Beranda / Romansa / Mengandung Benih CEO / Bab. 5. Aku ingin sekali bercinta

Share

Bab. 5. Aku ingin sekali bercinta

Penulis: My_ndrati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-24 21:13:57

Bu Martha bergegas ke dapur. Dia mengambil dua gelas kosong lalu mengambil satu buah apel untuk dibuat jus. Bu Martha kemudian membuat jus tersebut.

Setelah selesai Bu Martha membawa dua gelas berisi jus buah yang sudah diberi obat perangsang. Dia berjalan sambil senyum-senyum sendiri.

"Dasar kalian suami istri malah saling menyalahkan." Bu Martha berbicara dalam hati sambil melihat pintu kamar Arsenio. "Arsen, Adel buka pintunya kalian belum tidur, 'kan?" Bu Martha mengetuk pintu.

Arsenio dan Adelia yang berada di kamar langsung saling melihat. Arsenio bangun dari kasurnya lalu menghampiri Adelia yang sedang tiduran di sofa.

"Ayo, pindah ke kasurku. Bereskan ini, jangan sampai ketahuan sudah ditiduri sama kamu."

"Iya, iya." Adelia langsung merapikan sofa lalu beranjak ke kasur Arsenio dan mengatur bantal.

"Arsen! Kalian sudah tidur kenapa lama sekali?" teriak Bu Martha, "apa jangan-jangan mereka lagi bercinta? Masih jam segini mudah-mudahan belum," batin Bu Martha.

"Ada apa, Ma?" Arsen membuka pintu sambil berpura-pura menguap.

"Kamu sudah tidur?"

"Iya, Ma," jawab Arsenio lalu memperhatikan dua gelas di atas nampan, "Mama bawa minuman apa?"

"Ini Mama bawa jus apel. Sudah sana bangunkan dulu istrimu." Bu Martha masuk ke kamar Arsenio.

"Iya, Ma," jawab Arsenio lalu membangunkan Adelia, "sayang bangun ada Mama." Arsenio menggerakkan tubuh Adelia.

Adelia berpura-pura menggeliat. "Ada apa, Sayang?" Adelia mengerjapkan mata.

"Ini ada Mama buatin jus buat kita. Ayo, bangun."

Adelia pun bangun dari tidurnya. "Jus apa, Ma?"

"Jus buah apel. Mama kasih ramuan sedikit. Sudah ayo, minum. Kalian ambil satu-satu."

Adelia dan Arsenio saling melihat. Mau tidak mau mereka mengambil jus buah tersebut. Mereka lalu memperhatikan gelas masing-masing.

"Ramuan apa, Ma?" Arsenio memperhatikan gelas yang berisi jus.

"Sudah kamu tidak perlu tahu. Aman kok. Ayo, minum," pinta Bu Martha.

Arsenio dan Adelia kembali saling melihat. Mereka ragu untuk meminumnya. Akan tetapi, mereka tidak mungkin menolak.

"Sudah ayo, minum! Kenapa malah dilihatin terus? Habiskan depan Mama jusnya!"

Mau tidak mau Arsenio dan Adelia meminum jus tersebut. Mereka meminumnya secara pelan-pelan. Perasaan mereka sudah tidak enak.

"Kalian ini, ya buat minum jus saja sampai pelan-pelan begitu," kesal Bu Martha.

Adelia dan Arsenio lalu menghabiskan jus mereka masing-masing sampai tidak tersisa. Mereka kembali saling lirik. Bu Martha tersenyum puas melihat mereka menghabiskan jus buah buatannya.

"Ya, sudah sini gelasnya. Selamat tidur, ya buat kalian. Pokoknya kalian harus cepat-cepat kasih cucu," ucap Bu Martha lalu beranjak pergi dari kamar Arsenio.

Arsenio dan Adelia saling menatap setelah Bu Martha keluar kamar. Arsenio menggelengkan kepalanya. Dia kemudian berjalan ke arah pintu untuk mengunci pintu tersebut.

"Tidur lagi di sofa!" perintah Arsenio setelah berada di hadapan Adelia.

"Iya, lagian siapa yang mau tidur di sini. Saya juga tidak mau." Adelia bangun dari kasur Arsenio.

Mereka kembali berbaring di tempat masing-masing.

"Kira-kira Mama ngasih ramuan apa ya, sama kita?" tanya Arsenio.

