Setelah kejadian yang cukup menggemparkan di Les Ombres Restaurant malam ini, para pegawai restauran di sana berusaha secepatnya untuk memulihkan kondisi agar aman dan nyaman bagi setiap pelanggan. Suasana kini sudah jauh lebih tenang karena orang-orang tadi sudah pergi. Baik itu pria yang batuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya, gadis bergaun merah, ataupun pria yang mengaku sebagai pengawal. Mereka semua sudah pergi.
Aiko merasa panik karena rencananya meracuni Aslan di tempat umum telah gagal. Padahal dia sudah melihat dengan seksama pada area sekitar dan sudah merencanakan semuanya dengan matang, termasuk kamera pengawas di restauran itu dan semuanya aman. Orang tidak akan mengira jika Aslan akan diracuni di tempat terbuka. Namun, dia tidak pernah melihat pengawal yang tadi tiba-tiba masuk dan membawa Aslan pergi ke rumah sakit.Hati Aiko cemas. Kali ini dia marasa sangat terancam ketika melihat tatapan pria yang mengaku sebagai pengawal Aslan. Dia dapat merasakan bagaimana tatapan membunuh dari seseorang karena dia sudah terbiasa dengan hal itu dulu."Aku benci harus melakukan ini!" keluh Aiko yang segera menghentikan taxi dan menaikinya.Aiko harus melarikan diri sekarang dan ia benci itu. Dia tidak boleh membuang waktu lagi. Jika tidak, maka nyawanya yang akan terancam karena sekarang anak buah Aslan pasti sudah bergerak untuk mencarinya. Jadi, dia harus menghubungi Gilbert untuk meminta bantuan kekasihnya tersebut. Kekasih yang sebenarnya."Hallo, Gilbert." Aiko yang pertama kali menyapa setelah panggilannya tersambung.Jauh disana, seorang pria tampan yang tengah menyalurkan hasrat bersama seorang wanita bayaran di dalam sebuah apartemen mewah merasa terusik dengan ponselnya yang berbunyi nyaring. "Ada apa?""Sayang, maaf aku gagal," ucap Aiko dengan takut."Apa kau bilang? Gagal?"Aiko memejamkan mata sejenak sebelum menjawab pertanyaan dari kekasihnya. "Iya. Aku gagal, maaf. Aku tidak tahu, ternyata Aslan mempunyai pengawal pribadi yang berada didekatnya.""Sekarang kau di mana?" tanya Gilbert dengan suara keras menandakan bahwa saat ini dia tengah marah dengan apa yang baru saja Aiko sampaikan padanya."Aku sedang menuju apartemenmu," jawab Aiko yang sudah siap dengan konsekuensi yang harus dia terima dari Gilbert karena dia telah gagal menjalankan tugas."Apa kau sudah gila?! Jangan ke apartemenku! Pergi sejauh mungkin secepatnya! Dasar bodoh!""Tapi---"Panggilan diputus secara sepihak oleh Gilbert. Aiko menatap nanar layar ponselnya, dia mencoba kembali menghubungi pria itu lagi, ternyata sudah tidak aktif. Saat seperti ini, hanya kekasihnyalah yang bisa membantunya. Namun, ternyata dia justru dibuang setelah melakukan segalanya demi pria itu atas nama cinta."Maaf, Nona. Apakah kita jadi ke Montmartre Residence?"Lamunan Aiko buyar saat mendapatkan pertanyaan dari sopir taxi. "Tidak jadi! Tolong antarkan saya ke Le Marais.""Baik, Nona."Pikiran Aiko sedang kalut. Dia tidak mungkin kembali ke apartemen miliknya untuk mengambil paspor atau keperluan yang lain, sedangkan di saat ingin pergi ke apartemen kekasihnya justru dia disuruh pergi sejauh mungkin oleh Gilbert. Jadi, dia memutuskan untuk pergi ke sebuah toko perlengkapan wanita yang tidak terlalu besar yang ada di Le Marais. Le Marais yang trendi di