Seorang pria tampan melangkah memasuki sebuah rumah sakit. Tujuannya adalah untuk membesuk temannya yang baru saja sadar dari koma selama tiga bulan. Sejak temannya tersebut dirawat, dia sering kali mondar mandir di rumah sakit ini sehingga para dokter dan perawat sudah sangat hafal dengan wajahnya. Tak sedikit para perawat dan dokter wanita yang mencuri pandang.
Leo Ye Joon, pria tampan berdarah Eropa-Korea yang wajahnya sangat diminati hampir setiap wanita. Banyak wanita berlomba mendekati dia karena berwajah rupawan layaknya seorang Idol terkenal. Dia adalah teman baik Aslan Del Piero yang bekerja sebagai dokter klinik kecantikan yang dia dirikan sendiri di pusat kota Paris."Bagaimana keadaanmu hari ini, Aslan?" tanya Leo setelah dia menarik kursi dan duduk di dekat brankar Aslan."Biasa saja. Aku senang Tuhan masih membiarkanku bangun dari tidur panjang, sehingga aku bisa mengetahui kenyataan tentang diriku yang menyedihkan," jawab Aslan yang sedang duduk bersandar di atas brankarnya."Padahal aku kira kau tidak akan bangun lagi," gurau Leo yang segera mendapat lirikan tajam dari Aslan. "Sialan kau!"Leo mengambil beberapa potong buah apel milik Aslan yang ada di atas nakas lalu memakannya."Aku sangat terkejut saat mengetahui kau dicampakan oleh Aiko bahkan sampai hampir dibunuh oleh gadis itu. Sebenarnya kau punya salah apa padanya? Apa jangan-jangan karena kau tidak bisa memuaskannya saat di atas ranjang?" tanya Leo diakhiri dengan gelak tawa pria itu.Aslan mendengus tidak suka dengan pertanyaan Leo. "Kau pikir, aku sama sepertimu yang sudah membawa puluhan gadis naik ke atas ranjang hanya untuk bersenang-senang?""Iya aku tahu. Namun, setidaknya aku tidak pernah dicampakan sepertimu," jawab Leo dengan bangga."Huft ... Rasanya ingin sekali aku melemparmu ke Antartika!"Leo hanya menanggapi dengan tersenyum mengejek. Dia telah selesai memakan apel yang ada ditangannya lalu mengajukan pertanyaan kepada Aslan, "Apa rencanamu?"Pertanyaan Leo membuat Aslan menoleh kearah temannya yang sedang menatap dirinya dengan serius. "Aku ingin menemukan Aiko bagaimanapun caranya dan membalaskan dendam ini," jawab Aslan dengan wajah menahan amarah.Leo tahu bagaimana rasanya di campakan oleh gadis yang dicintai. Sejujurnya dia pernah mengalaminya dan hanya dia pendam sendiri tanpa menceritakannya kepada siapapun. Hal itulah yang menjadi penyebab Leo suka bergonta ganti wanita dalam hidupnya selama ini, dia hanya akan dekat dengan gadis untuk sekedar bersenang-senang di atas ranjangnya."Semoga kau bisa cepat menemukannya karena Aiko termasuk pintar dalam bersembunyi. Buktinya sudah tiga bulan dia menghilang dan belum ada yang menemukannya."Aslan mengangguk setuju dengan pendapat temannya tersebut. Aiko memang pintar bersembunyi tapi dia harus menemukan gadis itu secepatnya. Dia sangat penasaran dengan alasan kenapa dia diracuni pada malam itu, sedangkan selama ini mereka tidak pernah mempunyai masalah apalagi sampai bertengkar.Kurang lebih hampir setengah jam, Leo berada di ruangan Aslan. Dia pamit undur diri setelah keluarga temannya itu datang menjenguk. Namun, bukannya langsung meninggalkan rumah sakit, dia justru menggoda salah satu dokter cantik yang ia temui di basemant rumah