"Mana saya tahu. Mamamu itu ada-ada saja. Saya juga penasaran apa ramuan itu. Mudah-mudahan ramuannya tidak ada apa-apanya." Adelia menatap Arsenio yang sedang tidur miring menghadapnya.

"Iya. Ya, sudah tidur," pinta Arsenio lalu membalikkan badanya.

"Iya."

***

"Mudah-mudahan berhasil. Kalian berdua memang payah. Masih muda, tapi kok sudah pada begitu. Mama ke sana juga sudah pada tidur. Jam segini sudah pada ngantuk." Bu Martha menggelengkan kepalanya lalu tertawa sendiri.

***

Sementara di kamar Arsenio mereka sudah mulai merasakan sesuatu. Tubuh mereka terasa panas dan seperti ingin merasakan sesuatu di bawah sana. Arsenio menjadi resah, bingung ada apa dengan tubuhnya.

Begitu pula dengan Adelia. "Kenapa dengan tubuhku? Ya, ampun panas sekali dan kenapa aku ingin sekali merasakan ...," batin Adelia lalu mengibas-ibas selimutnya.

Arsenio pun merasakan sesuatu yang sangat luar biasa. "Sial! Kenapa aku ingin sekali bercinta. Belum pernah aku seperti ini." Arsenio berbicara dalam hati sambil membalikkan tubuhnya ke arah sofa dan memperhatikan Adelia yang sedang menyingkirkan selimut.

"Aduh kenapa dengan tubuhku? Aku ingin sekali melakukan hal itu. Ya ampun, kenapa aku ini? Aku ingin sekali bercinta." Adelia menjadi resah dan tidak bisa diam.

Adelia kemudian membalikkan badan, dia lalu membelalakkan matanya. Ternyata Arsenio sedang menatapnya tajam. Mereka sama-sama ingin bercinta. Sebisa mungkin mereka melawan hasrat itu.

Adelia tiba-tiba bangun dari sofanya. Arsenio memperhatikan pergerakan Adelia. Adelia akan berjalan ke kamar mandi.

Namun, Arsenio ikut bangun. Dia mengikuti langkah Adelia lalu tubuh Adelia ditarik dan di peluk dari belakang. Secara rakus dia langsung menciumi leher jenjang Adelia.

"Arsen! Lepaskan!" Adelia meronta, tetapi hasratnya ingin melakukan.

"Aku ingin bercinta denganmu! Kamu harus melayaniku. Kamu sudah menjadi istriku tidak apa-apa untuk malam ini saja," ucap Arsenio lalu menciumi leher Adelia.

Tangan Arsenio tidak tinggal diam. Setiap inci tubuh Adelia dia gerayangi. Dia kemudian membalikkan tubuh Adelia ke hadapannya lalu menciumi bibir Adelia dengan sangat rakus.

Adelia membalas ciuman tersebut dengan sama rakusnya. Kedua tangan Adelia digantungkan ke leher Arsenio masih sambil berciuman. Keduanya seakan lupa dengan ucapan mereka. Keinginan bercinta mereka sudah di ubun-ubun.

Arsenio menatap wajah Adelia dengan penuh gairah. Begitu pula dengan Adelia. Tubuh Adelia pun dia angkat lalu berjalan ke arah kasur dan Adelia di jatuhkan ke atas kasur.

Mereka Kembali bercumbu dengan lebih liar. Hasrat bercinta mereka semakin membara. Mereka seperti ingin segera mengeluarkannya. Arsenio dan Adelia pun saling melucuti pakaian mereka.

Kini tidak ada sehelai benang pun di tubuh mereka masing-masing. Tatapan mereka benar-benar penuh nafsu. Akhirnya, mereka melakukannya sampai titik terdalam.

***

Keesokan hari Arsenio dan Adelia masih tertidur pulas. Posisi satu tangan Arsenio menjadi bantalan untuk Adelia. Sementara tangan satunya lagi memeluk erat tubuh Adelia. Mereka seperti layaknya pasangan suami istri yang romantis.

Tidak lama kemudian Adelia membuka matanya. Dia mengerutkan keningya sambil memperhatikan yang ada di hadapannya. Dada bidang Arsenio sedang menghadap wajah Adelia.

Adelia lalu mengangkat kepalanya. Dia melihat Arsenio sedang tertidur sambil tersenyum dan tangan Arsenio masih memeluk tubuh Adelia. Dia membelalakkan matanya lalu bangun dari tidurnya.