Arondisemen 4, yang juga dikenal sebagai SoMa (South Marais/Marais Selatan), dipenuhi dengan butik, galeri, dan bar. Di sana menjual semua kebutuhan wanita secara lengkap dengan harga murah."Terimakasih," ucap Aiko setelah membayar ongkos taxi.Aiko bergegas masuk ke dalam toko yang dia tuju dan membeli semua yang dia butuhkan. Dia membeli rambut palsu, kacamata hitam, topi, sepatu dan beberapa setel pakaian untuk dia bawa dalam pelariannya. Dia juga segera mengganti gaun yang dia kenakan dengan pakaian yang baru saja dibeli.Ponsel yang digunakan oleh Aiko segera dia buang dan membeli yang baru karena bisa di pastikan keberadaannya akan dilacak oleh para pengawal Aslan. Dalam sekejap dia sudah merubah penampilannya dan bisa dipastikan orang lain sulit untuk mengenali dirinya. Ini adalah cara agar dia bisa selamat pergi jauh dari kota Paris.Aiko kembali menggunakan taxi untuk pergi ke stasiun bus, dia memutuskan untuk pergi ke kota Nice. Sebuah kota yang sangat cantik dengan jarak 1.370km dari kota Paris bila ditempuh menggunakan Rute Cote d'Azur. Perjalanannya tersebut akan memakan waktu sekitar 16 jam untuk sampai di sana.* * *Sementara di salah satu rumah sakit terbaik yang ada di jantung kota paris, tengah terjadi hal yang mencekam. Sang pewaris atau yang sering dijuluki King of Del Piero tengah dalam kondisi kritis. Para dokter dan perawat terbaik dari rumah sakit tersebut segera turun tangan melakukan pertolongan pada pria yang cukup berpengaruh dan terkenal di daratan Eropa itu.Sebuah Rolls Royce Phantom memasuki area parkir rumah sakit diikuti beberapa mobil mewah lain di belakangnya. Tampak pasangan Del Piero yaitu Erlan dan Mentari beserta menantu mereka, Abrahan Soren turun dari mobil paling depan dengan tergesa. Mereka bertiga diikuti empat pengawal masuk ke dalam rumah sakit, sementara pengawal yang lain berjaga diluar."Apa yang sebenarnya terjadi pada putraku, Magnus Caspian?" Mentari Del Piero terlihat khawatir dan tegang di saat bersamaan saat bertanya kepada Magnus. Bahkan air matanya pun sudah merembes keluar karena tidak bisa dia tahan lagi.Magnus Caspian adalah pengawal bayangan Aslan Del Piero yang dipilih secara langsung karena bakat pemuda itu. Tidak banyak yang tahu atau bahkan bertemu dengan Magnus karena kehadirannya sangat dirahasiakan oleh keluarga Del Piero sehingga dia tidak bergabung dengan pengawal lain dalam menjaga majikannya. Namun, kinerjanya tidak pernah diragukan oleh keluarga besar tersebut."Maafkan saya yang tidak bisa menjaga Tuan Muda dengan baik, Nyonya," jawab Magnus dengan wajah tertunduk penuh dengan penyesalan."Untuk saat ini pihak rumah sakit sedang memberikan pertolongan yang terbaik untuk Tuan Muda. Namun, saya tahu semua ini ada hubungannya dengan wanita yang menjadi sekertaris beliau yaitu Nona Aiko," imbuh Magnus menyampaikan kecurigaannya.Seluruh keluaga Del Piero tampak terkejut karena masalah ini berhubungan dengan seorang wanita, padahal mereka tahu Aslan tidak pernah dekat dengan siapapun."Siapa sebenarnya, Aiko?" tanya Erlan penasaran dengan wanita yang dikatakan oleh Magnus.Magnus mengangkat wajahnya dan menatap Erlan. "Dia adalah gadis yang bekerja sebagai sekertaris Tuan Muda selama satu tahun terakhir. Dalam beberapa bulan ini mereka sangat dekat layaknya sepasang