Share

Bab. 2. Saya tidak mau melayani Pak Arsenio di atas ranjang

Empat hari sebelumnya di perusahaan Arsenio.

"Mamaku masih saja mau menjodohkanku dengan wanita pilihan mama dan aku disuruh cepat-cepat menikah. Aku belum menemukan wanita yang tepat. Mamaku malah menganggap aku lelaki tidak normal, hanya karena aku belum mempunyai kekasih sampai sekarang. Aku benar-benar pusing dibuatnya," keluh Arsenio.

"Sabar, Pak Arsenio. Bukannya, Pak Arsenio lagi dekat dengan Maura? Teman pak Arsenio semasa kuliah," kata Bagas.

"Hanya dekat begitu saja tidak lebih. Aku juga tidak menyukai dia. Dia begitu agresif aku tidak suka dan dia mendekatiku tidak tulus. Aku menginginkan wanita yang mencintaiku secara tulus. Aku tidak mau mereka mencintaiku hanya karena gelarku dan hartaku saja," urai Arsenio. "Di mana aku harus mencari wanita seperti itu? Aku harus cepat-cepat mencarinya sebelum Mama menikahiku dengan wanita lain."

Bagas manggut-manggut setelah mendengarkan ucapan Arsenio. "Iya, memang sulit. Apa lagi di jaman sekarang," ucap Bagas lalu terbersit ide. "Pak Arsenio! Anda tidak usah pusing-pusing mencari wanita. Ada Adelia, bukannya Adelia mau melakukan apa saja kalau dia tidak bisa membayar."

Arsenio mengerutkan keningnya lalu berpikir sejenak. "Boleh juga, dan kamu tahu dia wanita aneh. Semua wanita menginginkanku dan selalu bersikap agresif terhadapku. Tapi dia sok jual mahal padaku," ucap Arsenio lalu menyunggingkan senyumannya.

"Berdoa saja agar Adelia tidak bisa membayar uang sebanyak itu. Aku perhatikan memang dia lain dari lain. Semua wanita sangat menginginkan Anda, tapi Adelia sepertinya biasa saja kepada Anda," ledek Bagas.

"Sialan! Kamu malah meledekku," kesal Arsenio lalu tertawa.

***

Kembali ke sebuah cafe. Adelia sontak saja membelalakkam matanya ketika mendengar ucapan Bagas.

"Maksud, asisten Bagas? Saya ... saya harus menikah kontrak dengan Pak Arsenio yang menyeramkan itu? Saya tidak mau!" kesal Adelia, dadanya kembang kempis karena tidak percaya akan ditawari menikah kontrak.

"Oke, kalau Anda tidak mau. Mana uang dua puluh juta!" Bagas mengulurkan tangan kepada Adelia.

Adelia langsung terdiam karena bingung.

"Kenapa diam? Anda tidak ada uang, 'kan? Dan Anda sendiri pernah berjanji kepada Pak Arsenio dan saya saksinya. Anda mau mengelak?" tegas Bagas.

"Iya, saya memang berjanji, tapi kenapa harus menikah kontrak? Tidak ada pilihan lain selain itu? Saya lebih baik menjadi Asisten Rumah Tangga di rumah Pak Arsenio dari pada harus menikah kontrak." Adelia memberi usul kepada Bagas.

Bagas langsung menertawakan Adelia lalu menggelengkan kepalanya. "Anda memang wanita lain dari pada yang lain. Kamu tahu, Nona Adelia semua wanita sangat menginginkan berada di samping Pak Arsenio. Mau Pak Arsenio mencintai wanita itu atau tidak, mereka tidak peduli. Yang terpenting mereka bisa berada di samping Pak Arsenio dan itu suatu kebanggaan bagi mereka," ungkap Bagas.

Adelia menyunggingkan senyumnya. "Saya bukan mereka. Jangan samakan saya dengan mereka!" ketus Adelia.

"Oke, kembali ke topik! Anda mau tidak mau harus menikah kontrak dengan Pak Arsenio! Ingat janji adalah hutang, Anda pun harus membayarnya dengan janji Anda!" Bagas menatap tajam mata Adelia.

Adelia menghela napas berat lalu menatap Bagas. "Ya sudah saya akan tepati janji. Tapi ingat ini hanyalah menikah kontrak, saya tidak mau melayani Pak Arsenio di atas ranjang," pinta Adelia.

"Baiklah saya akan mengatakannya, kamu tenang saja," jawab Bagas, "besok kamu datang ke perusahaan pukul sepuluh harus tepat waktu!"

