Beranda / CEO / Mengandung Benih CEO / Bab. 5. Aku ingin sekali bercinta

Share

Bab. 5. Aku ingin sekali bercinta

Bu Martha bergegas ke dapur. Dia mengambil dua gelas kosong lalu mengambil satu buah apel untuk dibuat jus. Bu Martha kemudian membuat jus tersebut.

Setelah selesai Bu Martha membawa dua gelas berisi jus buah yang sudah diberi obat perangsang. Dia berjalan sambil senyum-senyum sendiri.

"Dasar kalian suami istri malah saling menyalahkan." Bu Martha berbicara dalam hati sambil melihat pintu kamar Arsenio. "Arsen, Adel buka pintunya kalian belum tidur, 'kan?" Bu Martha mengetuk pintu.

Arsenio dan Adelia yang berada di kamar langsung saling melihat. Arsenio bangun dari kasurnya lalu menghampiri Adelia yang sedang tiduran di sofa.

"Ayo, pindah ke kasurku. Bereskan ini, jangan sampai ketahuan sudah ditiduri sama kamu."

"Iya, iya." Adelia langsung merapikan sofa lalu beranjak ke kasur Arsenio dan mengatur bantal.

"Arsen! Kalian sudah tidur kenapa lama sekali?" teriak Bu Martha, "apa jangan-jangan mereka lagi bercinta? Masih jam segini mudah-mudahan belum," batin Bu Martha.

"Ada apa, Ma?" Arsen membuka pintu sambil berpura-pura menguap.

"Kamu sudah tidur?"

"Iya, Ma," jawab Arsenio lalu memperhatikan dua gelas di atas nampan, "Mama bawa minuman apa?"

"Ini Mama bawa jus apel. Sudah sana bangunkan dulu istrimu." Bu Martha masuk ke kamar Arsenio.

"Iya, Ma," jawab Arsenio lalu membangunkan Adelia, "sayang bangun ada Mama." Arsenio menggerakkan tubuh Adelia.

Adelia berpura-pura menggeliat. "Ada apa, Sayang?" Adelia mengerjapkan mata.

"Ini ada Mama buatin jus buat kita. Ayo, bangun."

Adelia pun bangun dari tidurnya. "Jus apa, Ma?"

"Jus buah apel. Mama kasih ramuan sedikit. Sudah ayo, minum. Kalian ambil satu-satu."

Adelia dan Arsenio saling melihat. Mau tidak mau mereka mengambil jus buah tersebut. Mereka lalu memperhatikan gelas masing-masing.

"Ramuan apa, Ma?" Arsenio memperhatikan gelas yang berisi jus.

"Sudah kamu tidak perlu tahu. Aman kok. Ayo, minum," pinta Bu Martha.

Arsenio dan Adelia kembali saling melihat. Mereka ragu untuk meminumnya. Akan tetapi, mereka tidak mungkin menolak.

"Sudah ayo, minum! Kenapa malah dilihatin terus? Habiskan depan Mama jusnya!"

Mau tidak mau Arsenio dan Adelia meminum jus tersebut. Mereka meminumnya secara pelan-pelan. Perasaan mereka sudah tidak enak.

"Kalian ini, ya buat minum jus saja sampai pelan-pelan begitu," kesal Bu Martha.

Adelia dan Arsenio lalu menghabiskan jus mereka masing-masing sampai tidak tersisa. Mereka kembali saling lirik. Bu Martha tersenyum puas melihat mereka menghabiskan jus buah buatannya.

"Ya, sudah sini gelasnya. Selamat tidur, ya buat kalian. Pokoknya kalian harus cepat-cepat kasih cucu," ucap Bu Martha lalu beranjak pergi dari kamar Arsenio.

Arsenio dan Adelia saling menatap setelah Bu Martha keluar kamar. Arsenio menggelengkan kepalanya. Dia kemudian berjalan ke arah pintu untuk mengunci pintu tersebut.

"Tidur lagi di sofa!" perintah Arsenio setelah berada di hadapan Adelia.

"Iya, lagian siapa yang mau tidur di sini. Saya juga tidak mau." Adelia bangun dari kasur Arsenio.

Mereka kembali berbaring di tempat masing-masing.

"Kira-kira Mama ngasih ramuan apa ya, sama kita?" tanya Arsenio.

"Mana saya tahu. Mamamu itu ada-ada saja. Saya juga penasaran apa ramuan itu. Mudah-mudahan ramuannya tidak ada apa-apanya." Adelia menatap Arsenio yang sedang tidur miring menghadapnya.

"Iya. Ya, sudah tidur," pinta Arsenio lalu membalikkan badanya.

"Iya."