kekasih meskipun beliau tidak pernah mengatakan secara sepesifik tentang hubungan mereka. Namun, yang saya lihat selama ini baru Nona Aiko yang sedekat itu dengan beliau.""Lalu dimana Aiko sekarang?" tanya Abrahan Soren.Magnus menoleh pada adik ipar dari majikannya. "Beberapa jam yang lalu Tuan Muda makan malam bersama Nona Aiko disebuah restauran. Sayangnya beliau memerintahkan kepada para pengawalnya untuk menjaga jarak cukup jauh dengan mereka sehingga tidak ada yang tahu apa yang dilakukan oleh gadis itu saat saya mengikuti beliau ke toilet."Magnus menjeda kalimatnya sebelum melanjutkan kembali. "Saat saya membawa Tuan Muda kemari, saya memerintahkan kepada pengawal yang lain untuk membawa Nona Aiko. Namun, ternyata gadis itu sudah menghilang begitu saja. Pengawal lain juga sudah membawa semua yang dimakan oleh beliau dari restauran tersebut untuk diperiksa oleh para tim ahli."Pintu ruangan IGD terbuka, lalu keluarlah seorang pria paruh baya yang berprofesi sebagai dokter bersama seorang perawat. Seluruh anggota keluarga Del Piero beserta Magnus segera mendekat ke arah dokter tersebut, mereka berharap agar King of Del Piero dalam keadaan baik-baik saja."Bagaimana keadaan putra saya, Dokter?" tanya Mentari masih dengan air mata yang berlinang. Erlan berusaha menguatkannya dengan sebuah pelukan.Sang dokter menatap satu persatu orang yang berada di depannya lalu berakhir pada pasangan Del Piero. "Maaf Nyonya dan Tuan, kondisi putra kalian saat ini masih belum melewati masa kritis. Namun, kami sudah memindahkan ke ruang perawatan. Hasil pemeriksaan menunjukan Tuan Aslan mengalami serangan jantung meskipun agak sedikit aneh karena beliau mengeluarkan darah cukup banyak dari mulutnya tapi tidak terdeteksi racun di dalam tubuhnya. Kami akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut."Dokter kembali menyampaikan beberapa hal sebelum pergi. Mentari diantar oleh perawat pergi ke ruangan tempat putranya dirawat, tentu ruangan terbaik yang ada di rumah sakit tersebut. Sejak awal Magnus sudah mengatakan kepada staf rumah sakit agar memberikan yang terbaik untuk majikannnya.Erlan mengepalkan tangan dengan erat menahan emosi karena gadis bernama Aiko yang disinyalir ada hubungannya dengan keadaan putranya yang kritis saat ini. "Abrahan!""Iya, Dad!""Kerahkan seluruh pasukan untuk mencari gadis bernama Aiko itu sampai ketemu! Jika dia memang tidak ada hubungannya dengan kejadian ini, sudah pasti gadis itu akan berada disini tanpa rasa takut. Ini semakin menguatkan jika dia adalah pelaku atas kejadian yang menimpa putraku!" Erlan tak main-main dengan setiap orang yang mengusik keluarganya. Bisa dipastikan pria tua itu tak segan untuk menodongkan senjata kepada para musuh."Baik, Dad!" jawab Abrahan yang segera bergegas pergi dari rumah sakit tersebut.Mentari sangat sedih melihat putra kebanggaannya terbaring di brankar rumah sakit. Air matanya kembali menetes dan segera dia usap karena yakin Aslan akan baik-baik saja setelah ini, sehingga dia tidak ingin larut dalam tangisannya. Saat melihat dari dekat wajah sang putra membuat hatinya kembali teriris, dia harus tahu apa yang menyebabkan anaknya sampai seperti ini. Seorang perawat tadi memberikan padanya pakaian yang dipakai Aslan saat masuk rumah sakit dan dia letakkan diatas