"Kenapa aku bisa tidur di sini?" Adelia memperhatikan tubuh Arsenio sambil berbicara dalam hati.

Adelia kemudian memperhatikan tubuhnya di balik selimut."Ya, ampun kenapa aku tidak pakai baju? Apa yang telah aku lakukan semalam?" batin Adelia lalu mengingat kejadian semalam.

"Tidak! Tidak mungkin apa yang aku lakukan semalam? Kenapa aku bisa bercinta dengan Arsenio? Ya, ampun bagaimana ini?"

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Yulita Indriany
pernikahan tidak boleh buat mainan
goodnovel comment avatar
Yulita Indriany
Ceritanya asik, bikin penasaran, lanjut
goodnovel comment avatar
Idafitriati
ceritany bikin penasaran, lanjt kk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Mengandung Benih CEO   Bab. 6. Menjadi boomerang

    Adelia tidak percaya dengan apa yang telah dilakukannya bersama Arsenio semalam. Dia kemudian teringat sang bunda."Maafkan Adel bu. Ini semua karena Adel telah berbohong sama ibu." Air mata Adelia tiba-tiba keluar begitu saja.Dadanya terasa sesak, masih tidak percaya dengan apa yang telah diperbuatnya. Dia kemudian menoleh ke arah Arsenio yang masih tertidur pulas. Dia kembali membayangkan ketika dirinya bercinta begitu liarnya dengan Arsenio. Adelia menggelengkan kepalanya beberapa kali. "Arsen memang sudah menjadi suamiku. Tapi kita tidak saling mencintai dan pernikahan ini hanyalah pernikahan kontrak." Adelia menatap wajah Arsenio. Adelia kembali menangis sambil memegangi selimut untuk menutupi tubuhnya yang masih polos. Suara tangisanya pun begitu menyayat hati. Arsenio terbangun karena mendengar suara tangisan tersebut. Dia memperhatikan Adelia dengan tatapan bingung. Arsenio langsung mengingat kejadian semalam. "Sial!

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-01
  • Mengandung Benih CEO   Bab. 7. Cantik-cantik ternyata tukang tipu

    "Mama tahu ... dari mana?" gugup Adelia. "Tidak perlu tahu dari mana. Ayo, keluar dari sini. Aku tidak sudi punya menantu miskin, pembohong, tukang tipu!" Bu Martha menarik tangan Adelia dan membawanya ke luar rumah. "Maafkan Adel, Ma. Adel terpaksa ....""Jangan panggil aku Mama! Enak saja panggil aku Mama. Aku bukan Mamamu. Cih, aku tidak sudi punya menantu hanya anak dari seorang tukang jahit kampungan! Kamu menipu anakku, kamu mau ambil keuntungan menjadi istri dari anakku? Sampai sok, berpenampilan wanita karier. Padahal kamu hanya karyawan biasa di toko online. Anakku benar-benar tertipu dengan kecantikanmu!" 'Tapi ini Arsen yang ....""Sudah cukup! Aku tidak mau mendengar penjelasanmu! Pergi dari sini! Aku tidak mau kamu menjadi benalu di rumah ini. Kamu mau menguras harta anakku? Wanita jalang!" desis Bu Martha. "Ma, dengarkan penjelasanku dulu. Adel bisa menjelaskan semuanya." "Tidak perlu sana pergi! Sudah

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-02
  • Mengandung Benih CEO   Bab. 8. Aku membutuhkanmu

    Adelia langsung menangis tersedu-sedu. Sesak yang dirasakannya saat ini. Kenapa dia harus terjebak dalam pernikahan kontrak. Dirinya harus menelan pil pahit karena telah mengandung benih dari CEO. "Arsen kita memang sudah menikah, kamu bilang di antara kita tidak akan saling ... tapi kamu malah merenggut keperawananku. Kamu juga yang telah membuatku hamil. Ini semua gara-gara mamamu, kenapa mamamu harus ...," batin Adelia lalu langsung jongkok dan menutup wajah dengan kedua tanganya. Air matanya terus saja mengalir tanpa bisa dicegah. "Ibu maafkan Adel. Adel sudah mengecewakan ibu." Adelia menangis hanya seorang diri di kamar mandi. Hatinya benar-benar hancur berkeping-keping. ***Malam hari, Adelia sudah dalam perjalanan menggunakan motor matic. Dia berencana untuk mendatangi rumah Arsenio. Berharap Arsenio sedang berada di rumahnya. "Bi, Arsenionya ada?" tanya Adelia setelah berada di depan rumah Arsenio."Maaf, Non. Pak Arsenionya

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-03
  • Mengandung Benih CEO   Bab. 9. Kenapa kamu gegabah?

