya itu tidak pernah mau lagi mengangkat panggilannya. Dia tidak bisa seperti ini terus, merubah penampilannya dengan aneh demi bisa bekerja untuk mencari uang di cafe milik Chloe
Langkah Aiko terasa sangat ringan. Ia berjalan masuk ke dalam mansion milik Gilbert Hugo, sang kekasih. Beberapa pelayan tampak berdiri di depan mansion untuk menyambutnya dan membawakan barang yang dibawa olehnya. "Silahkan masuk, Nona. Tuan sudah menunggu," ucap salah satu pelayan yang ikut dalam barisan penyambutan Aiko. Aiko tersenyum. "Terimakasih." Baru beberapa langkah Aiko teringat sesuatu dan ia berhenti lalu menoleh pada para pelayan yang mengikutinya. "Bisakah tolong antarkan aku terlebih dahulu ke kamarku? Aku ingin membersihkan diri sebelum bertemu dengan majikan kalian."Para pelayan pun mengangguk secara bersamaan. "Tentu saja, Nona. Silahkan ikuti kami," jawab salah satu pelayan. Salah seorang pelayan yang nampak paling senior, berjalan paling depan karena dia yang akan menunjukkan kamar yang telah disiapkan untuk tamu dari majikannya tersebut. Sementara Aiko dan beberapa pelayan lainnya mengikuti dari belakang. "Ini kamar Anda, Nona. Kami akan membantu Anda untuk
"Jadi belum ada yang bisa menemukan gadis itu?!" Aslan menggebrak meja kerja dengan cukup keras saat berada di ruang kerja perusahaannya. Abrahan dan Magnus sampai tersentak. Ini hampir seminggu sejak Aslan pulang ke rumah tapi masih belum juga ada kabar mengenai Aiko. Bagaimana bisa gadis bertubuh kecil itu tidak bisa ditemukan seolah lenyap begitu saja sepeerti ditelan bumi. Magnus menunduk merasa bersalah karena telah gagal menjalankan tugas-tugasnya. Yang pertama, dia telah gagal menjaga majikannya dari usaha Aiko meracuni Aslan. Yang kedua, dia telah gagal dalam mencari gadis itu sudah lebih dari tiga bulan. "Maafkan saya, Tuan," sesal Magnus. Aslan terlihat emosi. Dia menatap tajam pada Magnus dan Abrahan secara bergantian. "Kerahkan lebih banyak lagi anak buah kita! Kita tidak bisa menyerahkan semua pada pihak berwajib. Kalau bisa, aku ingin agar anak buah kita yang terlebih dahulu menemukan dia.""Abrahan! Biarkan Magnus mengawalku kembali dan pilih d
Aiko hanya bisa menangis dalam diam. Dia sudah sangat lelah, baik hati maupun fisik. Saat seperti ini dia teringat kembali semua dosa yang pernah dia lakukan di dalam hidupnya, dia memang bukan orang baik. Bahkan dia bisa dikategorikan orang yang sangat jahat. Sudah lebih dari sepuluh nyawa yang pernah melayang di tangan seorang Aiko De Angelo karena pekerjaannya dulu adalah seorang pembunuh bayaran. Dia tanpa belas kasih mengeksekusi para target yang diberikan oleh bos besar diorganisasi mereka. Namun, kini semua itu hanya menjadi sebuah penyesalan terbesar dalam hidupnya. Aslan Cakra Del Piero. Tiba-tiba Aiko teringat pada atasan sekaligus kekasih yang dia tipu demi Gilbert. Dia membohongi pria itu dengan mengatakan jika dia juga mencintainya dan meresmikan hubungan mereka menjadi sepasang kekasih. Padahal dia selalu diperlakukan layaknya seorang putri dari negri dongeng yang tidak pernah dia dapatkan dari orang lain termasuk kekasihnya sendiri. Namun, penyesalannya hany
"Selamat datang, Tuan Aslan. Senang sekali Anda bisa menghadiri pesta ulang tahun perusahaan kami," sambut CEO Espa Company dengan mengulurkan tangan. Aslan menjabat tangan Mark, CEO Espa Company. Kemudian dia yang ditemani Alex berbincang sebentar dengan pria tersebut. Tampak beberapa orang mulai menghampirinya hanya sekedar untuk menyapa agar terlihat baik dan ramah padanya. Sesunggungnya Aslan sangat hafal orang-orang dalam lingkaran pergaulan kelas atas dan relasi bisnis yang terkadang hanya berpura-pura bersikap baik. Ada yang ingin berusaha menjatuhkan lawan bisnis mereka dengan cara apapun asalkan berhasil. Dia pun sudah berkali-kali bertemu orang dengan topeng munafik yang seperti itu, tampak baik di luar tapi menusuk dari belakang. "Senang akhirnya bisa bertemu kembali dengan Anda, Tuan Aslan," sapa Gilbert setelah berhasil mendekat ke arah Aslan ditemani kekasihnya, Rebecca. Aslan menoleh dan melirik tangan Gilbert yang menggantung di udara. Dia pun akhirnya menjabat ta