meja. Mentari memilih duduk di sofa untuk memeriksa pakaian itu. Dia menemukan ponsel, dompet dan kotak beludru dari dalam saku jas putranya. Mentari sangat penasaran dengan isi dari kitak beludru tersebut. Perlahan dia membuka kotak yang kini berada di tangannya dan alangkah terkejut dirinya saat melihat The Pink Star Diamond berada di depan matanya. Itu adalah cincin berkelas yang mewah dan mahal. "Mungkinkah tadi Aslan akan melamar gadis itu menggunakan ini?" tanya Mentari dalam hati. Jika memang benar
Seorang pria tampan melangkah memasuki sebuah rumah sakit. Tujuannya adalah untuk membesuk temannya yang baru saja sadar dari koma selama tiga bulan. Sejak temannya tersebut dirawat, dia sering kali mondar mandir di rumah sakit ini sehingga para dokter dan perawat sudah sangat hafal dengan wajahnya. Tak sedikit para perawat dan dokter wanita yang mencuri pandang. Leo Ye Joon, pria tampan berdarah Eropa-Korea yang wajahnya sangat diminati hampir setiap wanita. Banyak wanita berlomba mendekati dia karena berwajah rupawan layaknya seorang Idol terkenal. Dia adalah teman baik Aslan Del Piero yang bekerja sebagai dokter klinik kecantikan yang dia dirikan sendiri di pusat kota Paris. "Bagaimana keadaanmu hari ini, Aslan?" tanya Leo setelah dia menarik kursi dan duduk di dekat brankar Aslan. "Biasa saja. Aku senang Tuhan masih membiarkanku bangun dari tidur panjang, sehingga aku bisa mengetahui kenyataan tentang diriku yang menyedihkan," jawab Aslan yang sedang duduk bersandar di atas bra
Sudah hampir tiga bulan Aiko hidup dalam pelarian. Keputusannya ternyata tepat saat memilih kota Nice di mana ada temannya yang bernama Chloe sebagai tujuan kepergiannya. Buktinya para pengawal Del Piero belum bisa menemukannya sampai sekarang. Meskipun begitu dia tidak boleh lengah karena terkadang wajahnya akan muncul di siaran televisi sebagai buronan. Keiko hampir putus asa. Dia sangat merindukan kekasihnya yaitu Gilbert. Namun, pria tersebut justru mengabaikannya terus seolah tidak peduli dengan nasib dirinya akibat pembuktian cinta yang dianggap telah gagal. Yah, dia todak bisa menghabisi Aslan, kekasih palsunya yang sangat mencintainya. Gilbert pernah sekali mengangkat panggilan darinya, tapi saat mengetahui jika Aiko yang menghubunginya pria itu dengan cepat mematikan ponselnya. Selanjutnya kekasihnya itu tidak pernah mau lagi mengangkat panggilannya. Dia tidak bisa seperti ini terus, merubah penampilannya dengan aneh demi bisa bekerja untuk mencari uang di cafe milik Chloe
Langkah Aiko terasa sangat ringan. Ia berjalan masuk ke dalam mansion milik Gilbert Hugo, sang kekasih. Beberapa pelayan tampak berdiri di depan mansion untuk menyambutnya dan membawakan barang yang dibawa olehnya. "Silahkan masuk, Nona. Tuan sudah menunggu," ucap salah satu pelayan yang ikut dalam barisan penyambutan Aiko. Aiko tersenyum. "Terimakasih." Baru beberapa langkah Aiko teringat sesuatu dan ia berhenti lalu menoleh pada para pelayan yang mengikutinya. "Bisakah tolong antarkan aku terlebih dahulu ke kamarku? Aku ingin membersihkan diri sebelum bertemu dengan majikan kalian."Para pelayan pun mengangguk secara bersamaan. "Tentu saja, Nona. Silahkan ikuti kami," jawab salah satu pelayan. Salah seorang pelayan yang nampak paling senior, berjalan paling depan karena dia yang akan menunjukkan kamar yang telah disiapkan untuk tamu dari majikannya tersebut. Sementara Aiko dan beberapa pelayan lainnya mengikuti dari belakang. "Ini kamar Anda, Nona. Kami akan membantu Anda untuk
