"Pagi, Sayang." Arsenio memperhatikan wajah Adelia yang baru membuka matanya.
Adelia tersenyum lalu berucap. "Pagi juga, Sayang." Arsenio kemudian mengecup bibir sang istri. "Kamu nyenyak sekali tidurnya?" Adelia mengangguk lalu tersenyum. Arsenio membalas senyuman sang istri. "Ayo, bangun kita sarapan bareng." Arsenio beranjak dari atas ranjang. Adelia bangun dari tidurnya kemudian menggeliatkan badan. *** "Indah sekali!" Adelia memperhatikan menara eiffel yang menjulang tinggi. "Aku benar-benar berasa mimpi berada di sini." Adelia menoleh ke arah Arsenio kemudian kembali memperhatikan menara eiffel. "Nanti kita ke sini lagi, Sayang bersama anak-anak. Mereka pasti senang." Arsenio merangkul pundak Adelia. "Hah! Ke sini lagi?" kaget Adelia. "Hhhmmm ...." Arsenio memperhatikan wajah Adelia dari samping. Adelia menoleh lalu terse"Apa?!" kaget Arsenio, "Papa masuk rumah sakit?" "Iya, Arsen. Papa tiba-tiba tidak sadarkan diri setelah menerima telepon," jelas Bu Martha lalu menangis. "Mama tenang, ya. Mudah-mudahan Papa tidak apa-apa. Mama doakan Papa. Ya sudah Arsen tutup teleponnya. Arsen harus pulang," tandas Arsenio lalu menggeser ikon berwarna merah. "Papa kenapa, Sayang?" tanya Adelia yang sedari tadi menyimak pembicaraan Arsenio. "Sepertinya Papa kena serangan jantung. Kita harus ke Singapura, Sayang. Maafkan aku liburannya jadi seperti ini." Arsenio menatap wajah sang istri dengan wajah sendu. "Iya, Sayang. Aku tidak apa-apa. Sudah sepantasnya kita pulang. Ayo, kita harus siap-siap." Adelia menarik Arsenio untuk berjalan. Arsenio tersenyum. "Terima kasih, Sayang," ucap Arsenio. *** Arsenio dan Adelia sudah ada di penerbangan menuju
Sore hari, mobil Arsenio tiba-tiba harus mencium pohon kersen. Dia membanting stir ke kanan demi menghindari tabrakan lebih parah. Dia lalu turun dari mobil dan menghampiri orang yang menabrak mobil dia. "Berengsek! Bisa bawa motor tidak sih?" Arsenio menatap tajam mata Adelia. "Maafkan saya, saya tidak sengaja." Adelia mengangkat kedua tangannya memohon lalu memperhatikan mobil Arsenio. "Ya ampun mobilnya rusak parah lagi," batin Adelia. "Aku tidak peduli kamu sengaja atau tidak! Lihat mobil depanku, kamu harus mengganti kerusakannya!" marah Arsenio. "Iya, pasti saya ganti, tapi jangan hari ini saya benar-benar tidak ada uang." Adelia memelas kepada Arsenio. Arsenio menyunggingkan senyumnya setelah mendengar ucapan Adelia. "Kapan kalau bukan hari ini? Waktuku sangat berharga, aku tidak mau buang-buang waktu berurusan dengan orang tidak penting macam kamu!" desis Arsenio lalu merogoh dompet di saku jas dan mengambil Kartu nama, "aku kasih waktu sampai besok, kamu harus bisa mengg
Empat hari sebelumnya di perusahaan Arsenio."Mamaku masih saja mau menjodohkanku dengan wanita pilihan mama dan aku disuruh cepat-cepat menikah. Aku belum menemukan wanita yang tepat. Mamaku malah menganggap aku lelaki tidak normal, hanya karena aku belum mempunyai kekasih sampai sekarang. Aku benar-benar pusing dibuatnya," keluh Arsenio. "Sabar, Pak Arsenio. Bukannya, Pak Arsenio lagi dekat dengan Maura? Teman pak Arsenio semasa kuliah," kata Bagas. "Hanya dekat begitu saja tidak lebih. Aku juga tidak menyukai dia. Dia begitu agresif aku tidak suka dan dia mendekatiku tidak tulus. Aku menginginkan wanita yang mencintaiku secara tulus. Aku tidak mau mereka mencintaiku hanya karena gelarku dan hartaku saja," urai Arsenio. "Di mana aku harus mencari wanita seperti itu? Aku harus cepat-cepat mencarinya sebelum Mama menikahiku dengan wanita lain."Bagas manggut-manggut setelah mendengarkan ucapan Arsenio. "Iya, memang sulit. Apa lagi di jaman sekarang," ucap Bagas lalu terbersit ide. "
Setelah Adelia membaca berkas tersebut. Dia tiba-tiba membelalakkan matanya. "Ini ... ini benaran setengah milyar? Saya dibayar setengah milyar untuk menikah kontrak dengan Pak Arsenio." Adelia terhentak kaget karena melihat angka yang begitu fantastis. "Iya, betul, Nona Adelia Anda dibayar setengah milyar oleh Pak Arsenio," sahut Bagas, "dan di situ pun tertulis Pak Arsenio tidak akan melakukan kontak fisik dengan Anda, seperti yang Anda inginkan dan Pak Arsenio pun tidak menginginkan hal itu. Kecuali jika di depan Bu Martha. Anda tidak mungkin berjauh-jauhan. Kalian harus bersikap romantis layaknya suami istri," jelas Bagas.Sementara Arsenio hanya terdiam tidak bergeming, dia hanya memperhatikan Adelia. Sesekali menyunggingkan senyumnya karena melihat ulah Adelia. Adelia kemudian menganggukkan kepalanya setelah mendengar ucapan Bagas. "Dasar orang kaya malah buang-buang uang demi menikah kontrak," batin Adelia, "ya, sudah saya akan menandatanganinya." Adelia mengambil bolpen di