sakit."Bagaimana keadaanmu hari ini, Nak?" tanya Mentari Del Piero setelah memeluk putranya.Aslan tersenyum tipis memandangi ibunya yang masih terlihat cantik diusianya yang sudah tidak muda lagi. "Lebih baik, Mom. Aku harap bisa keluar dari rumah sakit secepatnya.""Benar! Uncle harus segera keluar dari rumah sakit karena Danes sudah rindu kita bermain bersama," sela Danes yang kini naik ke brankar Aslan dan duduk di pangkuan pamannya tersebut.Aslan menciumi wajah Danes dengan gemas. "Uncle juga sangat merindukanmu, Danes.""Tiga bulan tidak berseteru denganmu, rumah terasa sangat sepi," ucap Maharani menimpali. Dia yang terkadang meributkan sesuatu yang tidak penting dengan kakaknya itu sebagai bentuk kasih sayang, membuat Maharani begitu khawatir saat Aslan tidak kunjung bangun dari tidurnya. Dia juga sangat marah dan ingin mencakar wajah gadis bernama Aiko yang telah membuat kakaknya hampir kehilangan nyawa.Aslan hanya tersenyum simpul menanggapi ucapan adiknya. Kemudian dia menyibukkan diri bermain dan bersenda gurau bersama Deneswara karena hanya bocah kecil itu yang mampu mengalihkann pikirannya dari Aiko untuk saat ini. Dia mencoba untuk menghibur dirjnya sendiri dengan kehadiran Danes agar ibunya tidak khawatir kepadanya setelah insiden di Les Ombres.Melihat kakaknya bisa ceria seperti sediakala saat bersama putranya, Maharani menjadi lebih tenang. Dia sangat khawatir tentang kakaknya yang baru pertama kali dicampakan oleh gadis yang menjadi cinta pertama pria itu. Dia berharap agar saudaranya tersebut bisa cepat melupakan gadis yang bernama Aiko dan bertemu dengan gadis lain yang bisa mencintai dan membahagiakannya.Namun, rupanya hal tersebut berbeda dengan apa yang dirasakan Mentari. Meskipun ia dapat melihat Aslan dapat tersenyum lebar dan tertawa bersama Danes, hatinya dapat melihat dan merasakan jika sorot mata putranya tengah terluka. Entah harus berapa lama waktu dapat mengobati luka yang di sebabkan gadis yang menjadi cinta pertama anaknya itu.* * *"Apakah Gilbert sudah menghubungimu?" tanya Chloe, teman Aiko yang kini tinggal bersama di kota Nice.Chloe adalah satu-satunya teman yang terpikirkan oleh Aiko saat dia akan melarikan diri. Dia tidak sengaja bertemu gadis itu di luar negri saat melakukan perjalanan bisnis bersama Aslan. Dari sanalah mereka akhirnya berteman baik dan tetap berkomunikasi dan dia menceritakan semua permasalahan yang sedang ia hadapi kini. Tidak satu orangpun yang tahu jika dia mempunyai teman di kota Nice.Mendengar pertanyaan Chloe, kepala Aiko hanya menggeleng lemah. "Gilbert sama sekali belum mencariku.""Kau sudah berusaha menghubungi dia lagi?"Aiko menatap Chloe dengan sendu. "Sudah. Namun, dia tidak ingin berbicara denganku."Chloe berdiri dan berkacak pinggang. "Bagaimana bisa kau mencintai pria brengsek seperti itu, Aiko? Lihatlah! Setelah semua yang kau lakukan untuknya, dia sama sekali tidak khawatir apa lagi mencarimu. Kau benar-benar bodoh mau membunuh orang yang mencintaimu dengan tulus untuk pria bajingan itu!"Aiko hanya menunduk lesu. Hatinya membenarkan apa yang dikatakan oleh Chloe, tapi apa daya, dirinya begitu mencintai Gilbert sampai mengabaikan semuanya. Namun, sekarang justru pria itu tidak melindunginya