"Jadi belum ada yang bisa menemukan gadis itu?!" Aslan menggebrak meja kerja dengan cukup keras saat berada di ruang kerja perusahaannya. Abrahan dan Magnus sampai tersentak. Ini hampir seminggu sejak Aslan pulang ke rumah tapi masih belum juga ada kabar mengenai Aiko. Bagaimana bisa gadis bertubuh kecil itu tidak bisa ditemukan seolah lenyap begitu saja sepeerti ditelan bumi. Magnus menunduk merasa bersalah karena telah gagal menjalankan tugas-tugasnya. Yang pertama, dia telah gagal menjaga majikannya dari usaha Aiko meracuni Aslan. Yang kedua, dia telah gagal dalam mencari gadis itu sudah lebih dari tiga bulan. "Maafkan saya, Tuan," sesal Magnus. Aslan terlihat emosi. Dia menatap tajam pada Magnus dan Abrahan secara bergantian. "Kerahkan lebih banyak lagi anak buah kita! Kita tidak bisa menyerahkan semua pada pihak berwajib. Kalau bisa, aku ingin agar anak buah kita yang terlebih dahulu menemukan dia.""Abrahan! Biarkan Magnus mengawalku kembali dan pilih d
Aiko hanya bisa menangis dalam diam. Dia sudah sangat lelah, baik hati maupun fisik. Saat seperti ini dia teringat kembali semua dosa yang pernah dia lakukan di dalam hidupnya, dia memang bukan orang baik. Bahkan dia bisa dikategorikan orang yang sangat jahat. Sudah lebih dari sepuluh nyawa yang pernah melayang di tangan seorang Aiko De Angelo karena pekerjaannya dulu adalah seorang pembunuh bayaran. Dia tanpa belas kasih mengeksekusi para target yang diberikan oleh bos besar diorganisasi mereka. Namun, kini semua itu hanya menjadi sebuah penyesalan terbesar dalam hidupnya. Aslan Cakra Del Piero. Tiba-tiba Aiko teringat pada atasan sekaligus kekasih yang dia tipu demi Gilbert. Dia membohongi pria itu dengan mengatakan jika dia juga mencintainya dan meresmikan hubungan mereka menjadi sepasang kekasih. Padahal dia selalu diperlakukan layaknya seorang putri dari negri dongeng yang tidak pernah dia dapatkan dari orang lain termasuk kekasihnya sendiri. Namun, penyesalannya hany
"Selamat datang, Tuan Aslan. Senang sekali Anda bisa menghadiri pesta ulang tahun perusahaan kami," sambut CEO Espa Company dengan mengulurkan tangan. Aslan menjabat tangan Mark, CEO Espa Company. Kemudian dia yang ditemani Alex berbincang sebentar dengan pria tersebut. Tampak beberapa orang mulai menghampirinya hanya sekedar untuk menyapa agar terlihat baik dan ramah padanya. Sesunggungnya Aslan sangat hafal orang-orang dalam lingkaran pergaulan kelas atas dan relasi bisnis yang terkadang hanya berpura-pura bersikap baik. Ada yang ingin berusaha menjatuhkan lawan bisnis mereka dengan cara apapun asalkan berhasil. Dia pun sudah berkali-kali bertemu orang dengan topeng munafik yang seperti itu, tampak baik di luar tapi menusuk dari belakang. "Senang akhirnya bisa bertemu kembali dengan Anda, Tuan Aslan," sapa Gilbert setelah berhasil mendekat ke arah Aslan ditemani kekasihnya, Rebecca. Aslan menoleh dan melirik tangan Gilbert yang menggantung di udara. Dia pun akhirnya menjabat ta