    Tubuh Bu Wulan langsung lemas seketika. Dia langsung bersandar pada sandaran kursi. Dia menggelengkan kepalanya. Tidak terasa air matanya keluar begitu saja. Dada Bu Wulan begitu sesak, hatinya hancur berkeping-keping. Ibu mana yang tidak akan hancur jika mendengar sang anak tiba-tiba hamil. "Siapa yang telah menghamilimu?" tanya Bu Wulan dengan perasaannya yang tidak karuan. Adelia hanya terdiam. Mulutnya seakan terkunci untuk mengatakan siapa lelaki yang telah menghamilinya. "Adelia! Kenapa diam saja? Ayo, jawab!" bentak Bu Wulan.Adelia langsung mengangkat kepalanya dan menatap wajah sang bunda. Dia benar-benar tidak percaya mendengar ucapan sang bunda yang marah. Selama ini Bu Wulan tidak pernah membentaknya. Kekecewaan yang dirasakan Sang bunda, Adelia menyadarinya. "Pak Arsenio, Bu," Jawab Adelia lalu menundukkan kepalanya, dia tidak berani menatap wajah sang bunda. "Siapa, Pak Arsenio? Ibu baru mendengar nam

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-04
  • Mengandung Benih CEO   Bab. 10. Ini semua kesalahan mamamu

    Adelia berucap sambil menatap wajah Arsenio. Berharap sang CEO mau menerima kehamilan Adelia. Hatinya harap-harap cemas dan begitu takut.Arsenio mengerutkan keningnya. "Apa kamu bilang? Kupingku tidak salah dengar?" Arsenio menatap tajam mata Adelia. "Aku hamil, Arsenio! Aku hamil! Aku telah mengandung anak darimu. Kamu harus menjadi ayah dari anak yang masih ada di dalam kandunganku. Kamu harus mau, kamu harus bertanggung jawab!" Adelia sudah tidak bisa menahan emosinya, dia berucap dengan seluruh tubuhnya bergetar. Arsenio menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan apa yang telah didengarnya. "Kamu jangan main-main, Adelia. Jangan ngaco kamu!" kesal Arsenio. "Siapa yang main-main? Membicarakan masalah ini aku harus main-main!" marah Adelia, "aku serius, Arsenio, aku hamil anakmu. Aku mohon kamu harus mau menjadi ayah dari anakku karena anakku adalah darah dagingmu juga!" Adelia mengiba kepada Arsenio. Arsenio menyunggingkan seny

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-05
  • Mengandung Benih CEO   Bab. 11. Nanti ketularan apesnya

    "Ya, ampun, Adel. Sabar ya, Nak. Sudah tidak apa-apa ada Ibu di sini. Kamu harus kuat ya, Sayang." Bu Wulan memeluk tubuh sang anak dengan perasaan hati begitu sesak.Siapa yang tidak akan sakit hati. Anak semata wayangnya harus merasakan sakit hati dan penolakan dari seorang lelaki yang sudah menghamili sang anak. Namun, Bu Wulan berusaha tegar di hadapan sang anak. Sementara sang anak sedang menangis tersedu-sedu di pelukan sang bunda. Dia tidak bisa menahan tangisannya. Ingin sekali dia tidak mau menangis di pelukan sang bunda.Namun, apalah daya, dia hanyalah seorang wanita biasa yang tidak bisa menahan rasa sakit hatinya. Dia benar-benar merasakan sakit hati yang luar biasa atas penolakan Arsenio terhadapnya. "Keluarkan tangisanmu kalau dengan menangis bisa membuatmu lega. Jangan kamu tahan-tahan. Ibu akan selalu ada di sampingmu. Kita berjuang bersama. Kamu harus bertahan karena masih ada Ibu di sini." Bu Wulan mengusap-usap punggung sang

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-06
  • Mengandung Benih CEO   Bab. 12. Lebih tampan siapa?