setelah dia mencelakai Aslan. Bukankah sekarang nyawanya sedang dalam bahaya mengingat keluarga Del Piero belum berhenti mencarinya?"Seandainya dari awal aku tahu kau akan mencelakai Aslan demi Gilbert, tentu aku akan segera menghentikanmu. Jika memang pria brengsek itu benar-benar mencintaimu, tentu dia tidak akan mendorongmu ke dalam jurang yang penuh dengan bahaya hanya agar kau membuktikan cintamu!" cecar Chloe yang emosi dengan cinta buta Aiko kepada Gilbert.Chloe mencoba mengatur nafas untuk meredakaan emosinya. Dia duduk di sebelah Aiko dan menepuk bahu temannya yang masih menunduk lesu. "Cobalah sekali lagi kau hubungi Gilbert. Siapa tahu kali ini berhasil."Aiko mengangkat wajah dan menatap Chloe. "Baiklah, akan aku coba."Baru saja saat Aiko akan mengambil ponsel miliknya, benda pipih tersebut berbunyi dengan nyaring. Dia dapat melihat nama kekasihnya tertera di layar ponsel."Gilbert?"* * *"Kau masih mengabaikan gadis pembunuh bayaran itu?" tanya seorang gadis berambut pirang yang tengah duduk di pangkuan Gilbert."Tentu. Aku tidak ingin terlibat lagi dengannya," jawab Gilbert dengan membenamkan wajahnya di dada gadis berambut pirang itu.Gadis itu membelai kepala Gilbert dengan perlahan. "Bukankah akan lebih berbahaya jika pasukan Del Piero menemukannya dan Aiko membuka mulut bahwa kau yang menyuruhnya?""Dia tidak mungkin berani buka mulut," elak Gilbert dengan sangat yakin."Jangan seyakin itu. Keluarga Del Piero pasti akan melakukan berbagai macam cara agar Aiko mau membuka mulutnya dan saat itulah kau akan dalam bahaya."Gilbert mengangkat kepala dan menatap lekat gadis berambut pirang yang ada di pangkuannya. "Kalau begitu aku dulu yang akan menemukan Aiko dan menutup mulutnya untuk selamanya."Sudah hampir tiga bulan Aiko hidup dalam pelarian. Keputusannya ternyata tepat saat memilih kota Nice di mana ada temannya yang bernama Chloe sebagai tujuan kepergiannya. Buktinya para pengawal Del Piero belum bisa menemukannya sampai sekarang. Meskipun begitu dia tidak boleh lengah karena terkadang wajahnya akan muncul di siaran televisi sebagai buronan. Keiko hampir putus asa. Dia sangat merindukan kekasihnya yaitu Gilbert. Namun, pria tersebut justru mengabaikannya terus seolah tidak peduli dengan nasib dirinya akibat pembuktian cinta yang dianggap telah gagal. Yah, dia todak bisa menghabisi Aslan, kekasih palsunya yang sangat mencintainya. Gilbert pernah sekali mengangkat panggilan darinya, tapi saat mengetahui jika Aiko yang menghubunginya pria itu dengan cepat mematikan ponselnya. Selanjutnya kekasihnya itu tidak pernah mau lagi mengangkat panggilannya. Dia tidak bisa seperti ini terus, merubah penampilannya dengan aneh demi bisa bekerja untuk mencari uang di cafe milik Chloe
Langkah Aiko terasa sangat ringan. Ia berjalan masuk ke dalam mansion milik Gilbert Hugo, sang kekasih. Beberapa pelayan tampak berdiri di depan mansion untuk menyambutnya dan membawakan barang yang dibawa olehnya. "Silahkan masuk, Nona. Tuan sudah menunggu," ucap salah satu pelayan yang ikut dalam barisan penyambutan Aiko. Aiko tersenyum. "Terimakasih." Baru beberapa langkah Aiko teringat sesuatu dan ia berhenti lalu menoleh pada para pelayan yang mengikutinya. "Bisakah tolong antarkan aku