"Kau mau apa?" tanya Aslan saat Viona hendak membuka pintu mobil penumpang. Viona menghentikan gerakan tangannya yang hendak membuka pintu mobil kemudian menoleh ke arah Aslan. "Aku mau masuk ke dalam mobil.""Aku memang memberimu tumpangan, tapi bukan berarti kau juga ikut duduk di kursi penumpang sama sepertiku. Duduklah di depan bersama Alex!" perintah Aslan lalu dia masuk ke dalam mobil. Viona hanya menatap tak percaya dengan sikap dingin dan ketus yang sejak tadi diperlihatkan Aslan padanya. Padahal bayak laki-laki di luar sana yang bertekuk lutut dengan mudah di kakinya yang hanya bermodal wajah cantik dan tubuh yang menggairahkan. Namun, kenapa Aslan Cakra Del Piero tidak meliriknya meskipun iti hanya sedikit. Pria itu melihat dirinya seperti kuman yang menempel di pakaiannya yang sangat mahal itu. Dengan berat hati akhirnya Viona menuruti apa yang diperintahkan Aslan padanya dari pada dia tidak mendapatkan tumpangan. Jelas misinya akan gagal. "Di mana alamat Anda, Nona Vion
Angela hanya bisa menuruti permintaan James untuk masuk ke ruangan Aslan dan memberikan beberapa berkas yang harus dibaca dan ditanda tangani oleh atasannya tersebut. Sebelum mengetuk pintu, dia menempelkan telinganya terlebih dulu di daun pintu. "Kok sepi?" karena tidak mendengar suara apapun akhirnya Angela memberanikan diri mengetuk pintu ruangan Aslan sebanyak tiga kali. "Masuk." Suara bariton Aslan memberi perintah dari dalam ruangan. Angela membuka pintu dengan perlahan lalu dia pun masuk. Dia melihat gadis cantik yang datang tadi sedang berdiri tidak jauh dari atasannya yang sedang duduk di kursi kebesarannya. "Ada apa?" tanya Aslan menatap Angela. "Saya membawa beberapa berkas proyek dengan salah satu perusahaan yang ada di Inggris dan beberapa berkas lainnya, Tuan." jawab Angela. Aslan tahu berkas yang dimaksud oleh Angela adalah berkas yang sudah tertunda karena James yang terlalu lama dalam bekerja. "Tolong bawa kemari. Aku sudah lama meminta James mengerjakannya da
Mulai bab ini Aiko di panggil Angela ya... setelah Aiko berhasil masuk ke dalam perusahaan Del Piero, baik Ellen dan Leo menyarankan agar mengubur nama Aiko dan memulai semuanya dengan identitas barunya sebagai Angela Zhou. Hari ini adalah hari pertama masuk kerja bagi Angela dan Ellen. Kedua gadis itu memutuskan untuk bertemu di cafe dan sarapan bersama sebelum mereka berangkat ke perusahaan masing-masing tempat mereka bekerja. "Bagaimana menurutmu penampilanku, Angela?" Ellen berdiri dan menutar tubuhnya di hadapan Angela untuk meminta pendapat. Beberapa orang memperhatikannya, tapi tentu saja hal itu di abaikan oleh gadis itu. Angel mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum. "Sangat cantik dan sexy."Ellen tersenyum puas lalu duduk kembali dan mengunyah roti miliknya. "Aku yakin bisa mengelabui Gilbert dengan penampilanku ini, menghancurkan keluarganya dan mengambil data-data penting perusahaannya.""Sebenarnya aku merasa tidak enak padamu, Ellen." Angela memasang wajah send