    Vino langung menyebutkan nama kepada Adelia sambil mengulurkan tangannya. Dia tersenyum sambil menatap wajah cantik Adelia. "Saya Adelia. Maaf jangan panggil saya nona, Panggil saja Adelia." Adelia menerima uluran tangan dari Vino. "Baik, Adelia. Saya pamit, nanti saya ke sini lagi sama mama saya.""Oh, iya, iya. Terima kasih sudah menjahit di butik ini." Adelia menundukkan kepalanya ke arah Vino. "Iya, Sama-sama," ucap Vino lalu meninggalkan Adelia sambil tersenyum manis. Adelia membalas senyuman Vino lalu memperhatikan punggung Vino yang sedang berjalan ke arah luar. "Ehemm ...." Suara Bu Tari mengagetkan Adelia. "Sudah jangan dipandang begitu, nanti juga dia ke sini lagi. Sepertinya dia suka sama kamu." Bu Tari menghampiri Adelia lalu memperhatikan mobil Vino yang sedang melaju. "Bu Tari apaan, sih?" Adelia tersipu malu. "Lebih tampan siapa? Dia atau Arsenio?" bisik Bu Tari. "Lebih tampan V

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-07
  • Mengandung Benih CEO   Bab. 13. Batalkan pernikahannya

    "Kenapa nama panjangnya bisa sama? Tapi aku berharap ini bukan kamu. Aku ingin memperbaiki hubungan kita. Aku ingin bertemu anakku." Arsenio berbicara dalam hati sambil melihat ukiran tulisan bertinta emas di kertas undangan. Vino mengerutkan keningnya karena melihat Arsenio malah melamun. "Pak Arsen. Pak Arsenio kenapa?"panggil Vino.Arsenio melonjak kaget. "Oh, tidak apa-apa. Aku hanya ingat Adeliaku. Bagaimana dengan Adeliamu? Apa dia sangat cantik?" "Sangat cantik, cantik sekali. Saya jatuh cinta pada pandangan pertama. Dia sudah membuat ....""Sudah tidak usah dilanjut!" Arsenio tiba-tiba kesal. "Maaf, Pak. Oh, iya, jangan lupa ya, Pak untuk datang ke pesta pernikahan saya nanti.""Iya, saya pasti datang." "Iya, Terima kasih. Ya, sudah saya permisi.""Iya, silakan."Arsenio memperhatikan Vino yang sedang berjalan ke arah pintu. Setelah Vino keluar dari ruanganya. Dia kembali melihat nama tuli

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08

Bab terbaru

  • Mengandung Benih CEO   Bab. 63. Sepertinya aku mau melahirkan

    "Apa?!" kaget Arsenio, "Papa masuk rumah sakit?" "Iya, Arsen. Papa tiba-tiba tidak sadarkan diri setelah menerima telepon," jelas Bu Martha lalu menangis. "Mama tenang, ya. Mudah-mudahan Papa tidak apa-apa. Mama doakan Papa. Ya sudah Arsen tutup teleponnya. Arsen harus pulang," tandas Arsenio lalu menggeser ikon berwarna merah. "Papa kenapa, Sayang?" tanya Adelia yang sedari tadi menyimak pembicaraan Arsenio. "Sepertinya Papa kena serangan jantung. Kita harus ke Singapura, Sayang. Maafkan aku liburannya jadi seperti ini." Arsenio menatap wajah sang istri dengan wajah sendu. "Iya, Sayang. Aku tidak apa-apa. Sudah sepantasnya kita pulang. Ayo, kita harus siap-siap." Adelia menarik Arsenio untuk berjalan. Arsenio tersenyum. "Terima kasih, Sayang," ucap Arsenio. *** Arsenio dan Adelia sudah ada di penerbangan menuju

  • Mengandung Benih CEO   Bab 62. Kamu harus aku hukum

    "Pagi, Sayang." Arsenio memperhatikan wajah Adelia yang baru membuka matanya. Adelia tersenyum lalu berucap. "Pagi juga, Sayang." Arsenio kemudian mengecup bibir sang istri. "Kamu nyenyak sekali tidurnya?" Adelia mengangguk lalu tersenyum. Arsenio membalas senyuman sang istri. "Ayo, bangun kita sarapan bareng." Arsenio beranjak dari atas ranjang. Adelia bangun dari tidurnya kemudian menggeliatkan badan. *** "Indah sekali!" Adelia memperhatikan menara eiffel yang menjulang tinggi. "Aku benar-benar berasa mimpi berada di sini." Adelia menoleh ke arah Arsenio kemudian kembali memperhatikan menara eiffel. "Nanti kita ke sini lagi, Sayang bersama anak-anak. Mereka pasti senang." Arsenio merangkul pundak Adelia. "Hah! Ke sini lagi?" kaget Adelia. "Hhhmmm ...." Arsenio memperhatikan wajah Adelia dari samping. Adelia menoleh lalu terse