"Iya saya akan datang tepat pada waktunya. Saya bukan tipe yang suka datang terlambat," sahut Adelia.

***

"Kenapa hidupku apes banget. Masa aku harus menikah kontrak dengan CEO menyeramkan itu. Mimpi apa semalam sampai harus menikah segala?" Adelia menggerutu sambil mengendarai motornya. "Jangan sampai ibuku tahu kalau aku akan menikah kontrak dengan CEO menyeramkan itu," lanjut Adelia.

***

Arsenio sedang dalam perjalanan pulang bersama Bagas.

"Dia benar-benar wanita aneh. Dia lebih memilih menjadi Asisten Rumah Tangga di rumahku, dari pada harus berdampingan denganku, ada-ada saja." Arsenio menggelengkan kepalanya.

Bagas melirik ke kaca spion lalu kembali fokus menyetir. "Ternyata ada juga yang menolak Anda. Aku pikir semua wanita akan bertekuk lutut kepada CEO yang bernama Arsenio Arfandra. Ternyata ada wanita biasa dan bukan dari kalangan wanita-wanita seksi dan juga ...."

"Terus saja berbicara aku akan potong gajimu!" kesal Arsenio.

"Baik, Pak aku akan diam," timpal Bagas lalu tertawa.

***

Adelia sudah berada di perusahaan Arsenio. Untuk yang kedua kalinya dia datang ke perusahaan Arsenio. Dia masih kagum dengan kemegahan perusahaan CEO menyeramkan.

"Sepertinya enak bekerja di sini. Gajinya pasti besar kalau bekerja di perusahaan ini. Seandainya aku bisa kuliah, aku pasti bakal bekerja di perusahaan besar seperti perusahaan ini. Tapi apalah daya aku hanya lulusan Sekolah Menengah Atas," batin Adelia.

***

Adelia sudah berada di lantai ruangan Arsenio. Dia mendekati meja sekretaris. "Permisi, sekretaris Lily saya Adelia mau ...."

"Nona Adelia, mari saya antar." Lily bangun dari duduknya, "Anda sudah ditunggu oleh Pak Arsenio."

"Oh, iya terima kasih." Adelia mengekor Lily dari belakang.

"Pak Arsenio, Nona Adelia sudah datang," ucap Lily setelah membuka pintu.

"Suruh masuk!" perintah Arsenio.

"Baik, Pak," jawab Lily lalu menoleh ke arah Adelia, "Nona Adelia silakan masuk."

"Iya, terima kasih sekretaris Lily," sahut Adelia lalu masuk ke ruangan Arsenio.

"Pak Arsenio." Adelia menundukkan kepalanya setelah berada di hadapan Arsenio.

Arsenio tidak menjawab, dia malah memperhatikan wajah Adelia dengan tatapan dingin. "Wajahnya lumayan juga tidak akan membuat mama kecewa," batin Arsenio, "Ya sudah duduk di sana." Arsenio menggerakkan kepalanya ke arah sofa.

"Iya, terima kasih," ucap Adelia lalu berjalan ke arah sofa, "jutek banget," batin Adelia.

Arsenio pun bangun dari duduknya lalu ikut duduk di sofa. Dia kemudian mengambil ponsel dan menghubungi Bagas.

Sementara Adelia memperhatikan Arsenio yang sedang menghubungi Bagas. "Pak Arsenio memang tampan, tapi kelakuannya itu loh menyeramkan. Tidak sesuai dengan wajah tampannya," batin Adelia.

Arsenio sudah selesai menghubungi Bagas lalu memperhatikan Adelia. "Ada apa denganku? Sampai kamu memperhatikanku seperti itu!" ketus Arsenio.

"Maaf, maaf, Pak Arsenio saya melamun." Adelia tersadar dan kikuk sendiri.

Tidak lama kemudian Bagas datang dan langsung duduk di samping Arsenio.

"Serahkan berkasnya sama dia, aku tidak mau capek-capek bicara sama dia." Arsenio menggerakkan kepalanya ke arah Adelia.

"Baik, Pak Arsenio," sahut Bagas lalu menyerahkan berkas kepada Adelia, "Ini, Anda baca dulu isinya setelah itu Anda tanda tangan di sini," pinta Bagas.

"Baik, asisten Bagas." Adelia mengambil berkas lalu membaca berkas tersebut.

Arsenio memperhatikan Adelia yang sedang membaca berkas. "Teliti sekali ini wanita."

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ulyana
Arsenio ntar baik-baik, lembut sama Adelia yak
goodnovel comment avatar
Fika R
semoga emaknya Arsenio bisa nerima Adelia yak,
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status