***

"Mudah-mudahan berhasil. Kalian berdua memang payah. Masih muda, tapi kok sudah pada begitu. Mama ke sana juga sudah pada tidur. Jam segini sudah pada ngantuk." Bu Martha menggelengkan kepalanya lalu tertawa sendiri.

***

Sementara di kamar Arsenio mereka sudah mulai merasakan sesuatu. Tubuh mereka terasa panas dan seperti ingin merasakan sesuatu di bawah sana. Arsenio menjadi resah, bingung ada apa dengan tubuhnya.

Begitu pula dengan Adelia. "Kenapa dengan tubuhku? Ya, ampun panas sekali dan kenapa aku ingin sekali merasakan ...," batin Adelia lalu mengibas-ibas selimutnya.

Arsenio pun merasakan sesuatu yang sangat luar biasa. "Sial! Kenapa aku ingin sekali bercinta. Belum pernah aku seperti ini." Arsenio berbicara dalam hati sambil membalikkan tubuhnya ke arah sofa dan memperhatikan Adelia yang sedang menyingkirkan selimut.

"Aduh kenapa dengan tubuhku? Aku ingin sekali melakukan hal itu. Ya ampun, kenapa aku ini? Aku ingin sekali bercinta." Adelia menjadi resah dan tidak bisa diam.

Adelia kemudian membalikkan badan, dia lalu membelalakkan matanya. Ternyata Arsenio sedang menatapnya tajam. Mereka sama-sama ingin bercinta. Sebisa mungkin mereka melawan hasrat itu.

Adelia tiba-tiba bangun dari sofanya. Arsenio memperhatikan pergerakan Adelia. Adelia akan berjalan ke kamar mandi.

Namun, Arsenio ikut bangun. Dia mengikuti langkah Adelia lalu tubuh Adelia ditarik dan di peluk dari belakang. Secara rakus dia langsung menciumi leher jenjang Adelia.

"Arsen! Lepaskan!" Adelia meronta, tetapi hasratnya ingin melakukan.

"Aku ingin bercinta denganmu! Kamu harus melayaniku. Kamu sudah menjadi istriku tidak apa-apa untuk malam ini saja," ucap Arsenio lalu menciumi leher Adelia.

Tangan Arsenio tidak tinggal diam. Setiap inci tubuh Adelia dia gerayangi. Dia kemudian membalikkan tubuh Adelia ke hadapannya lalu menciumi bibir Adelia dengan sangat rakus.

Adelia membalas ciuman tersebut dengan sama rakusnya. Kedua tangan Adelia digantungkan ke leher Arsenio masih sambil berciuman. Keduanya seakan lupa dengan ucapan mereka. Keinginan bercinta mereka sudah di ubun-ubun.

Arsenio menatap wajah Adelia dengan penuh gairah. Begitu pula dengan Adelia. Tubuh Adelia pun dia angkat lalu berjalan ke arah kasur dan Adelia di jatuhkan ke atas kasur.

Mereka Kembali bercumbu dengan lebih liar. Hasrat bercinta mereka semakin membara. Mereka seperti ingin segera mengeluarkannya. Arsenio dan Adelia pun saling melucuti pakaian mereka.

Kini tidak ada sehelai benang pun di tubuh mereka masing-masing. Tatapan mereka benar-benar penuh nafsu. Akhirnya, mereka melakukannya sampai titik terdalam.

***

Keesokan hari Arsenio dan Adelia masih tertidur pulas. Posisi satu tangan Arsenio menjadi bantalan untuk Adelia. Sementara tangan satunya lagi memeluk erat tubuh Adelia. Mereka seperti layaknya pasangan suami istri yang romantis.

Tidak lama kemudian Adelia membuka matanya. Dia mengerutkan keningya sambil memperhatikan yang ada di hadapannya. Dada bidang Arsenio sedang menghadap wajah Adelia.

Adelia lalu mengangkat kepalanya. Dia melihat Arsenio sedang tertidur sambil tersenyum dan tangan Arsenio masih memeluk tubuh Adelia. Dia membelalakkan matanya lalu bangun dari tidurnya.

"Kenapa aku bisa tidur di sini?" Adelia memperhatikan tubuh Arsenio sambil berbicara dalam hati.

Adelia kemudian memperhatikan tubuhnya di balik selimut."Ya, ampun kenapa aku tidak pakai baju? Apa yang telah aku lakukan semalam?" batin Adelia lalu mengingat kejadian semalam.

"Tidak! Tidak mungkin apa yang aku lakukan semalam? Kenapa aku bisa bercinta dengan Arsenio? Ya, ampun bagaimana ini?"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Idafitriati
ceritany bikin penasaran, lanjt kk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status