  • Mengandung Benih CEO   Bab 61 Menua bersama

    "Saya terima nikah dan kawinnya Adelia Indriani binti Indra Hardiansyah dengan maskawin tersebut dibayar tunai!" Arsenio berucap dengan lantang. "Bagaimana para saksi?" "Sah! Sah!" jawab serempak yang hadir. "Alhamdulillah." Arsenio dan Adelia kini sudah berstatus menjadi istri dari Arsenio Arfandra. Mereka begitu senang karena acara ijab qabul berjalan dengan lancar. *** Adelia dan Arsenio sedang berdiri di kursi pelaminan. Mereka mengadakan pernikahan di hotel mewah dengan sangat glamour dan juga meriah. Tidak henti-hentinya mereka menebar senyum ke setiap tamu yang datang. Penampilan Adelia begitu cantik dan elegan. Dia memakai gaun berwarna putih gading. Di bagian lengan ada manik-manik berwarna emas dan bagian model leher berbentuk huruf V. Dibagian sekeliling rok ada renda-renda berwarna emas. Penampilan Arsenio pun begiu tampan. Dia memakai setelan jas b

  • Mengandung Benih CEO   Bab 60 Jantungku lagi tidak aman

    Arsenio sudah kedatangan kedua orangtuanya. Mereka sedang duduk disofa ruang televisi. Waktu menunjukkan pukul empat sore. "Kamu yakin akan menikahi Adelia?" tanya Pak Arka. "Yakin dong, Pa. Kalau tidak yakin mana mungkin waktu itu Arsen ke singapura." "Ingat kalau kamu sudah menikahinya. Jangan macam-macam! Sayangi istrimu!" perintah Pak Arka. "Pasti dong, Pa. Arsen akan menyayangi dan mencintai Adelia sepenuh hati." "Kesenangan dia tuh. Mentang-mentang Papa setuju." Bu Martha tiba-tiba muncul sambil membawa dua cangkir kopi lalu menyimpannya di atas meja kemudian duduk di samping sang suami. Arsenio tertawa lalu mengambil secangkir kopi lalu menyesapnya. "Kapan kamu siap?" tanya sang ayah. Arsenio langsung menyemburkan kopi di dalam mulutnya lalu menyimpan kopi di atas meja dan mengambil tissue untuk mengusap mulutnya. "Papa benaran mengizinkanku menikah de

  • Mengandung Benih CEO   Bab 59. Dia mantanku

    Rangga membelalakkan matanya ketika mendengar ucapan Arsenio. "Iya, Rangga. Arsen calon suamiku." "Memangnya suamimu kenapa?" bingung Rangga. "Eemm, suami ...," jawab Adelia dan tidak bisa melanjutkan kalimatnya. "Sudah meninggal satu setengah tahun lalu karena kecelakaan," timpal Arsenio. Rangga langsung menganggukkan kepalanya beberapa kali. "Aku turut berduka cita, Adelia." Rangga memperhatikan wajah cantik Adelia. "Iya terima kasih," ucap Adelia, "Oh, iya. Mana istrimu? Kamu sama istrimu, 'kan?" "Aku sudah bercerai dengan istriku," jawab Rangga lalu berbicara dalam hati. "Seandainya saja aku tahu suamimu meninggal. Aku akan mendekatimu lagi. Ternyata ada yang sudah mendahuluiku, padahal aku sudah bercerai dengan istriku. Aku menyesal telah meninggalkanmu." "Maaf, Rangga aku tidak tahu." "Sudah tidak apa-apa," timpal Rangga lalu memperhatika