"Kau mau apa?" tanya Aslan saat Viona hendak membuka pintu mobil penumpang. Viona menghentikan gerakan tangannya yang hendak membuka pintu mobil kemudian menoleh ke arah Aslan. "Aku mau masuk ke dalam mobil.""Aku memang memberimu tumpangan, tapi bukan berarti kau juga ikut duduk di kursi penumpang sama sepertiku. Duduklah di depan bersama Alex!" perintah Aslan lalu dia masuk ke dalam mobil. Viona hanya menatap tak percaya dengan sikap dingin dan ketus yang sejak tadi diperlihatkan Aslan padanya. Padahal bayak laki-laki di luar sana yang bertekuk lutut dengan mudah di kakinya yang hanya bermodal wajah cantik dan tubuh yang menggairahkan. Namun, kenapa Aslan Cakra Del Piero tidak meliriknya meskipun iti hanya sedikit. Pria itu melihat dirinya seperti kuman yang menempel di pakaiannya yang sangat mahal itu. Dengan berat hati akhirnya Viona menuruti apa yang diperintahkan Aslan padanya dari pada dia tidak mendapatkan tumpangan. Jelas misinya akan gagal. "Di mana alamat Anda, Nona Vion
"Nona, nama Viona sudah saya periksa dan yang tinggal di daerah sini hanya Viona Burch," ujar Ellen menjelaskan yang dia ketahui. "Maksudmu Viona yang model terkenal itu?" tanya Aiko tak percaya. Ellen pun mengangguk membenarkan. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi nanti, tapi firasatnya mengatakan sesuatu yang buruk akan datang. Dia pun tak mengerti kenapa bisa sampai sejauh ini membantu orang yang tidak dikenalnya? Apa mungkin di kehidupan sebelumnya dia mempunyai hutang budi yang begitu besar kepada Aiko? "Ayo, rumahnya sudah tidak jauh lagi dari sini." Ellen menarik tangan Aiko karena mereka memang sedang berjalan kaki setelah turun dari taxi beberapa waktu yang lalu. "Semoga kita tidak terlambat," harap Aiko yang kemudian dia lantunkan dalam do'a di dalam hatinya. * * *"Ada apa, Lex?" tanya Aslan penasaran. "Sepertinya ban mobilnya bocor, Tuan." jawab Alex sambil melepaskan seatbelt yang ia pakai, kemudian dia turun untuk memeriksa perkiraannya benar atau salah. Alex m
Angela hanya bisa menuruti permintaan James untuk masuk ke ruangan Aslan dan memberikan beberapa berkas yang harus dibaca dan ditanda tangani oleh atasannya tersebut. Sebelum mengetuk pintu, dia menempelkan telinganya terlebih dulu di daun pintu. "Kok sepi?" karena tidak mendengar suara apapun akhirnya Angela memberanikan diri mengetuk pintu ruangan Aslan sebanyak tiga kali. "Masuk." Suara bariton Aslan memberi perintah dari dalam ruangan. Angela membuka pintu dengan perlahan lalu dia pun masuk. Dia melihat gadis cantik yang datang tadi sedang berdiri tidak jauh dari atasannya yang sedang duduk di kursi kebesarannya. "Ada apa?" tanya Aslan menatap Angela. "Saya membawa beberapa berkas proyek dengan salah satu perusahaan yang ada di Inggris dan beberapa berkas lainnya, Tuan." jawab Angela. Aslan tahu berkas yang dimaksud oleh Angela adalah berkas yang sudah tertunda karena James yang terlalu lama dalam bekerja. "Tolong bawa kemari. Aku sudah lama meminta James mengerjakannya da