Aiko telah memasukkan berkas surat lamaran pekerjaan di perusahaan Del Piero sebagai sekertaris. Beberapa hari kemudian, dia dipanggil untuk melakukan serangkaian tes dan juga interview. Sementara Aslan, dengan terpaksa dia menerima saran dari Leo karena memang banyak pekerjaan yang harus diurus dan sekertarisnya sekarang sudah kuwalahan menanganinya. Bahkan, Aslan sendiri juga ikut melihat proses interview yang dilakukan hari ini. Dia ingin melihat dan memastikan sendiri seseorang yang akan menjadi sekertarisnya harus sesuai dengan kriterianya. "Ada berapa banyak pelamar yang interview hari ini?" tanya Aslan pada ketua HRD yang ikut langsung dalam proses interview dan perekrutan sekertaris atasannya tersebut. "Ada dua puluh orang yang lolos untuk interview, Tuan. Terdiri dari lima belas orang wanita dan lima orang laki-laki," jawab ketua HRD. Aslan mengangguk mengerti. Ternyata lebih banyak wanita yang mendaftar dari pada laki-laki. Memang mencari sekertaris laki-laki yang meleb
Leo mengatakan jika besok siang dia ada janji bertemu Aslan untuk minum kopi di salah satu cafe. Aiko pun mengatakan keinginannya untuk melihat pria yang pernah ia sakiti itu, meski hanya dari jauh. Maka di sinilah Aiko, duduk di salah satu sudut cafe dengan Panna Cotta dan Chocolat Chaud yang telah dia pesan. Dia datang sebelum Leo dan Aslan sampai di sana agar tidak ada yang mencurigainya. Dari jauh Aiko dapat melihat Aslan. Pria itu masih gagah dan tampan seperti yang terakhir kali ia lihat dulu. Hanya saja garis lelah di wajahnya tetap terlihat baginya. Tanpa sadar dia pun tersenyum setelah melihat seseorang yang pernah ia tipu dalam keadaan sehat dan baik-baik saja. "Apa kau kurang tidur, Aslan?" tanya Leo saat melihat kantung mata Aslan sedikit menghitam. Aslan menyesap kopi miliknya. "Benar. Aku memang kurang tidur.""Kenapa? Apa masih selalu memikirkan Aiko?" goda Leo yang segera dapat lirikan tajam dari Aslan. "Kalau bukan itu, lantas apa?" tanya Leo lagi. Aslan menyan
~Satu tahun kemudian~Dua wanita cantik tengah duduk berhadapan di sebuah restaurant pada siang hari dipenghujung musim gugur yang indah. Daun-daun telah banyak yang menguning dan mulai jatuh diterpa angin yang membuatnya terbang dan berguguran. Dua wanita cantik tersebut datang ke sana bukan untuk menikmati makanan di restaurant itu. Melainkan mereka sedang mengamati gerak gerik seorang pria yang tengah melakukan meeting bersama seseorang. "Kau sudah siap, Ellen?" Ellen mengangguk mantap sambil ekor matanya terus mengawasi pria berjas hitam yang duduk tak jauh dari mereka. Meeting pria tersebut sepertinya telah selesai karena terlihat dari kliennya yang telah beranjak pergi dari sana. "Aku tidak sabar ingin membuat pria itu menderita. Dulu dia dengan beraninya hampir melecehkanku, sekarang aku akan membalas semua perbuatan yang telah dia lakukan padaku dan juga padamu," ujar Ellen yang sebenarnya telah menceritakan semua kepada Aiko alasan dia ikut dalam misi balas dendam ini. "
Satu bulan kemudian, tibalah hari pernikahan Gilbert Hugo dengan Rebecca. Pesta digelar dengan sangat mewah disebuah hotel berbintang lima. Pasangan pengantin tersebut tampak bahagia dengan senyum lebar yang selalu menghiasi wajah mereka. Tamu datang silih berganti memadati ruangan pesta, memberikan ucapam selamat sepada kedua mempelai pengantin secara bergantian. Baik itu tamu dari Gilbert yang berasal dari dunia bisnis, maupun tamu dari Rebecca yang berasal dari kalangan model dan selebriti karena wanita yang sekarang berstatus sebagi nyonya Hugo memang bekerja sebagai model. "Apa kau suka pestanya, Sayang?" tanya Gilbert kepada Rebecca yang sejak tadi bergelayut manja di lengannya. Mata berbinar Rebecca tentu sudah dapat mewakili apa yang dia rasakan saat ini. Dia pun mencium pipi suaminya dan berbisik di telinga Gilbert. "Aku sangat bahagia, Sayang. Aku sangat beruntung bisa menikah denganmu."Gilbert menoleh ke arah istrinya dan menatap lekat wanita itu. "Kau akan bahagia asal