terlebih dahulu ke kamarku? Aku ingin membersihkan diri sebelum bertemu dengan majikan kalian."Para pelayan pun mengangguk secara bersamaan. "Tentu saja, Nona. Silahkan ikuti kami," jawab salah satu pelayan. Salah seorang pelayan yang nampak paling senior, berjalan paling depan karena dia yang akan menunjukkan kamar yang telah disiapkan untuk tamu dari majikannya tersebut. Sementara Aiko dan beberapa pelayan lainnya mengikuti dari belakang. "Ini kamar Anda, Nona. Kami akan membantu Anda untuk
"Jadi belum ada yang bisa menemukan gadis itu?!" Aslan menggebrak meja kerja dengan cukup keras saat berada di ruang kerja perusahaannya. Abrahan dan Magnus sampai tersentak. Ini hampir seminggu sejak Aslan pulang ke rumah tapi masih belum juga ada kabar mengenai Aiko. Bagaimana bisa gadis bertubuh kecil itu tidak bisa ditemukan seolah lenyap begitu saja sepeerti ditelan bumi. Magnus menunduk merasa bersalah karena telah gagal menjalankan tugas-tugasnya. Yang pertama, dia telah gagal menjaga majikannya dari usaha Aiko meracuni Aslan. Yang kedua, dia telah gagal dalam mencari gadis itu sudah lebih dari tiga bulan. "Maafkan saya, Tuan," sesal Magnus. Aslan terlihat emosi. Dia menatap tajam pada Magnus dan Abrahan secara bergantian. "Kerahkan lebih banyak lagi anak buah kita! Kita tidak bisa menyerahkan semua pada pihak berwajib. Kalau bisa, aku ingin agar anak buah kita yang terlebih dahulu menemukan dia.""Abrahan! Biarkan Magnus mengawalku kembali dan pilih d
Aiko hanya bisa menangis dalam diam. Dia sudah sangat lelah, baik hati maupun fisik. Saat seperti ini dia teringat kembali semua dosa yang pernah dia lakukan di dalam hidupnya, dia memang bukan orang baik. Bahkan dia bisa dikategorikan orang yang sangat jahat. Sudah lebih dari sepuluh nyawa yang pernah melayang di tangan seorang Aiko De Angelo karena pekerjaannya dulu adalah seorang pembunuh bayaran. Dia tanpa belas kasih mengeksekusi para target yang diberikan oleh bos besar diorganisasi mereka. Namun, kini semua itu hanya menjadi sebuah penyesalan terbesar dalam hidupnya. Aslan Cakra Del Piero. Tiba-tiba Aiko teringat pada atasan sekaligus kekasih yang dia tipu demi Gilbert. Dia membohongi pria itu dengan mengatakan jika dia juga mencintainya dan meresmikan hubungan mereka menjadi sepasang kekasih. Padahal dia selalu diperlakukan layaknya seorang putri dari negri dongeng yang tidak pernah dia dapatkan dari orang lain termasuk kekasihnya sendiri. Namun, penyesalannya hany
"Selamat datang, Tuan Aslan. Senang sekali Anda bisa menghadiri pesta ulang tahun perusahaan kami," sambut CEO Espa Company dengan mengulurkan tangan. Aslan menjabat tangan Mark, CEO Espa Company. Kemudian dia yang ditemani Alex berbincang sebentar dengan pria tersebut. Tampak beberapa orang mulai menghampirinya hanya sekedar untuk menyapa agar terlihat baik dan ramah padanya. Sesunggungnya Aslan sangat hafal orang-orang dalam lingkaran pergaulan kelas atas dan relasi bisnis yang terkadang hanya berpura-pura bersikap baik. Ada yang ingin berusaha menjatuhkan lawan bisnis mereka dengan cara apapun asalkan berhasil. Dia pun sudah berkali-kali bertemu orang dengan topeng munafik yang seperti itu, tampak baik di luar tapi menusuk dari belakang. "Senang akhirnya bisa bertemu kembali dengan Anda, Tuan Aslan," sapa Gilbert setelah berhasil mendekat ke arah Aslan ditemani kekasihnya, Rebecca. Aslan menoleh dan melirik tangan Gilbert yang menggantung di udara. Dia pun akhirnya menjabat ta