  • Mengandung Benih CEO   Bab 58 Me time dan juga quality time

    "Apa kamu bilang? Maksudmu apa, Adelia? Kenapa kamu berkata seperti itu?" Arsenio menatap tajam Adelia dengan wajah kesal. "Mamamu tidak setuju, 'kan? Kalau aku menikah denganmu. Kalau aku menikah denganmu tidak mungkin aku tidak bertemu mamamu. Bagaimana nanti sikap mamamu sama aku jika kamu sudah menjadi suamiku? Aku sudah membayangkan bagaimana nanti perlakuan mamamu terhadapku." "Sudahlah, Adelia. Aku tahu mamaku tidak setuju dengan hubungan kita. Kamu tidak usah memikirkan sejauh itu. Aku yakin mamaku tidak akan begitu. Lambat laun mamaku pasti akan mengerti," ujar Arsenio. "Bagaimana aku tidak memikirkan mamamu, Arsen. Di saat aku menyetujui pernikahan kita justru mamamu malah begitu dan aku merasa takut," timpal Adelia. "Aku sudah bilang. Kamu jangan pedulikan sikap mamaku kepadamu. Jangan berpikiran yang aneh-aneh tentang mama. Kamu tenang saja, oke!" Arsenio menatap mata Adelia penuh harap. "Bagai

  • Mengandung Benih CEO   Bab. 57. Mama sudah buat malu

    Adelia langsung memperhatikan Arsenio yang sudah berada di hadapannya. "Ada apa?" bingung Arsenio. "Papa bawa apa?" Giovanni tiba-tiba bertanya kepada Arsenio. "Ini, Papa bawa oleh-oleh buat kalian." Arsenio menyerahkan papper bag kepada Gio. "Makasih, Pa." Giovanni langsung membukanya. "Iya, Sayang," jawab Arsenio lalu menoleh kepada Adelia yang masih terpaku memperhatikannya. "Kita akan menikah. Jadi tidak apa-apa Gio memanggilku seperti itu." "Tapi kita belum menikah." Adelia memelankan suaranya. "Tapi aku ayahnya," bisik Arsenio kepada kuping Adelia. Adelia hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dia tidak bisa berbuat apa-apa kalau Arsenio sudah begitu. *** Bu Martha dan Vlora sedang duduk di kursi taman belakang. "besok kita harus pulang, Vlora,

  • Mengandung Benih CEO   Bab. 56. Seandainya Om Arsen jadi Papamu

    Arsenio sedang berdiam diri balkon. Dia menatap langit malam. "Kenapa tiba-tiba aku teringat Adelia?" monolog Arsenio lalu melihat jam tangannya. Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam waktu Singapura. "Di Jakarta masih pukul sembilan. Aku harap Adelia belum tidur." Arsenio mengambil benda pipih yang tersimpan di atas meja kemudian menghubungi Adelia. Sementara Adelia. Dia baru saja akan memejamkan matanya. Ponselnya tiba-tiba berdering. Dia kemudian mengambil dan melihat siapa yang menghubunginya. "Arsen!" ucap Adelia dan tanpa sadar dia tersenyum lalu mengangkatnya, "Hallo, Arsen. Ada apa?" tanya Adelia. "Hallo, Adelia. Aku tidak mengganggumu, 'kan? Maaf malam-malam begini aku menghubungimu," kata Arsenio. "Iya. Tidak apa-apa kok, Arsen. Kebetulan aku belum tidur."

  • Mengandung Benih CEO   Bab. 55. Kamu tolak keinginan anak Tante!

    Adelia langsung membelalakkan matanya ketika melihat Bu Martha tiba-tiba masuk ke ruangannya. Begitu pula dengan Bu Wulan."Saya boleh duduk, 'kan?" Bu Martha langsung duduk di sofa. "Silakan, Tante." Adelia menatap Bu Martha dengan penuh pertanyaan. "Oh, iya, Tante. Perkenalkan ini ibu saya." Adelia menoleh kepada sang bunda. Bu Wulan langsung menundukkan kepalanya sambil tersenyum kepada Bu Martha. Bu Martha pun membalas menundukkan kepalanya kepada Bu Wulan dengan wajah angkuhnya. "Adel. Ibu keluar dulu, ya." Bu Wulan menghampiri Adelia lalu menoleh kepada Bu Martha. "Silakan berbicara dengan anak saya," ucap Bu Wulan lalu meninggalkan mereka berdua. "Ada apa, Tante?" tanya Adelia setelah sang bunda sudah tidak terlihat lalu duduk di sofa besebrangangan dengan Bu Martha. "Kamu mencintai anak Tante?" tanya Bu Martha tanpa basa-basi, "kamu jangan coba-coba menggoda anak Tante!" lanjut Bu Martha. "Memangnya kenapa

DMCA.com Protection Status