Mulai bab ini Aiko di panggil Angela ya... setelah Aiko berhasil masuk ke dalam perusahaan Del Piero, baik Ellen dan Leo menyarankan agar mengubur nama Aiko dan memulai semuanya dengan identitas barunya sebagai Angela Zhou. Hari ini adalah hari pertama masuk kerja bagi Angela dan Ellen. Kedua gadis itu memutuskan untuk bertemu di cafe dan sarapan bersama sebelum mereka berangkat ke perusahaan masing-masing tempat mereka bekerja. "Bagaimana menurutmu penampilanku, Angela?" Ellen berdiri dan menutar tubuhnya di hadapan Angela untuk meminta pendapat. Beberapa orang memperhatikannya, tapi tentu saja hal itu di abaikan oleh gadis itu. Angel mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum. "Sangat cantik dan sexy."Ellen tersenyum puas lalu duduk kembali dan mengunyah roti miliknya. "Aku yakin bisa mengelabui Gilbert dengan penampilanku ini, menghancurkan keluarganya dan mengambil data-data penting perusahaannya.""Sebenarnya aku merasa tidak enak padamu, Ellen." Angela memasang wajah send
Aiko telah memasukkan berkas surat lamaran pekerjaan di perusahaan Del Piero sebagai sekertaris. Beberapa hari kemudian, dia dipanggil untuk melakukan serangkaian tes dan juga interview. Sementara Aslan, dengan terpaksa dia menerima saran dari Leo karena memang banyak pekerjaan yang harus diurus dan sekertarisnya sekarang sudah kuwalahan menanganinya. Bahkan, Aslan sendiri juga ikut melihat proses interview yang dilakukan hari ini. Dia ingin melihat dan memastikan sendiri seseorang yang akan menjadi sekertarisnya harus sesuai dengan kriterianya. "Ada berapa banyak pelamar yang interview hari ini?" tanya Aslan pada ketua HRD yang ikut langsung dalam proses interview dan perekrutan sekertaris atasannya tersebut. "Ada dua puluh orang yang lolos untuk interview, Tuan. Terdiri dari lima belas orang wanita dan lima orang laki-laki," jawab ketua HRD. Aslan mengangguk mengerti. Ternyata lebih banyak wanita yang mendaftar dari pada laki-laki. Memang mencari sekertaris laki-laki yang meleb
Leo mengatakan jika besok siang dia ada janji bertemu Aslan untuk minum kopi di salah satu cafe. Aiko pun mengatakan keinginannya untuk melihat pria yang pernah ia sakiti itu, meski hanya dari jauh. Maka di sinilah Aiko, duduk di salah satu sudut cafe dengan Panna Cotta dan Chocolat Chaud yang telah dia pesan. Dia datang sebelum Leo dan Aslan sampai di sana agar tidak ada yang mencurigainya. Dari jauh Aiko dapat melihat Aslan. Pria itu masih gagah dan tampan seperti yang terakhir kali ia lihat dulu. Hanya saja garis lelah di wajahnya tetap terlihat baginya. Tanpa sadar dia pun tersenyum setelah melihat seseorang yang pernah ia tipu dalam keadaan sehat dan baik-baik saja. "Apa kau kurang tidur, Aslan?" tanya Leo saat melihat kantung mata Aslan sedikit menghitam. Aslan menyesap kopi miliknya. "Benar. Aku memang kurang tidur.""Kenapa? Apa masih selalu memikirkan Aiko?" goda Leo yang segera dapat lirikan tajam dari Aslan. "Kalau bukan itu, lantas apa?" tanya Leo lagi. Aslan menyan
~Satu tahun kemudian~Dua wanita cantik tengah duduk berhadapan di sebuah restaurant pada siang hari dipenghujung musim gugur yang indah. Daun-daun telah banyak yang menguning dan mulai jatuh diterpa angin yang membuatnya terbang dan berguguran. Dua wanita cantik tersebut datang ke sana bukan untuk menikmati makanan di restaurant itu. Melainkan mereka sedang mengamati gerak gerik seorang pria yang tengah melakukan meeting bersama seseorang. "Kau sudah siap, Ellen?" Ellen mengangguk mantap sambil ekor matanya terus mengawasi pria berjas hitam yang duduk tak jauh dari mereka. Meeting pria tersebut sepertinya telah selesai karena terlihat dari kliennya yang telah beranjak pergi dari sana. "Aku tidak sabar ingin membuat pria itu menderita. Dulu dia dengan beraninya hampir melecehkanku, sekarang aku akan membalas semua perbuatan yang telah dia lakukan padaku dan juga padamu," ujar Ellen yang sebenarnya telah menceritakan semua kepada Aiko alasan dia ikut dalam misi balas dendam ini. "