Arsenio dan Adelia saling lirik. Berharap Bu Martha tidak berbicara hal yang aneh-aneh. "Kalian benar-benar serasi. Foto kalian juga terlihat sangat mesra sekali." Bu Martha memperhatikan figura besar yang tertempel di dinding ruang keluarga lalu duduk di sofa."Iya, terima kasih, Ma," ucap Arsenio. Arsenio dan Adelia kemudian duduk. Mereka duduk berhadapan dengan Bu Martha. Tangan Arsenio menggenggam erat jari jemari Adelia. "Ingat ya, Arsen, Mama sudah pengen punya cucu." "Mama sabar saja. Kita tiap malam selalu berusaha. Iya, 'kan, Sayang?" Arsenio menoleh ke arah Adelia. "Iya ... iya, Ma. Kita lagi usaha." Adelia tersenyum kaku. "Bagus, ingat kalian masih muda jangan kalah sama yang tua-tua kalau kalian bercinta."Arsenio dan Adelia saling melirik lalu tersenyum kaku sambil melihat wajah Bu Martha. ***Arsenio baru keluar dari kamar mandi dengan mengenakan handuk yang dililit saja. D
Bu Martha bergegas ke dapur. Dia mengambil dua gelas kosong lalu mengambil satu buah apel untuk dibuat jus. Bu Martha kemudian membuat jus tersebut. Setelah selesai Bu Martha membawa dua gelas berisi jus buah yang sudah diberi obat perangsang. Dia berjalan sambil senyum-senyum sendiri. "Dasar kalian suami istri malah saling menyalahkan." Bu Martha berbicara dalam hati sambil melihat pintu kamar Arsenio. "Arsen, Adel buka pintunya kalian belum tidur, 'kan?" Bu Martha mengetuk pintu. Arsenio dan Adelia yang berada di kamar langsung saling melihat. Arsenio bangun dari kasurnya lalu menghampiri Adelia yang sedang tiduran di sofa."Ayo, pindah ke kasurku. Bereskan ini, jangan sampai ketahuan sudah ditiduri sama kamu.""Iya, iya." Adelia langsung merapikan sofa lalu beranjak ke kasur Arsenio dan mengatur bantal. "Arsen! Kalian sudah tidur kenapa lama sekali?" teriak Bu Martha, "apa jangan-jangan mereka lagi bercinta? Masih jam segi
Adelia tidak percaya dengan apa yang telah dilakukannya bersama Arsenio semalam. Dia kemudian teringat sang bunda."Maafkan Adel bu. Ini semua karena Adel telah berbohong sama ibu." Air mata Adelia tiba-tiba keluar begitu saja.Dadanya terasa sesak, masih tidak percaya dengan apa yang telah diperbuatnya. Dia kemudian menoleh ke arah Arsenio yang masih tertidur pulas. Dia kembali membayangkan ketika dirinya bercinta begitu liarnya dengan Arsenio. Adelia menggelengkan kepalanya beberapa kali. "Arsen memang sudah menjadi suamiku. Tapi kita tidak saling mencintai dan pernikahan ini hanyalah pernikahan kontrak." Adelia menatap wajah Arsenio. Adelia kembali menangis sambil memegangi selimut untuk menutupi tubuhnya yang masih polos. Suara tangisanya pun begitu menyayat hati. Arsenio terbangun karena mendengar suara tangisan tersebut. Dia memperhatikan Adelia dengan tatapan bingung. Arsenio langsung mengingat kejadian semalam. "Sial!
"Mama tahu ... dari mana?" gugup Adelia. "Tidak perlu tahu dari mana. Ayo, keluar dari sini. Aku tidak sudi punya menantu miskin, pembohong, tukang tipu!" Bu Martha menarik tangan Adelia dan membawanya ke luar rumah. "Maafkan Adel, Ma. Adel terpaksa ....""Jangan panggil aku Mama! Enak saja panggil aku Mama. Aku bukan Mamamu. Cih, aku tidak sudi punya menantu hanya anak dari seorang tukang jahit kampungan! Kamu menipu anakku, kamu mau ambil keuntungan menjadi istri dari anakku? Sampai sok, berpenampilan wanita karier. Padahal kamu hanya karyawan biasa di toko online. Anakku benar-benar tertipu dengan kecantikanmu!" 'Tapi ini Arsen yang ....""Sudah cukup! Aku tidak mau mendengar penjelasanmu! Pergi dari sini! Aku tidak mau kamu menjadi benalu di rumah ini. Kamu mau menguras harta anakku? Wanita jalang!" desis Bu Martha. "Ma, dengarkan penjelasanku dulu. Adel bisa menjelaskan semuanya." "Tidak perlu sana pergi! Sudah