Tiga hari kemudian Aiko sadar. Dia sempat bingung berada di mana saat ini, matanya menyapu seluruh isi ruangan yang terasa asing. Namun, Ellen tiba-tiba datang ke samping brankarnya. Aiko tersenyum lega melihat gadis yang telah menolongnya. "Aku di mana, Ellen?""Di sebuah klinik kecantikan di kota Paris," jawab Ellen kemudian dia dapat melihat kebingungan di wajah Aiko. Terdengar suara pintu terbuka sehingga baik Aiko maupun Ellen segera menoleh ke arah sana. Seorang pria tampan dengan wajah layaknya seorang Idol terkenal masuk dengan jas putih yang menandakan pekerjaannya sebagai seorang dokter. "Leo?" tanya Aiko dengan menatap tak percaya. "Akhirnya kau sadar juga, Aiko." Leo tersenyum dan segera mendekati Aiko untuk memeriksa kondisi gadis itu. Aiko terlihat bingung sekaligus cemas. Tentu dia kenal siapa sosok Leo Ye Joo yang berdiri di dekatnya. Dia adalah teman dekat Aslan karena dia sudah beberapa kali bertemu dengan pria tersebut yang profesinya sebagai dokter spesialis b
Malam ini Aslan tidak bisa tidur. Berulang kali dia membolak-balikkan badannya mencari posisi paling nyaman agar cepat terlelap, nyatanya tak kunjung berhasil. Akhirnya dia memilih bangun dan keluar menuju balkon kamarnya. Kamarnya yang berada di lantai dua persis menghadap taman dan kolam ikan di halaman samping. Aslan berdiri melihat ke bawah meskipun sebenarnya pikirannya tidak di tempat itu, dia terus memikirkan Aiko sejak tadi.'Di mana gadis itu? Selamatkah atau sudah tewas terkena peluru yang menyambar tubuh kecilnya?' batinnya bertanya-tanya. Namun, dia tidak bisa menemukan jawaban dari semua gundah gulana di hatinya. Lagi-lagi Aiko lenyap layaknya ditelan bumi sama seperti sebelumnya dan hadir dengan tidak terduga sama sekali. Padahal Abrahan sudah memeriksa semua mayat orang-orang yang tadi menyerangnya. Namun, sama sekali tidak ditemukan kejanggalan sedikitpun yang bisa menjadi petunjuk tentang dalang di balik semua kejadian buruk yang menimpanya. Apalagi saat tadi dia me
Suara ban mobil berdecit terdengar cukup nyaring. Mobil tersebut harus menghentikan lajunya secara mendadak, sebab jika tidak akan ada dua wanita yang akan terpental saat tertabrak nantinya. Kurang dari 5cm mobil tersebut hampir menyentuh kaki seorang gadis bernama Ellen. Ellen benar-benar takut akan tertabrak karena sudah tidak ada waktu untuk menghindar. Dia menjerit sekerasnya sambil memejamkan mata. Namun, beberapa detik kemudian dia mencoba membuka mata secara perlahan karena merasa mobil yang tadi akan menabraknya tidak kunjung sampai. Ellen merasa lega sekaligus lemas melihat mobil yang berhenti tepat di samping tubuhnya. Dia sampai jatuh terduduk di atas aspal. Kemudian seorang pria yang mengendarai mobil tersebut segera keluar dari mobil untuk memeriksanya. "Anda baik-baik saja, Nona?"Ellen mengangguk perlahan dengan wajahnya yang pias. Sementara pria tersebut menelisik wajah Aiko yang masih menempel di punggungnya. "Aiko?"Ellen terkesiap. Dia merasa menemukan sebuah oa