Satu bulan kemudian, tibalah hari pernikahan Gilbert Hugo dengan Rebecca. Pesta digelar dengan sangat mewah disebuah hotel berbintang lima. Pasangan pengantin tersebut tampak bahagia dengan senyum lebar yang selalu menghiasi wajah mereka. Tamu datang silih berganti memadati ruangan pesta, memberikan ucapam selamat sepada kedua mempelai pengantin secara bergantian. Baik itu tamu dari Gilbert yang berasal dari dunia bisnis, maupun tamu dari Rebecca yang berasal dari kalangan model dan selebriti karena wanita yang sekarang berstatus sebagi nyonya Hugo memang bekerja sebagai model. "Apa kau suka pestanya, Sayang?" tanya Gilbert kepada Rebecca yang sejak tadi bergelayut manja di lengannya. Mata berbinar Rebecca tentu sudah dapat mewakili apa yang dia rasakan saat ini. Dia pun mencium pipi suaminya dan berbisik di telinga Gilbert. "Aku sangat bahagia, Sayang. Aku sangat beruntung bisa menikah denganmu."Gilbert menoleh ke arah istrinya dan menatap lekat wanita itu. "Kau akan bahagia asal
Tiga hari kemudian Aiko sadar. Dia sempat bingung berada di mana saat ini, matanya menyapu seluruh isi ruangan yang terasa asing. Namun, Ellen tiba-tiba datang ke samping brankarnya. Aiko tersenyum lega melihat gadis yang telah menolongnya. "Aku di mana, Ellen?""Di sebuah klinik kecantikan di kota Paris," jawab Ellen kemudian dia dapat melihat kebingungan di wajah Aiko. Terdengar suara pintu terbuka sehingga baik Aiko maupun Ellen segera menoleh ke arah sana. Seorang pria tampan dengan wajah layaknya seorang Idol terkenal masuk dengan jas putih yang menandakan pekerjaannya sebagai seorang dokter. "Leo?" tanya Aiko dengan menatap tak percaya. "Akhirnya kau sadar juga, Aiko." Leo tersenyum dan segera mendekati Aiko untuk memeriksa kondisi gadis itu. Aiko terlihat bingung sekaligus cemas. Tentu dia kenal siapa sosok Leo Ye Joo yang berdiri di dekatnya. Dia adalah teman dekat Aslan karena dia sudah beberapa kali bertemu dengan pria tersebut yang profesinya sebagai dokter spesialis b
Malam ini Aslan tidak bisa tidur. Berulang kali dia membolak-balikkan badannya mencari posisi paling nyaman agar cepat terlelap, nyatanya tak kunjung berhasil. Akhirnya dia memilih bangun dan keluar menuju balkon kamarnya. Kamarnya yang berada di lantai dua persis menghadap taman dan kolam ikan di halaman samping. Aslan berdiri melihat ke bawah meskipun sebenarnya pikirannya tidak di tempat itu, dia terus memikirkan Aiko sejak tadi.'Di mana gadis itu? Selamatkah atau sudah tewas terkena peluru yang menyambar tubuh kecilnya?' batinnya bertanya-tanya. Namun, dia tidak bisa menemukan jawaban dari semua gundah gulana di hatinya. Lagi-lagi Aiko lenyap layaknya ditelan bumi sama seperti sebelumnya dan hadir dengan tidak terduga sama sekali. Padahal Abrahan sudah memeriksa semua mayat orang-orang yang tadi menyerangnya. Namun, sama sekali tidak ditemukan kejanggalan sedikitpun yang bisa menjadi petunjuk tentang dalang di balik semua kejadian buruk yang menimpanya. Apalagi saat tadi dia me
Suara ban mobil berdecit terdengar cukup nyaring. Mobil tersebut harus menghentikan lajunya secara mendadak, sebab jika tidak akan ada dua wanita yang akan terpental saat tertabrak nantinya. Kurang dari 5cm mobil tersebut hampir menyentuh kaki seorang gadis bernama Ellen. Ellen benar-benar takut akan tertabrak karena sudah tidak ada waktu untuk menghindar. Dia menjerit sekerasnya sambil memejamkan mata. Namun, beberapa detik kemudian dia mencoba membuka mata secara perlahan karena merasa mobil yang tadi akan menabraknya tidak kunjung sampai. Ellen merasa lega sekaligus lemas melihat mobil yang berhenti tepat di samping tubuhnya. Dia sampai jatuh terduduk di atas aspal. Kemudian seorang pria yang mengendarai mobil tersebut segera keluar dari mobil untuk memeriksanya. "Anda baik-baik saja, Nona?"Ellen mengangguk perlahan dengan wajahnya yang pias. Sementara pria tersebut menelisik wajah Aiko yang masih menempel di punggungnya. "Aiko?"Ellen terkesiap. Dia merasa menemukan sebuah oa