"Kau mau apa?" tanya Aslan saat Viona hendak membuka pintu mobil penumpang. Viona menghentikan gerakan tangannya yang hendak membuka pintu mobil kemudian menoleh ke arah Aslan. "Aku mau masuk ke dalam mobil.""Aku memang memberimu tumpangan, tapi bukan berarti kau juga ikut duduk di kursi penumpang sama sepertiku. Duduklah di depan bersama Alex!" perintah Aslan lalu dia masuk ke dalam mobil. Viona hanya menatap tak percaya dengan sikap dingin dan ketus yang sejak tadi diperlihatkan Aslan padanya. Padahal bayak laki-laki di luar sana yang bertekuk lutut dengan mudah di kakinya yang hanya bermodal wajah cantik dan tubuh yang menggairahkan. Namun, kenapa Aslan Cakra Del Piero tidak meliriknya meskipun iti hanya sedikit. Pria itu melihat dirinya seperti kuman yang menempel di pakaiannya yang sangat mahal itu. Dengan berat hati akhirnya Viona menuruti apa yang diperintahkan Aslan padanya dari pada dia tidak mendapatkan tumpangan. Jelas misinya akan gagal. "Di mana alamat Anda, Nona Vion
"Nona, nama Viona sudah saya periksa dan yang tinggal di daerah sini hanya Viona Burch," ujar Ellen menjelaskan yang dia ketahui. "Maksudmu Viona yang model terkenal itu?" tanya Aiko tak percaya. Ellen pun mengangguk membenarkan. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi nanti, tapi firasatnya mengatakan sesuatu yang buruk akan datang. Dia pun tak mengerti kenapa bisa sampai sejauh ini membantu orang yang tidak dikenalnya? Apa mungkin di kehidupan sebelumnya dia mempunyai hutang budi yang begitu besar kepada Aiko? "Ayo, rumahnya sudah tidak jauh lagi dari sini." Ellen menarik tangan Aiko karena mereka memang sedang berjalan kaki setelah turun dari taxi beberapa waktu yang lalu. "Semoga kita tidak terlambat," harap Aiko yang kemudian dia lantunkan dalam do'a di dalam hatinya. * * *"Ada apa, Lex?" tanya Aslan penasaran. "Sepertinya ban mobilnya bocor, Tuan." jawab Alex sambil melepaskan seatbelt yang ia pakai, kemudian dia turun untuk memeriksa perkiraannya benar atau salah. Alex m
Suara ban mobil berdecit terdengar cukup nyaring. Mobil tersebut harus menghentikan lajunya secara mendadak, sebab jika tidak akan ada dua wanita yang akan terpental saat tertabrak nantinya. Kurang dari 5cm mobil tersebut hampir menyentuh kaki seorang gadis bernama Ellen. Ellen benar-benar takut akan tertabrak karena sudah tidak ada waktu untuk menghindar. Dia menjerit sekerasnya sambil memejamkan mata. Namun, beberapa detik kemudian dia mencoba membuka mata secara perlahan karena merasa mobil yang tadi akan menabraknya tidak kunjung sampai. Ellen merasa lega sekaligus lemas melihat mobil yang berhenti tepat di samping tubuhnya. Dia sampai jatuh terduduk di atas aspal. Kemudian seorang pria yang mengendarai mobil tersebut segera keluar dari mobil untuk memeriksanya. "Anda baik-baik saja, Nona?"Ellen mengangguk perlahan dengan wajahnya yang pias. Sementara pria tersebut menelisik wajah Aiko yang masih menempel di punggungnya. "Aiko?"Ellen terkesiap. Dia merasa menemukan sebuah oa